F O U R T E E N

15 1 1
                                    

They said "follow your heart"
But if your heart is in million pieces
Which piece do you follow?
N.N

Aku tidak ingat kapan aku melompat turun dari carousel yang masih berputar, mengabaikan Sonya yang memanggil-manggil namaku, mengabaikan tatapan bingung dari pengunjung yang sedang mengantri giliran mereka menaiki carousel.

Kerumunan orang yang padat membuatku kehilangan orientasi arah. Susah payah aku menerobos kerumunan, mataku menyapu setiap area, mencari Logan. Semuanya tampak sama, dan tak ada Logan di antara mereka.

Di mana kamu, Logan?

Aku yakin akuntidak sedang berkhayal. Yang ku lihat tadi adalah Logan. Dia pasti Logan, aku yakin itu dia.

Tak peduli siapa wanita yang sedang bersamanya, tapi aku butuh untuk bertemu dengannya.

Untuk melihatnya dari dekat sekali lagi.

Untuk mendengar suaranya sekali lagi.

Untuk menghirup aromanya sekali lagi.

Untuk mencari kepastian darinya satu kali lagi.

Hanya satu kali, aku tidak akan meminta lebih. Apakah permintaan ini begitu sulit untuk dipenuhi?

Keramaian pengunjung menelanku, menelan sosok Logan, dan aku merasa sulit bernafas. Meskipun aku tahu aku terlihat konyol menangis di tengah keramaian, tapi ituah yang ku lakukan.

Menangis...seperti orang bodoh.

Seseorang mendekapku, ia menepuk-nepuk bahuku yang berguncang. Ia membisikkan kata-kata yang menenangkan.

"You're okay Luna...you're okay." setelahnya aku baru mengenali suara Sonya. "Lo nggak sendirian, ada gue. Jangan nangis lagi ya Luna."

Aku membenamkan wajahku di bahu Sonya, satu-satunya sahabat terdekatku. Mungkin dia tidak tahu alasanku menangis seperti orang gila di tengah keramaian, tapi ia mengerti.

Dia mengerti jika aku sedang berusaha menyatukan kepingan, serpihan hatiku yang berserakan di tengah keramaian.

*

Seandainya saja ada saklar di hatiku, di mana aku bisa menghidupkan atau mematikannya kapanpun aku mau.

Klik.
Hidup.

Klik.
Mati.

Ah, alangkah mudahnya menjalani hari.

Tapi tidak, bukan seperti itu cara hatimu bekerja. Terutama hatiku. Saat aku jatuh cinta, aku akan jatuh dengan cepat. Freefall. Dan ketika aku patah hati, it shattered to million pieces.

Sudah satu jam berlalu sejak Sonya membawaku kembali ke Sunny Side. Kami bergelung bersama di atas tempat tidur. Sonya tak banyak bicara saat aku menceritakan semua hal tentang Logan. Bahkan setelah aku selesai bercerita, Sonya masih tetap bungkam.

"Gue bego banget ya?" tanyaku seraga membersit hidungku pada tisu gulung yang diberikan Sonya padaku.

Sahabatku itu menghela nafas dan menatapku iba. "Lo tau konsekuensinya dan tetap aja lo jalanin."

Aku mengangguk pelan. "Gue tau gue salah."

"Gue nggak pernah bilang lo salah Luna. Perasaan nggak pernah salah."

"Terus gue harus gimana?"

Sonya meraih tanganku dalam genggamannya dan menatapku dengan tegas. Seakan ia ingin membagi kekuatannya untukku, untuk membuatku lebih tegar.

"Que sera sera, whatever will be will be." gumamnya. "Berhenti bereskpektasi dan stop berharap. Kalau dia memang untuk lo, dia akan kembali dan kalau dia bukan untuk lo, lepasin dia dan segala kenangan tentangnya."

"Easier said than done, Sonya."

"Well at least you try."

*

Sore ini aku dan Sonya berkendara menuju pantai mandiri. Aku untuk berselancar, sedangkan Sonya untuk bersantai. Krui Pro baru akan dibuka besok jadi hari ini pantai masih bebas digunakan untuk umum. Berbeda dengan kali terakhir aku berkunjung ke sini, kali ini pengunjung cukup padat.

Sebagian besar adalah wisatawan lokal. Mereka memadati warung-warung di pinggir pantai yang menjual kelapa muda dan beragam makanan. Ada juga sejoli yang hanya duduk berdua dan saling bersandar. Buru-buru aku memalingkan pandanganku dan menyibukkan diri dengan menggosokkan wax di atas permukaan papan selancar.

Pasir pantai terasa panas di telapak kakiku, menigkahi teriknya matahari yang membuat permukaan air laut berkilau. Aku mulai mempersiapkan diriku untuk kembali ke dalam gelombang, menantikan airnya yang dingin menyentuh kulitku.

"Gue turun dulu ya." Kataku pada Sonya.

Sonya mengangguk dan membenarkan letak topinya. "Have fun."

Aku berlari menuruni bukit pasir, menuju bibir pantai. Sebelah tangan menjinjin papan selancar dan tangan lainnya menaungi mataku dari terik matahari. Gelombang sore ini cukup panjang dan tinggi. Aku sudah menerka kalau sore ini aku bisa mendapatkan ombak yang cocok untukku. Satu hal yang sama sekali tidak ku duga adalah, sesosok pria yang juga sedang menuju bibir pantai dari arah lain.

Sosok yang amat ku kenali.

Logan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That Summer We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang