Happy reading 💙
•
•
•Matahari bersinar terik. Sekarang Kirei berada di halaman belakang rumahnya, tempat ia biasanya berlatih.
Kirei mendengus pelan. Ia sangat kesal hari ini. Kirei menarik napas dalam-dalam, lalu napasnya ia hembuskan kasar. Tangannya menjulur, siap melayangkan pukulan. Pukulannya melayang pada papan target kayu berukuran satu kali dua meter yang berada persis di depannya.
Papan kayu setebal lima inci itu remuk seketika. Tangan Kirei agak bergetar ketika pukulannya terimbaskan pada papan. Amarah yang tak kunjung reda memicunya untuk melempar puluhan shuriken ke batang-batang kayu yang tergeletak tak berdosa di halaman belakang rumahnya.
Sebenarnya, apa yang bisa membuat Kirei sampai sekesal ini? Mari kita lihat apa yang terjadi semalam....
Flashback
Sarada mengusap cemas keringat yang menetes ke alisnya. Ia berlari sekuat dan secepat yang ia bisa. Bahkan ia sudah tidak memperdulikan letak kacamata merah miliknya yang merosot jatuh, bertengger di pucuk hidungnya.
Ia menghela napas lega ketika manik matanya menangkap sosok bocah ahoge dengan rambut kuning yang menurutnya konyol, tak cocok dengan wajah bulat temannya. Rambut kuning cerah temannya sekilas tampak seperti himawari, terlihat jelas 'kan kalau konyol dan tidak cocok?
Sarada mempercepat laju larinya. "Boruto!" sekuat tenaga ia berteriak, tidak menghiraukan tatapan-tatapan penuh tanda tanya dari para pengunjung restoran cepat saji ini.
"Ada apa Sarada?"
Sarada membenarkan letak alat bantu pengelihatannya. Lalu ia berkata dengan nada yang agak panik, "Kau harus menjemput adik-adikmu sekarang juga, Boruto!"
"Memangnya kenapa? Ada apa?"
"Jangan beri tahu orang dewasa tentang ini. Aku khawatir jika mereka mendengar ini dan membuat rumor yang lebih parah daripada berita yang kusampaikan," raut wajah Sarada tiba-tiba berubah serius. Boruto agak merinding dibuatnya.
"Kirei dalam bahaya."
"Apa?! Darimana kau mengetahui hal itu?! Jangan bercanda!" Jantung Boruto berdetak tak karuan. Bahkan kentang goreng yang sudah ia comot sampai jatuh ke meja sintetis milik restoran cepat saji langganannya.
"Dengar ya, baka-Ruto. Beberapa waktu yang lalu aku melihat kaacahan-mu datang mengunjungi rumahku dengan keadaan kacau. Ibu-mu datang dengan tujuan bercakap-cakap dengan Mama.
"Aku tak sengaja mencuri dengar percakapan Mama dan Bibi Hinata. Bibi Hinata menangis dan menyodorkan selembar kertas yang terlihat seperti surat dan memberikannya pada Mama. Lalu aku mendengar Mama berteriak, 'Apa maksudnya ini?! Menyerahkan Kirei pada mereka?!'----"
Sarada menelan kembali kata-kata yang ia ingin utarakan pada Boruto. Gadis berkacamata itu langsung bersedekap saat melihat Boruto terdiam layaknya benda mati, "Kau dengar tidak, baka-Ruto?!"
Boruto yang awalnya terdiam seperti boneka lilin mendadak berdiri. "Terima kasih infonya, Sarada! Aku akan segera ke rumah Ojiichan sekarang!"
***
Teras kediaman Hyuuga terlihat hangat dan ramai. Kirei, Himawari, Hanabi dan tak lupa Hiashi tampak menikmati segelas ocha hangat dengan cemilan-cemilan ringan pendamping mereka pada malam penuh bintang sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Mimpi Kirei [Naruto World]
Fanfiction[Selesai] Pernahkah kau bertanya-tanya dalam hati 'bagaimana jika aku menjadi bagian dari sebuah drama?'. Drama yang sama sekali belum pernah kau bayangkan benar-benar terjadi dalam hidupmu? Drama yang ada di ambang terliar batas pemikiran manusia...