Langkah kaki samar yang berbenturan dengan lantai kayu terdengar bergetar lemah. Gadis berpiyama biru muda menguatkan pegangannya di dinding, menuntun tubuh ringkihnya yang dilanda tremor untuk berjalan ke kamar kakaknya. Napasnya terasa sesak. Setelah menetralkan getar mulutnya dan jantungnya yang berdetak tak karuan, Kirei memberanikan diri mengetuk pintu kamar oniichan-nya.
"B-boruto-niichan... Ini aku, Ki-kirei," ada jeda beberapa saat sebelum Kirei melanjutkan perkataannya, "niichan, bantu aku...."
Kirei menahan tangisnya mati-matian agar suara tangisnya tak terdengar Boruto. Ia tak suka diejek bocah cengeng. Tapi dalam kenyataannya, Kirei memang cengeng dan Kirei tak tahu mengapa bisa seperti itu.
Kirei takut kecoa. Sangat takut. Bahkan bisa dibilang itu trauma. "Mou, niichan! Cepat buka pintu kamarmu dan bantu aku! Niichan! Niichan! Kirei takut!" Kirei mengeraskan suaranya berulang kali. Pintu kayu kamar Boruto digedornya, berharap suara-suara berisik ini dapat membangunkan Boruto.
Kirei mendengar suara tapak kaki dalam kamar Boruto. Itu pasti niichan-nya. Pintu kayu itu terbuka, memperlihatkan Boruto dengan penampilan kusut khasnya.
Napas Kirei terengah, air matanya bercucuran di ujung matanya. Boruto yang melihat itu awalnya terdiam, tapi setelah beberapa detik berjalan, ia membulatkan mata biru tuanya tiba-tiba. "Ki-chan? Kenapa menangis?"
"M-mou, habisnya niichan membuka pintunya lama sekali, aku 'kan jadi ta-takut...," balas Kirei cepat.
Boruto memandang Kirei prihatin. "Ada apa? Apa yang membuatmu ketakutan seperti tadi hingga berteriak-teriak?"
"Se-sebenarnya tadi di kasur ada tiga kecoa be-besar...." Kirei memainkan tautan jemari telunjuknya sambil memalingkan mata ke sudut lain. "To-tolong bantu mengusir mereka ya, niichan?"
***
Boruto sudah siap dengan alat semprot serangga dan pemukul kecoa yang ia dapatkan dalam kotak penyimpanan payung. Boruto berjalan tenang, mencegah suara kasak-kusuk datang agar tidak membangunkan ibu dan adik bungsu perempuannya. Kirei mengikutinya dari belakang, menarik kaosnya erat seakan takut dirinya bisa menghilang kalau tidak dipegangi.
"Nah, Ki-chan. Setelah niichan membuka pintu kamarmu, beritahu dimana kecoa-kecoa itu ya?" Kirei mengangguk. "Tapi niichan cepat usir mereka ya?" pinta Kirei pada Boruto.
"Ya, pasti." Boruto menguatkan genggamannya pada alat pemukul kecoa. Didorongnya pintu kamar Kirei. "Kecoa itu ada di dekat bantalku, di dekat selimut dan di balik guling, niichan."
Boruto sempat terkaget dengan pernyataan Kirei. Pantas saja tadi adiknya menangis saat meminta bantuannya. Bayangkan jika ada kecoa di tempat seperti itu, pasti kalian akan kena serangan jantung seketika dan berteriak heboh. Apalagi kalau yang muncul kecoa legendaris, the fly tjoro.
"Instruksi dimengerti," Boruto merangsek maju. Dilemparkannya bantal dan guling Kirei ke lantai. Saat mata tajamnya melihat siluet coklat kemerahan bergerak cepat ke arah bayangannya, pemukul kecoa sudah mendarat di tubuh bayangan itu.
"MATI KAU KECOA BIADAB YANG MENGANGGU ADIKKU! MATI!!" Boruto mengacungkan senjata pemukul andalannya itu sembari menyemprotkan racun serangga ke arah monster bersayap sasaran pembantaiannya.
"MATI KAU! MATI, MATI! MATI!!" Heboh? Tentu saja. Bukan anak Naruto namanya jika Boruto tidak heboh seperti ini.
Kirei yang hanya memperhatikan kegiatan basmi membasmi kakaknya itu hanya menganga dan terdiam. Sungguh pembasmian yang nyentrik menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Mimpi Kirei [Naruto World]
Fanfic[Selesai] Pernahkah kau bertanya-tanya dalam hati 'bagaimana jika aku menjadi bagian dari sebuah drama?'. Drama yang sama sekali belum pernah kau bayangkan benar-benar terjadi dalam hidupmu? Drama yang ada di ambang terliar batas pemikiran manusia...