7. Kirei dan Himawari

1.4K 145 3
                                    

Happy reading 💙



Kirei mengusap wajahnya lelah. Tubuhnya sudah loyo, tak bertenaga lagi. Penjelasan Moegi-sensei di depan terdengar seperti dengungan nyamuk di telinga Kirei.

Kring... Kring... Kring...

Bel pulang berdering. Yey, bel penyelamat! Batin murid-murid akademi.

"Baiklah, anak-anak. Pelajaran hari ini cukup. Jangan lupa selesaikan tugas rumah kalian!"

"Akhirnya.." Kirei lalu membereskan bukunya yang berserakkan dan memasukkannya ke dalam tas punggung miliknya. Kursinya ia dorong, menimbulkan suara decitan kursi nyaring yang bergesekan dengan lantai marmer.

Kaki yang sudah sangat lemas seperti jeli itu melangkah, sedikit berlari keluar bangunan kokoh akademi ninja. Perut Kirei bahkan sudah keroncongan sedari tadi, minta untuk diisi asupan energi.

Kirei tak seperti oniichan-nya yang hobi mengkonsumsi hamburger dengan rasa-rasa pedas dan aneh. Ia juga tak seperti otouchan-nya yang doyan mengisi perutnya dengan ramen Ichiraku yang diberi irisan narutomaki.

Tidak, Kirei tidak seperti itu. Kirei hanya suka masakan kaachan-nya.

***

Bau tanah basah tercium samar. Suara kecipak air terdengar jelas di teras rumah kediaman Uzumaki. Gadis kecil berusia delapan tahun itu menurunkan kakinya dari kursi yang ia naiki. Tangan mungilnya menepuk ujung rok kuning pucat yang ia pakai guna menghilangkan noda coklat tanah yang menempel.

"Himawari?"

Mendengar suara lembut mama-nya, Himawari menyahut.

"Iya, Mama."

Hinata berjalan menghampiri Himawari. Terlihat dari teras rumah kesibukan putri bungsunya, menyirami bunga.

"Mama, kapan kita akan mengunjungi rumah Ojiichan dan mengunjungi makam Paman Neji? Himawari rindu, Mama," Himawari bertanya, suaranya lirih diakhir kalimat.

Hinata tertawa lirih. Menyembunyikan degup jantungnya yang tak karuan mendengar Himawari menyinggung masalah yang agak sensitif baginya.

Yah, setelah hampir belasan tahun kakak sepupunya pergi dari dunia ini, Hinata tetap tidak bisa mengikhlaskan kematian Neji.

"Mama?"

Tersentak dari lamunan pendeknya, Hinata mengalihkan perhatiannya pada Himawari.
"Hm, ada apa Hima-chan?"

"Apa kita jadi pergi, Mama?"

Hinata menganggukan kepalanya pelan. "Ya, kita akan mengunjungi Ojiichan dan Paman Neji nanti sore. Oke?"

Himawari tersenyum senang. Semangatnya menggebu-gebu. Dengan gerakan cepat, peralatan yang ia gunakan untuk menyiram bunga matahari favoritnya itu sudah ia bereskan.

"Ah, iya!" Himawari memekik tiba-tiba.

"Apa kita boleh mengajak Neechan, Mama? Ki-nee,'kan sudah lama tidak menemui Ojiichan! Hima juga ingin menginap semalam di rumah Ojiichan. Boleh ya, Ma?"

"Tentu saja boleh, Hima-chan. Berarti Hima-chan tidak jadi mengunjungi Paman Neji?"

Himawari terkikik, "Maaf, ya Paman Neji! Hima tidak jadi mengunjungi Paman hari ini. Mungkin lain kali Hima mengunjungi Paman bersama Niichan dan Neechan. Hima akan membawakan bunga matahari yang banyak untuk Paman! Hima janji!"

Drama Mimpi Kirei [Naruto World]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang