Worried

34 2 0
                                    

Main Cast : Byun Baekhyun : himself
                       Kang Sooyung : herself
                      Yoo Inha : herself
                      Kim Jongin : himself
And other member Exo.

.

.

.

.

.

.

Kang Sooyung's POV

Entah mengapa air mata ini terus memaksa untuk keluar—begitu menyakitkan ingin aku berhenti tapi kedua mata ini menolak permintaanku.

Kini aku menghadap cermin besar dekat wastafel di dalam toilet—memantulkan refleksiku yang berantakan.

Lihat aku sangat menyedihkan—kedua mataku yang sembab dan memerah—ini lebih memalukan daripada harus bertingkah gila di tengah jalan.

"Kau memang menyedihkan Kang Sooyung"

Itu sangat cocok untukku—gadis yang menyedihkan.

Aku melangkah keluar setelah memastikan semuanya telah kembali normal walau wajahku tidak mendukungnya.

Sekarang—apa yang harus kukatakan di depan kedua orang tuanya? Akulah yang bertanggung jawab menjaganya dan kini aku yang harus menanggung resikonya—aigoo. Cabut nyawaku sekarang juga Tuhan.

"Ya! Sooyung-ah!"

Seseorang memanggilku—Kai. Ada apa dia memanggilku? Aku hanya tersenyum menanggapi panggilannya.

"Apa kau akan terus berdiam diri disini? Baekhyun—dia telah sadar"

Benarkah? Oh! Lihat kini aku benar-benar bahagia setidaknya ia telah siuman dan tidak ada hal yang begitu serius untuk di khawatirkan.

Perasaan yang berbeda—mendengarnya baik-baik saja sungguh membuatku tenang—aku benar-benar khawatir akan dirinya.

Thank's to God!

Aku segera berlari menghampirinya tak lupa memberikan senyum terbaik untuk Kai karenanya telah memberi tahu kabar baik—setidaknya membuatku lebih tenang.

'Hari ini dia tidak berbicara sedikit pun padaku? Begitu khawatirnya kah dirinya?'

.

Aku melangkah perlahan menuju salah satu kamar—mengetuk pintu dengan sopan berusaha tidak membuat timbul keributan akibat diriku.

Aku perlahan membuka pintu itu segera menampakkan sosok Baekhyun yang tengah bersandar di hardboard menumpunya dengan bantal.

Ia baik-baik saja.

Aku tersenyum kearahnya—mengingat aku terus menangis semenjak tadi membuatku salah tingkah sendiri—setidaknya dia tidak tahu jika aku menangis.

"Tuan—gwenchanayo? Apa merasa sudah lebih baik?"

"Bagaimana caramu memanggilku tadi—saat kau menolongku—merengek sembari menangis seperti bocah bayi di hadapanku—kau tahu saat itu tidak sepenuhnya diriku tidak sadarkan diri"

Ya! Bagaimana mungkin di saat kondisinya sedang seperti ini, ia masih saja menyebalkan—memang ada yang salah dengan isi kepalanya itu.

Aku benar-benar malu, merengek di hadapannya seperti tadi—dia mendengar semua perkataan bodohku! Apa itu caranya berterima kasih? Aigoo mati saja kau.

"Baekhyun-ah! Kau memanggilku seperti itu—panggilah seperti itu—saat diluar rumah, arasseo?"

"Ya! Apa-apaan? Apakah ini caramu berterima kasih, eoh?"

Dia hanya terdiam acuh—egois sekali. Anak itu memang menyebalkan, bersyukurlah jika aku menolongnya—jika tidak mungkin dia akan mati.

"Jangan beritahu eomma atau appa—hari ini aku akan pulang, anggap saja tidak terjadi apapun"

"Mwo? Wae? Mereka harus tahu—tidak baik menyembunyikan sesuatu dari mereka"

"Lebih baik kau diam dan turuti perkataanku"

"Tapi aku mengkhawatirkanmu!"

Oh! Bodohnya mengatakan kalimat itu begitu saja—lihatlah dia mulai besar kepala mendengarku mengatakan hal itu—aku memang khawatir—aissh aku benci mengakuinya.

"Kau mengkhawatirkanku?"

"Te-tentu saja karena kau anak asuhku—apa salahnya jika aku mengkhawatirkanmu, paboya!" (bodoh)

-----

Semua berjalan seperti biasa—tidak ada kecurigaan dari kedua orang tua Baekhyun—mereka tampak biasa. Berfikir tidak ada apapun yang terjadi—namun kenyataan berkata lain.

Entah apa yang membuatnya meminta Sooyung berbohong dengan keadaan Baekhyun saat ini—tentu itu hanya akan menambah beban pikiran Sooyung juga rasa khawatirnya.

"Tuan—apa sebaiknya memberi tahu mereka tentang apa yang terjadi—ini membuatku gila!"

"Diamlah—aku tidak ingin membuat mereka khawatir dan bisakah kau diam dan lanjutkan saja pekerjaanmu"

Sooyung mencibir—menyebalkan menghadapi pemuda itu, apa boleh buat ia harus memendamnya tanpa bercerita pada siapapun—keras kepala.

Gadis itu terus mengakui dalam hati jika ia khawatir—dia khawatir tentang kondisi pemuda itu—penasaran dengan apa yang di derita oleh pemuda itu.

Akan lebih baik bukan jika dalam satu keluarga ini terbuka?

"Sooyung-ah!"

Sooyung menoleh ke arah Baekhyun—keduanya saling menatap satu sama lain tidak berangsur lama hanya bertahan selama beberapa detik.

"Kau mengkhawatirkanku?"

Sekarang apa yang harus Sooyung jawab—jujur ataukah berbohong? Jika berbohong—dosa apalagi yang akan Sooyung perbuat.

"Kau ini anak asuhku—wajar bukan seorang perawat mengkhawatirkan anak asuhnya"

"Bukan sebagai anak asuh bodoh—selalu saja kau menganggapku anak asuh. Apa kau mengkhawatirkanku—bukan sebagai anak asuh?"

Shit. Sooyung terus mengumpat dalam hati—tidak mungkin jika ia harus berkata jujur jika ia memang sangat mengkhawatirkannya.

Setidaknya pemuda itu tahu jika ia terus menangis berharap Baekhyun akan segera sadar—kentara sekali jika Sooyung khawatir.

Sudahkah cukup tangis itu menjawab jika Sooyung khawatir?

"Tuan—kau anak yang cerdas! Mudah untukmu menyimpulkan apa yang aku rasakan—aku akan pulang. Jaga diri baik-baik"

Sooyung melenggang pergi tanpa memperjelas apa yang kini menjadi pertanyaan utama seorang Byun Baekhyun.

Tidak perlu untuknya menjelaskannya lagi—seharusnya ia sudah dapat dengan mudah mengetahui kekhawatiran Sooyung.

'Mianhae—aku hanya tengah belajar memahami Sooyung-ah! Aku tidak pandai dalam hal rasa'

To be Continue

Woahhh? Gimana pendek banget yak? Aneh ya? Mianhae—tapi semoga masih stay yak!

Youre My Destiny [Exo Baekhyun FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang