3. Latihan Dimulai!

2.2K 197 7
                                    

Happy reading💙



Kirei mengambil napas sebanyak-banyaknya. Lalu ia melompat melewati rintangan yang telah dibuat Boruto sebelumnya.

Tap!

"Bagaimana, oniichan? Apa sudah cukup pemanasannya?" Kirei berjongkok dan merentangkan tangannya, "Uah, aku lelah sekali!"

Boruto menggeleng-gelengkan kepalanya,"Dasar, bukankah kemarin kau yang semangat sekali ingin berlatih dengan oniichan? Mana semangat masa mudamu!?"

Kirei hanya sweatdrop melihat kelakuan oniichannya yang mirip Lee itu.

"Ayolah, oniichan! Kita langsung berlatih mengeluarkan chakra saja! Aku lelah jika seperti ini terus!"

Boruto memasang pose berpikir. "Baiklah, sekarang coba pukul kayu ini dengan memusatkan tenagamu di tanganmu," ucap Boruto sambil mengambil sebatang kayu berukuran sedang. Kirei mengambil napas lagi, lalu dipersiapkannya kuda-kuda miliknya.

Set!

"Belum cukup! Pusatkan tenagamu di ujung jarimu!"

Prak! Trak!

Kayu berukuran sedang itu hancur berkeping-keping. Dan tanpa diduga rambut Kirei yang semulanya berwarna cokelat terang itu berubah menjadi pirang dari pangkal rambut hingga ujung rambutnya perlahan-lahan. Boruto yang menyaksikan itu semua hanya terpana.

"Hebat!"

Kirei hanya tersenyum tipis.

***

Pemuda bersurai kuning dengan ahoge itu bersandar lelah.
Kaleng minuman bersoda itu telah kosong. Mata safir si pemuda melirik kesana kemari mencari sang adik. Boruto menghela napas. Sekarang ia ingat kembali kelakuan adik manisnya, kabur dan menghilang dari pengawasannya.

"Hehehe... Kali ini oniichan pasti tidak akan bisa menemukanku~" mulut kecil itu tertarik, membentuk seringai meremehkan.

"Jangan pernah meremehkan oniichanmu ini-ttebasa!"

Tanpa Kirei sadari, sekaleng minuman bersoda sudah terlempar dan berada di atas kepalanya.

Ctak!

"Aduh-duh! Kenapa oniichan menyentil keningku?!"

Boruto tersenyum, tangan kanannya sudah menggenggam sekaleng minuman bersoda tadi. "Ternyata kau itu tidak peka sama sekali, ya? Kalau begitu, mari berlatih untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitarmu, Ki-chan!"

"Eh?!"

***

Tap tap tap

Prang!

Kunai milik Kirei dan Boruto beradu cukup kuat, percikan api jingga menyeruak pada kunai yang saling bersinggungan. Wajah keduanya terlihat kusam dengan beberapa goresan kecil tersebar di beberapa bagian wajah mereka, menunjukan bahwa mereka telah melewati latihan yang cukup keras hari ini.

Kunai keduanya mulai bertekanan lebih kuat.

"Menyerahlah, oniichan!" pekik Kirei dengan suara nyaring.

"Justru kau yang harusnya menyerah-ttebasa!" balas Boruto tak kalah nyaring.

Trang!

Kunai mereka sama-sama terlempar, pertanda kekuatan mereka berdua seimbang.

"Tak kusangka kekuatanmu bisa menyeimbangiku-ttebasa!" lontar Boruto yang terengah-engah.

"Bu-bukan apa-apa kok, niichan! Malah niichan masih jauh berada di atasku! Karena itu aku akan berusaha menjadi sekuat niichan!"

Boruto terkekeh mendengar sahutan adiknya yang begitu polos.

"Oniichanmu ini tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuatan otousan kita, Ki-chan. Dia bahkan menjadi pahlawan desa dan pahlawan dunia di perang dunia shinobi keempat!"

Kirei tertegun. Benar juga, aku 'kan sudah melihat perang shinobi keempat di dunia manusia.

Boruto melihat langit yang mulai berubah warna dari biru menjadi jingga. Boruto kemudian teringat sesuatu, "Gya! Aku lupa, aku sudah berjanji pada kaasan kalau kita pulang sebelum senja!"

"Ayo pulang, imouto!"

***

"Selalu saja seperti ini. Dasar baka oyaji!" Boruto terus bersungut-sungut mengingat ayahnya yang kembali absen pada makan malam kali ini.

Kirei yang mendengarnya hanya terkikik. "Dasar oniichan! Kau ini terlalu kekanak-kanakan tahu!"

Boruto kembali mencebikan bibir, "Tetap saja aku tidak akan terima! Dasar orang tua pengumbar janji penuh dusta!"

"Ck, touchan kalian ini bukan orang tua pengumbar janji penuh dusta-ttebayo!" Naruto datang dengan tidak disangka-sangka. Boruto terjatuh dari kusi dengan tidak elitnya.

Gubrak!

"Hmmptf... Hahahaha!" Naruto tak dapat membendung tertawanya lagi. Sang nanadaime itu tertawa puas, melihat putranya terjatuh dari kursi karena kaget akan kedatangannya.

"Uh... Tousan sangat tidak keren!" ucap Boruto sambil mengusap-usap kepalanya yang agak membengkak.

"Salahmu juga sih, Boruto! Mengatakan hal yang tidak-tidak tentang touchan-mu ini!" kilah Naruto tidak terima.

"Cukup!" teriakan Kirei yang... Err... Sangat keras mirip dengan teriakan lantang sang nenek--Kushina membuat meja makan agak bergetar dan langsung membungkam percekcokan duo ayah-anak itu.

Boruto dan Naruto yang mendapat amarah dari Kirei hanya terpaku dan terdiam. Mereka tidak menyangka kalau pertengkaran sepele mereka ini bisa memancing amarah Kirei. Oke, kembali ke topik awal.

Kirei memasang wajah cemberutnya. "Touchan, oniichan, kalau kalian bertengkar terus, kita tidak akan makan malam!"

"Baik, baik. Ayo, Bolt! Kita makan malam!"

***

Kirei memandangi langit-langit kamarnya. Kirei tak pernah menyangka ini semua. Tentang dirinya yang ternyata punya orang tua, tentang dirinya yang--yah--berasal dari dunia anime dan apa saja tentang dirinya yang belum ia ketahui. Jika kalian bertanya, "Apa Kirei bahagia?" maka ia akan menjawab, "Aku sangat-sangat bahagia!"

Tap tap tap

Kirei mendengar langkah kaki seseorang. Bukan, dua orang menuju ke arah kamarnya. Pintu kamar Kirei terbuka, menciptakan celah kecil yang memecah kegelapan kamar Kirei.

"Lihatlah, hime. Putri kecil kita tumbuh dengan baik," suara bariton berbisik kecil menggelitik telinga Kirei.

"Um... Bahkan aku tak mengira Kirei kita akan kembali ke dunia ini dengan selamat, Naruto-kun."

Kirei yang bersembunyi di balik selimut mendengar percakapan kedua orang tuanya. Hatinya hangat. Ia amat sangat mencintai keluarganya dan ia berjanji akan menjaga keluarganya selama yang ia bisa. Kirei merasakan matanya mulai berat. Di tengah keheningan yang melanda, terdengar kata-kata manis yang ditujukan padanya, "Oyasumi, Ki-chan."

***

"Lapor, tuan. Permata biru sudah kembali dan berhasil mangaktifkan cakranya yang tersegel," makhluk berbentuk manusia---ugh, bukan. Makhluk berwujud manusia dengan kulit hijau dan telinga lancip melapor pada majikannya.

"Hm... Sudah dimulai ya," rambut hijau panjangnya berkibar mengikuti gerakan angin yang berhembus. Tangannya menyentuh pisau kecil berukir tulisan kuno disertai rune yang rumit. "Tunggu saja, Permata Biru! Kali ini aku pasti akan menangkapmu!"

Suara tawaan yang menggema menutup ucapannya.

TBC

Drama Mimpi Kirei [Naruto World]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang