Angin musim gugur berhembus pelan, membelai wajah tirus gadis berseragam SMA. Mata sejernih samuderanya berkelip dan helaan napas tertahan lolos dari bibirnya. Tangannya bermain-main dengan pena mekanik berwarna biru. Disentuhkannya berulang kali ujung pena dengan permukaan meja, menimbulkan ketukan samar yang berirama. Teman di sebelahnya mendelik kepada Kirei, sudah muak dengan kelakuan temannya itu yang tidak pernah memperhatikan sungguh-sungguh pelajaran kali ini.
"Kirei-chan, aku tau kamu tidak suka pelajaran fisika, tapi jika Sensei memergokimu tidak memperhatikan pelajarannya pasti kamu bisa...," perkataan Riri, teman sebangku gadis itu terpotong oleh deheman sensei yang berdiri di depan papan tulis. "Ada apa Hanyu-san?""Tidak ada apa-apa, Sensei!" Riri mengerucutkan bibirnya dan melirik ke arah Kirei. "Tuh kan aku jadi dimarahi," desaknya sebal. "Kalau gitu tutup saja mulutmu," Kirei membalas pedas.
Suasana kelas hening sampai bel pulang berbunyi.
***
"Nona, anda sadar?" Seruan seseorang membuat mata gadis itu terbuka. "Anda ingat Anda siapa, Nona?" Bibir kering dan tenggorokannya yang terasa terbakar membuatnya enggan bicara.
"Kirei... Kirei! Oh, anakku!" Teriakan parau seorang wanita paruh baya memaksanya untuk membuka mata. "Nyonya, maaf Anda belum dapat menemuinya, izinkan kami untuk melakukan pengecekan medis terlebih dahulu," dokter medis yang bertugas di situ menghentikan tindakan Nyonya Agayama untuk memeluk erat Kirei.
Gadis itu, Kirei, menatap heran pada orang-orang di sekelilingnya yang terlihat asing. Tak ambil pusing, karena ia merasa lelah dan capek, ia mulai memejamkan mata lagi dan tertidur.
Suasana ruangan dengan bau obat-obatan yang tercium samar itu hening. Dokter yang duduk di hadapan Nyonya Ageyama mulai membuka mulutnya mengusik keheningan yang merajai ruang itu sedari awal, "Menurut diagnosa kami, Nona Agayama mengalami Marie Antoinette sindrom karena trauma atau rasa takut. Tetapi kami juga tidak tahu kenapa rambut Nona Agayama berubah menjadi pirang bukannya putih dan kenapa matanya malah berubah menjadi biru."
"Apa kau yakin kalau itu bukan pewarna rambut dan softlens?" Wanita paruh baya menatap khawatir pada dokter berjas putih di depannya.
"Tidak, kami sudah melakukan pengecekan dan tidak ditemukan adanya bahan kimia pada tubuh Nona Agayama, semuanya asli."
Mereka sudah menuju rumah sakit. Sebelumnya, Kirei ditemukan oleh kepolisian saat kepolisian menerima laporan warga yang melihat sesosok tubuh manusia tergeletak di halaman sebuah rumah kosong yang dikiranya adalah mayat. Kepolisian yang terkejut segera mengecek tempat kejadian dan menghubungi Nyonya Ageyama karena mengira tubuh manusia yang ditemukan itu adalah anaknya yang menghilang. Meskipun ciri-ciri fisik yang ditemukan pada sosok itu berbeda, Nyonya Agayama meyakini bahwa itu adalah anaknya yang hilang dari tanda lahir pada wajah Kirei berupa dua garis panjang seperti kumis rubah.
Dan yah, itu memang Kirei.
Waktu berlalu setelah itu. Untunglah Kirei masih mengingat ibu angkatnya, meskipun ia melupakan seluruh ingatannya sebelum ia ditemukan hari itu. Ia pun cepat kembali ke rumahnya karena dokter mengatakan bahwa tubuhnya sangat sehat dan bahkan bisa dibilang bugar. Lalu, seperti anak seusianya, ia mulai bersekolah lagi.
***
"Hei, Kirei-chan, kamu mendengarku tidak sih?" Riri mengejar Kirei dengan langkah kecil dan menepuk bahu temannya.
"Hm, menemani kakakmu berlatih ice skating lagi kan?" Kirei mengencangkan syal merah yang membalut lehernya.
"Hehe, iya! Bukan hanya Yuzu-nii saja lho yang berlatih, tapi Saya-nee yang baru saja kembali dari Amerika juga bakal berlatih ice skating lagi! Kamu harus menemaniku berlatih ya, Kirei-chan?"
"Iya, aku akan menemani dengan melihatmu di pinggir ring saja," Kirei menjawab temannya.
"Hore! Baiklah, ayo kita ke arena es!"
Riri menggaet lengan Kirei dan menyeret temannya dengan bahagia menuju mobil hitam jemputannya. Kirei mengingatkan Riri jangan berjalan terlalu cepat atau dia bisa saja menabrak orang. Benar saja, Riri yang terlalu semangat tak sengaja menabrak bahu seorang pemuda bertopi.
"Hati-hati, Nona."
Riri sontak meminta maaf, "Maaf, saya tidak sengaja! Apa Anda baik-baik saja?"
"Saya baik-baik saja," jawab pemuda bertopi itu.
Kirei mendesah. Temannya itu sungguh ceroboh, untung saja tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kirei yang tidak sengaja mengalihkan pandangannya terkejut ketika manik birunya bersirobok dengan manik yang sama milik pemuda itu. Lantas, pemuda itu pamit pergi dengan senyuman tipis dan anggukkan kepala ringan miliknya, "Saya pergi dulu."
Kirei yang diam membeku tersedot kembali ke kenyataan saat suara cempreng Riri menusuk telinganya. "Ayo, Kirei-chan, sudah ditunggu Yuzu-nii, nih."
Riri menarik lengan kawannya yang enggan berjalan. "Mata itu...," Kirei menggumam. "Huh? Ada apa, Kirei-chan?" Riri yang tidak mendengar dengan jelas perkataan temannya, menanyakan kembali apa yang hendak dikatakan oleh Kirei.
"Aku pernah melihat mata itu." Entah apa yang terjadi, Kirei merasa suara-suara di sekitarnya membisu. Pandangan matanya yang sendu mengikuti punggung pemuda yang berjalan menjauh dari kedua gadis itu.
Kaki jenjang pemuda itu membawanya menjauh dari dua sosok gadis belia yang kini sudah tertinggal di balik punggungnya. Udara musim gugur yang menusuk malah membuatnya merasa didekap erat oleh pelukan sehangat musim semi. Tangan yang terbungkus sarung tangan kulit itu menarik ujung topi ke bawah, menutupi mata biru sejernih samuderanya dari pengelihatan orang-orang. Masker hitam menutupi kedua pipi yang terhiasi dua goresan identik seperti milik gadis muda itu terasa hangat oleh napasnya sendiri. Rasa senang yang menggebu dan detak jantung yang bertalu-talu memenuhi indra pendengarannya. Ia tak sabar menunggu esok tiba. "Akhirnya kita bertemu lagi, Ki-chan."
TBC
A.N
Yuhuu, aku kembali lagi nih. Maaf ya, entah kenapa karena udah jarang nulis lagi jadinya kayak gini deh tulisanku (╥﹏╥) mohon maklum ya. Bab depan *kayaknya* menjadi bab terakhir dari novel ff pertamaku ini. Aku gatau si masih ada yang nungguin ini up atau nggak, tapi makasih banyak ya udah ada bareng aku di sini wkwkwk. Btw, gambar itu buatannya temen mastah aku DzihniNabila yang kece abis, makasih yaaawww aku seneng banget (≧▽≦)
Aku merasa malu karena buat cerita gaje ini hahaha, I hope u wouldn't mind my absurb writing lol. Enjoy!
Callajose, 28 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Mimpi Kirei [Naruto World]
Fanfiction[Selesai] Pernahkah kau bertanya-tanya dalam hati 'bagaimana jika aku menjadi bagian dari sebuah drama?'. Drama yang sama sekali belum pernah kau bayangkan benar-benar terjadi dalam hidupmu? Drama yang ada di ambang terliar batas pemikiran manusia...