Bab 3

1.5K 206 14
                                    

Bisa dibilang hari ini adalah hari terburuknya. Ya, memang setiap hari tidak pernah ada hari yang baik baginya tetapi kali ini Jongin benar-benar merasa kacau.

Jongin menyadari sendiri bahwa ia belum pulih untuk bisa bekerja. Selama seharian ia tidak bisa sedikitpun fokus untuk melakukan pekerjaannya. Alhasil ia melakukan beberapa kesalahan bahkan hingga yang paling fatal ketika ia salah mencantumkan judul yang berbeda dengan isi berita artikel itu sendiri.

Peringatan keras diterimanya, Jongin bisa saja mengeluhkan tentang keadaannya yang kurang sehat tetapi itu malah akan membuatnya terlihat tidak bertanggung jawab. Alhasil Jongin hanya bisa mengatakan permintaan maaf berkali-kali.

Tidak seperti biasanya, hari ini Jongin memilih untuk pulang lebih cepat. Ia sadar tentang kondisinya yang tidak bisa terus bertahan untuk bekerja, Jongin membutuhkan istirahat kali ini dan entah kenapa ia benar-benar merindukan rumahnya sekarang.

Ketika ia sampai di rumahnya, ia sedikit mengeryit ketika mendapati pintu rumahnya yang terbuka. Ia tertegun untuk beberapa saat mencoba mengingat bahwa ia telah mengunci pintunya sebelum ia berangkat bekerja. Ia merogoh setiap saku dari kemeja, jaket hingga celananya untuk mencari kunci rumahnya dan ia tidak menemukan apapun disana.

Jantungnya tiba-tiba berdetak cepat mengingat kemungkinan siapa yang telah memasuki rumahnya saat ini. Ia berjalan tergesa dan membuka pintu rumahnya lebar-lebar; mendapati seorang wanita dengan rambut hitam panjangnya tengah menyiapkan sesuatu di atas meja.

Jongin tercenung seketika dan melarikan tatapannya untuk meneliti lebih jauh siapa wanita ini sebelum akhirnya Jongin menyadari bahwa dia bukanlah seseorang yang Jongin harap ada disini.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Jongin membuat gadis itu menoleh kepadanya seketika.

Jongin mendapati raut kegugupan tergambar jelas di wajahnya. Bahkan ia masih memegang semangkuk nasi di tangannya dengan erat.

Siapa yang menduga bahwa kurir susu dan koran itu bisa berada di dalam rumahnya. Dibandingkan rasa marah, entah kenpa Jongin tiba-tiba bernapas lega lantas tertawa untuk beberapa saat bersamaan dengan Kyungsoo yang menatapnya bingung. Sesuatu yang Jongin rasakan bahwa ia mengharapkan sosok yang tidak akan pernah ada lagi dalam hidupnya. Eunbi tidak mungkin kembali ke rumahnya, kembali kepadanya.

"Ma..maaf..," ucap Kyungsoo tergagap menghentikan kekehan Jongin yang terasa aneh baginya. "A.. Aku tidak bermaksud.."

"Tidak apa-apa, syukurlah itu hanya kau," jawab Jongin dengan santai seolah apa yang dilakukan Kyungsoo saat ini bukanlah tindakan kurang sopan.

Jongin menghentikan tawanya, sadar bahwa ia telah bersikap aneh kali ini. Bahkan ketika menyadari bahwa Kyungsoo masih mengernyit memerhatikan perubahan sikapnya. Tidak peduli dengan anggapan gadis itu, Jongin memilih masuk dan mendekati Kyungsoo yang baru bisa menyimpan semangkuk nasi yang dari tadi di tangannya. Dan itu juga tidak luput dari perhatian Jongin kali ini.

"Apa ada perayaan pesta atau apa?" tanya Jongin yang langsung duduk di meja makannya.

"Aku belum menjawab pertanyaanmu, apa kau tidak ingin tahu?" tanya Kyungsoo membuat Jongin mendongak dengan tatapan tak mengerti.

"Pertanyaan apa?"

"Kenapa aku bisa berada disini?"

"Oh..," hanya itu yang digumamkannya. "Aku melupakan kunci rumahku, mungkin," jawabnya yang terdengar acuh sebelum akhirnya ia menengadah seolah tengah memikirkan sesuatu. "Hm.. Ya, kurasa aku meninggalkannya."

Jongin sedikit tersenyum tidak terlalu memerdulikan tentang bagaimana Kyungsoo yang tengah terdiam menatapnya kali ini. Dibandingkan memperhatikannya, Jongin memilih mengalihkan perhatiannya pada makanan hangat yang sudah tersaji di hadapannya. Barulah kali ini ia mengernyit mendapati makanan tersebut seolah sudah benar-benar disiapkan untuknya.

Angel Has BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang