Beach
(noun)
A place of relaxation, rest, and tranquility
Tujuh jam berkendara seorang diri dari pusat kota Bandar Lampung ke pesisir barat Provinsi Lampung bukanlah hal yang menyenangkan bagiku. Terlebih lagi jika ini adalah kali pertama aku berkendara sendirian dengan hujan yang turun dengan begitu derasnya. Terlebih lagi terdapat beberapa titik longsor di sepanjang jalan saat melewati jalur pegunungan menuju kota Liwa. Aku juga tidak bisa kehilangan konsentrasi saat melewati jalur sempit berliku-liku ketika memasuki kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan karena jalurnya terlalu ekstrem. Rasanya seperti membelah hutan rimba dengan tebing di sebelah kanan dan pepohonan yang menyembunyikan jurang curam di sebelah kiri. Untungnya jalan aspalnya berada dalam keadaan baik dan ada cermin cembung di setiap tikungan untuk mengantisipasi jika ada kendaraan yang melintas dari arah berlawanan. Dan tepat sebelum waktu makan malam, aku tiba di kawasan wisata pantai Labuhan Jukung yang merupakan tujuan utamaku.Tidak seperti Bali memang, di mana hanya dengan sekali pandang kita akan tahu kalau ini adalah area wisata. Jalan menuju pantai Labuhan Jukung tidak begitu besar, dan di sepanjang jalan dipadati dengan pemukiman penduduk. Hanya plang-plang kecil yang berisi penunjuk arah evakuasi tsunami yang menjadi tanda bahwa aku ada di daerah dekat pantai. Jika aku tidak benar-benar memerhatikan, aku tidak akan menyadari jalan sempit seperti gang yang akan menjadi jalur utama menuju pantai dan kumpulan losmen-losmen yang memenuhi bibir pantai.
Hujan masih turun saat mobil ku memasuki pelataran parkir penginapan Sunny Side, salah satu penginapan yang ada di sepanjang pantai Labuhan Jukung. Penginapan ini masih sama persis sejak terakhir kali aku berkunjung, hanya saja bangunan-bangunannya sudah di cat ulang dan meja ping pong tua yang terletak di samping ruang makan sudah diganti dengan yang baru. Di belakangnya, di bawah pohon tua berdahan besar yang tak ku kenal jenisnya, ada dua ayunan dari ban bekas yang diikatkan pada dahan pohon dengan menggunakan tali tambang yang tebal.
Sunny Side memiliki kamar yang berupa kabin-kabin kayu. Semuanya menghadap ke arah bibir pantai, kecuali kabin yang berada di dekat halaman tengah yang saling berhadapan. Aku masih ingat di sudut penginapan, di dekat pagar pembatas antara penginapan dan pantai, terdapat area yang lebih tinggi tempat dimana hammock-hammock sudah terpasang bagi siapa saja yang ingin berbaring di sana sambil menatap laut lepas.
Di sisi lain, terdapat taman kecil dengan kolam air mancur batu yang berisi ikan mas dan bunga teratai, di sekitarnya terdapat bangku-bangku panjang yang terbuat dari kayu kelapa. Ada gang kecil di bagian samping losmen yang menuju ke kolam renang sederhana, tempat di mana tamu biasanya bersantai. Di setiap hari minggu siang, biasanya pihak losmen mengadakan turnamen perang bantal dengan hadiah piala kecil dengan tulisan 'Pillow Champion' terukir pada plakatnya.
Ini adalah kali ke lima aku berlibur di penginapan ini. Pertama kali aku berkunjung saat gathering dari perusahaan tempatku bekerja, kali kedua saat aku mulai keranjingan surfing setelah mengambil kursus singkat berselancar di pantai Kuta. Memang, pantai-pantai di pesisir barat terkenal karena ombak-ombaknya. Tidak tanggung-tanggung, banyak peselancar dari luar negri jauh-jauh datang ke pesisir barat untuk menaklukan ombaknya. Meskipun aku belum semahir itu menaklukan ombak, bukan berarti aku tidak menikmati ombak di pesisir barat yang cukup menantang. Kali ketiga dan keempat murni karena kebutuhanku untuk berlibur dan berselancar. Dan kali kelima ini, kedatanganku dikarenakan alasan yang jauh berbeda dan tidak begitu menyenangkan. Atau bisa dibilang sangat tidak menyenangkan. Tapi aku tidak ingin mengingat alasan itu sekarang. Bahkan kalau bisa aku ingin melupakannya saja sekalian.
Karena itulah tujuan utamaku di sini, untuk melupakan.
Yah, paling tidak kunjunganku kali ini bukan sekedar kunjungan singkat. Aku memiliki waktu satu bulan penuh untuk menikmati hari-hariku sebagai pengangguran. Ya, aku kehilangan pekerjaanku-atau lebih tepatnya aku membuang pekerjaanku. But again, itu cerita untuk lain waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Summer We Met
RomanceMeet Luna... Gadis impulsive yang mencintai gelombang sebesar ia mencintai papan selancarnya. Selalu bertindak tanpa berpikir panjang. Mudah jatuh cinta dengan hal-hal baru, juga dengan orang-orang yang baru... Luna hidup untuk hari ini, tidak untuk...