Klimaks nih, enjoy!
**
Film baru saja berakhir beberapa detik yang lalu. Dan sekarang waktunya para aktor dan aktris memberikan semacam pidato. Yang pertama maju Andra, dia memakai tux hitam yang simple dipadukan dengan kemeja merah. Ganteng juga.
“ekhem” kali ini ia berdeham.
“pertama-tama gue mau ngucapin terimakasi buat Allah SWT, mama papa, berkat supportnya gue bisa nyelesein film ini. awalnya gue emang males-malesan syuting, haha” Andra sedikit terkekeh.
“makasih juga buat seluruh crew di film ini, mulai dari sutradara, Mas Yudha, sampe tata rias artis, Mbak Yuli. Peran kalian disini berarti banget sampe film ini bener-bener bisa keluar di layar lebar. Gak lupa gue juga mau ngucapin terimakasih sebanyak-banyaknya buat yang sudah menyempatkan diri untuk datang di acara premiere malam ini. intinya, terimakasih buat semuanya. Kalian luar biasa!” detik selanjutnya Andra turun dari panggung dan menuju tempat duduk asalnya.
Sekarang giliran gue, gils gue nervous abis. Pasalnya, hari ini gue bakal ngasih tau keputusan gue kedepannya. Gue gak tau kan reaksi orang-orang disini kayak gimana. Jantung gue udah ngeband aja nih didalem.
Gue menarik dan membuang nafas secara teratur, niatnya buat ngurangin rasa nervous gue. perlahan tapi pasti, gue langkahkan kaki menuju panggung.
“se-selamat malam,” sapa gue begitu berdiri di belakang mimbar. Tapi sialnya, dari suara gue semua orang disini pasti tahu kalo gue lagi gugup. Gue terdiam sebentar, mencoba mentetralkan nafas dan mental, baru melanjutkan.
“sama seperti yang tadi Andra bilang, kalo gue mau ngucapin terimakasih sebesar-besarnya buat tentunya Allah SWT, mama, Rio, yang selalu support gue. dan juga semua crew yang udah mewujudkan film ini hingga akhirnya sekarang tayang di layar lebar. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga gue tujukan buat semua yang ada di ruangan ini untuk menyaksikan premiere film ini. I love you, guys!” begitu pidato pembukaan gue selesai, jantung gue kembali berpicu lima kali lebih cepat. Karena ini yang sebenernya mau gue ungkapkan di depan dunia.
Gue edarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan, memperhatikan setiap orang yang berada disini. Benar-benar orang penting semua. Terlihat kening mereka berkerut, mungkin menanyakan mengapa gue masih aja disini tapi tak kunjung berbicara apapun.
“ekhem,” gue berdeham kecil untuk memulainya.
“selama ini kalian gak pernah tahu nama asli gue yang sebenarnya, kalian cuma tahu kalo gue itu Maudy , end of story. Dari film pertama gue sampe film ini, film keempat gue, gak ada yang pernah tahu nama asli gue siapa. Dan untuk itu, sekarang gue mau nunjukin ke kalian siapa gue sebenernya,”
Gue kembali mengambil nafas dalam, “sebenarnya gue..”
Mata gue tertuju pada sosok Tristan yang ada di pojok sana, Rio yang berada di cukup tengah bersama mama, dan Andra yang duduknya tak jauh dari mimbar.
Dengan gerakan cepat gue mengikat rambut dengan asal dan memakai kacamata yang biasanya gue pake ke sekolah—iya, gue udah mempersiapkan semuanya.
“Mollista Maudy Aurelia..” ucap gue dengan satu nafas. Ada beberapa yang wajahnya kaget, dan ada juga yang sedari tadi masih menunjukan ekspresi datar. Akhirnya gue melanjutkan omongan, “iya, gue cuma cewek yang paling unseen di SMA jaya bangsa”
Masih dengan kuciran rambut dan kacamata gue berbicara lagi, “dan dengan ini, gue....”
Rio menatap gue dengan sorot yang penuh keyakinan, seolah berkata gue percaya kalo ini keputusan terbaik lo, dan lo pasti bisa.
Gak ada yang tahu hal ini selain Rio, kakak satu-satunya yang gue punya. Bahkan mama sama sekali gak tahu soal renana gila gue ini. Awalnya Rio emang marahin gue abis-abisan begitu gue kasih tau soal ini. Tapi setelah mendengarkan penjelasan gue dengan seksama, dia ngerti dan dia berjanji buat selalu mensupport gue. tuhkan, nyebelin-nyebelin Rio emang kakak yang paling baik yang gue punya.
“resmi keluar dari dunia perfilman” begitu gue menyelesaikan kalimatnya, semua orang menatap gue dengan penuh rasa terkejut bercampur tak percaya. Apalagi mama, dia berdiri dan menatap gue dengan tatapan yang sulit diartikan.
Sedangkan Tristan, setelah menatap gue lama dia meninggalkan ruangan dengan langkah cepat. Dan gue gak tahu reaksi orang-orang setelah ini apa. Yang jelas, gue udah memikirkan ini matang-matang.
Detik selanjutnya, gue turun panggung dan berjalan cepat ke arah pintu keluar. Tapi buru-buru sebuah tangan mencengkeram gue kuat. Andra.
“apa?” tanya gue menatapnya dengan sorot kepasrahan. Gue gak tahu perasaan gue sekarang gimana. Semuanya campur aduk. Setelah gue mengakui semuanya dan bahkan berbuat yang lebih, Tristan pergi meninggalkan acara ini gitu aja?
“lo bercanda kan, Dy?” tanya Andra serius.
“dan lo pikir disaat kayak gini gue masih bisa bercanda?”
Andra menggelengkan kepalanya, “lo apa-apaan, sih, Dy?”
“lepasin!” dengan hitungan detik gue menghempaskan tangannya dan melaanjutkan berjalan. Tapi lagi-lagi jalan gue dihalangi. Mama.
“kamu kenapa, sayang?” tanya mama dengan sorot kekhawatiran.
Gue menggeleng , “begitu Molly nyampe rumah, Molly janji bakal nyeritain semuanya”
Dan selanjutnya gue benar-benar meninggalkan gedung premiere itu. dan sialnya gue memakai sepatu hak tinggi dan dress yang cukup menghalagi pergerakan gue. Tanpa berpikir panjang, gue melepas high heels dan menentengnya. Gue gak tau harus kemana. Dan entah kenapa gue jadi takut banget sama reaksi orang-orang nantinya. Karena dengan ini, secara tidak langsung gue udah merusak acara premiere malam ini.
Gue masih berjalan tanpa arah. Gatau, gue uring-uringan gajelas. Mood gue ancur. Sampe akhirnya gue ngelewatin jalanan yang cukup sepi. Dan selanjutnya datang beberapa orang pria berbadan besar tepat di hadapan gue.
“cantik, mau kemana?” tanya salah satu pria itu.
Gue udah takut setengah mampus. Jalanan ini bener-bener sepi, gak ada mobil ataupun motor yang lewat. Rasanya gue pengen teriak sekenceng-kencengnya, tapi sayangnya gue gak bisa.
“kok diem aja, cantik?”
Anjir, sumpah ini makin horror. Muka gue udah pucet banget. Pria yang lain mencolek dagu gue, “cantik banget sih, pake dress lagi. Abis dari mana?” tanyanya genit.
Air mata gue udah numpuk di dan siap buat keluar, tapi itu sama sekali gak ngaruhin niat jahat pria-pria itu.
Selanjutnya pria itu menyeret gue ke tengah gang. Gue udah coba lawan mereka semampu gue, tapi percuma, mereka kuat dan banyak.
Sampe akhirnya salah satu dari mereka mencoba mencium bibir gue, ada suara tonjokan tepat di depan muka gue. Tapi bukan gue yang di tonjok lah, melainkan pria yang mau nyium gue itu.
Gue memejamkan mata, takut banget. Terdengar juga suara ringisan dan pukulan lagi. Keliatan banget kalo lagi ada perkelahian di hadapan gue. Setelah suara-suara itu tidak terdengar lagi, perlahan gue membuka mata.
Gue membelalakan mata.
“Tristan?”
Minggu, 16 Maret 2013
Hai! Nongol lagi nih gue, maaf baru bisa update sekarang. Sebenernya udah ada niat buat update 2 chapter di minggu ini, tapi apa boleh buat, sibuk:( but this is a long chap guys, haha! MAKASIH BANGET WOI BUAT 113 VOTES DI CHAPTER ENAM BELAS, GILA, SAMA SEKALI GAK PERNAH KEPIKIRAN BUAT DAPET SAMPE 100 VOTES DI 1 CHAPTER HAHA. GAK NYANGKA JUGA DAPET 1,25 VOTES PADAHAL BARU SAMPE CHAPTER ENAM BELAS. Oke gue mulai ga wolesh. Anyway, kayanya nerdstar gak bakal lebih dari 20 chapter deh, jadi ini udah mau tamat yeay! Ily gaisz:*
KAMU SEDANG MEMBACA
NerdStar
Teen FictionMollista Maudy-atau biasa dipanggil Molly, cewek paling unseen di SMA Jaya Bangsa, merasa hidupnya baik-baik saja asalkan tidak ada yang tahu menahu tentang identitasnya yang selama ini ia tutup-tutupi. Hingga akhirnya ia dipertemukan oleh Tristan...