00 - Prolog

126 24 38
                                    

Dinan's POV

Entah darimana datangnya suara itu, suara itu telah kudengar sejak aku masih berumur 7 tahun atau bisa dibilang juga waktu ku kelas 1 SD. Terkadang aku suka ketakutan dengan suara itu, aku suka berpikir itu adalah suara hantu.

Namun setelah aku bertambah umur, ketakutanku mulai mereda. Sejak aku berdiri di kelas 4 SD, banyak kata-kata yang sering aku dengar yaitu sebuah cacian dan makian dari mereka. Mereka sering mengejekku karena aku lebih sering menyendiri dan menutup telingaku. Aku satu-satunya cowo yang paling takut di kelas, wajar seumuranku takut mendengar suara yang tidak tahu dari mana asalnya.

Begitupun aku di rumah, lebih sering berada di kamar bermain game dan menutup telingaku dengan earphone. Aku akan keluar kamar jika ingin pergi ke sekolah dan pergi ke acara penting saja.

Namun setelah 3 tahun kemudian, baru aku tahu bahwa aku bisa mendengar suara hati orang-orang yang berada di sekitarku. Jadinya, aku tidak sengaja sering menguping masalah setiap teman-teman yang berada di kelas. Orang tua ku juga menasihati agar menggunakan kelebihan ini dengan sebaik-baiknya. Terkadang aku telah salah menggunakannya, aku pernah mendapat nilai bagus saat ulangan mendadak, hanya dengan mendengar rumus yang temanku pikirkan.

Bahkan sejak pertama aku masuk di SMP aku dijuluki 'peramal ganteng' oleh teman-temanku karena aku bisa meramal apa yang mereka pikirkan, ditambah wajahku yang memang ganteng.

***

Dinan's POV

Nah, ini aku yang sekarang. Nama ku Ferdinan Cahya Putra, kalian bisa memanggilku Dinan. Aku terlahir di keluarga yang lumayan kaya, karena ayahku adalah salah satu direktur di salah satu perusahaan terkenal di Jakarta.

Meskipun aku tergolong orang yang mampu, orang tua ku tidak pernah mengajarkanku untuk menghambur-hamburkan uang.

Julukan itu masih ada sampai sekarang, satu sekolah mengenalku sebagai 'peramal ganteng' sampai kepada OB sekalipun.

Hari ini, adalah kegiatan pertama di sekolah baru. Setelah berhari-hari aku bimbang akan melanjutkan sekolah dimana, SMA Nusantara Bangsa yang kupilih.

Walau disini aku tidak mengenal siapa-siapa, mungkin ini saatnya aku harus berkamuflase dan harus move on dari sekolah lama ku.

Kutelusuri setiap lorong koridor, melihat setiap kelas yang belum terisi banyak dengan murid-murid. Sehingga aku menemukan tangga untuk naik ke lantai dua.

Lirikan mataku tertuju kepada kantin yang tengah dipenuhi oleh banyak murid. Mulai dari para siswi yang mulai bergosip ria sampai dengan para siswa yang sedang merokok.

Aku hanya membeli minuman dan duduk di meja nomor sepuluh. Aku hanya bisa berdiam diri dan melihat para siswi sedang tertawa.

Itu siapa? Sendirian aja? Anak dari sekolah mana?

Akhirnya aku memutar pandanganku karena aku telah ketahuan kalau aku sedang melihat mereka. Aku dengan tidak sengaja mendengar mereka sedang menggosipi diriku.

Hingga satu-persatu dari mereka menghampiriku dan melakukan beberapa introgasi. Walau aku hanya menjawab 'iya dan tidak'

Hal yang kulakukan hanyalah menutup telingaku dengan earphone dan mendengar beberapa lagu. Suara itu masih terdengar jelas walaupun volume ponselku sudah full.

Aku memalingkan wajahku ke arah belakang, aku melihat seorang gadis sedang membeli minuman. Entah mengapa, aku sangat penasaran dengan gadis tersebut.

Dengan cepat aku menegak air mineral yang kubeli, dan bergegas mengikuti gadis tersebut dari belakangnya.

Brukkk..

Langkahku yang terlalu cepat, sehingga aku menabrak laki-laki dengan postur tubuh tinggi, dan kemungkinan besar ia adalah kaka kelas.

"Kalo jalan liat-liat, punya mata ga lo?" Terlihat pria mengeram kesal sambil merapihkan baju nya.

"Sorry. Tadi buru-buru" jawab Dinan sambil melihat langkah gadis tersebut

"Makanya lain kali hati..."

Dinan memotong perkataan pria tadi, dan berlari mengikuti gadis tersebut. Gadis tersebut tidak terlihat lagi, dan sesosok gadis menghampiri Dinan

"Hei! Inget gw ga?" Kata gadis tersebut sambil memukul pundak Dinan

"Mmm, siapa ya. Sorry gw orangnya pelupa." balasku sambil menggaruk-garuk kepala

"Gw, Beca. Temen kecil lo. Inget?" tanya Beca

TBC

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Terus pantengin ceritanya ya! Satu lagi, mau kasih info. Kalau ada tulisan miring tandanya itu suara-suara yang di dengar oleh Dinan ya.

ConscienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang