Tak ada percakapan setelah itu, hanya hembusan angin yang berlalu- lalang di antara mereka. Fanin yang sibuk membuka buku IPS miliknya agar ia tidak ketinggalan pelajaran, sedangkan Dinan sibuk menyilangkan tangannya sambil memejamkan kedua matanya.
"Lo suka sama Dion?" Dinan membuka pembicaraan dengan mata yang masih terpejam.
"Engga!" jawab Fanin sembari memalingkan wajahnya dan melihat pepohonan yang bergoyang.
"Berarti gw salah kira"
"Ya-iyalah"
Mampus. Fix! Gw jadi salting ditanya begituan.
"Sewot amat mba?"
Fanin meninggalkan Dinan yang telah membuat dirinya salting.
***
Dinan yang sudah duduk di kursi miliknya sedari tadi. Mengambil buku tulisnya, dan mulai memainkan pulpen miliknya.
Sedangkan, Mrs Lasna yang mulai menjelaskan beberapa rumus-rumus yang seakan-akan membuat para muridnya berputar-putar di komedi putar. Dengan ajaran andalan miliknya yaitu mengajar seperti kereta yang berada di negara Jepang.
Dinan yang biasanya memperhatikan Mrs Lasna, kini ia hanya dia diam di dalam lamunannya. Dinan bisa terbilang pintar dalam masalah hitung berhitung tetapi ia ini orang yang ter-malas.
"Oke. Kita ulangan Fisika, ambil kertas kalian masing-masing"
"Ya Lord. Sudah ulangan aja pak." protes Radyah salah satu bendahara kelas.
"Oalah Gusti, nembe bab anyar wis mumet. Liyo dino meneh, Mrs. Nego dikit lah (Ya Tuhan, baru masuk bab baru sudah pusing. Kapan-kapan aja, Mrs. Di-nego aja Mrs" celetuk Rono salah satu berandal kelas dengan lagat njowo. Mrs Lasna ini sudah tinggal lama di Yogyakarta, jadi saat ia baru mengajar di SMA Nusantara Bangsa ia selalu ber-logat jawa.
"Tidak ada alasan, Mrs sudah memberi kalian materi. Ayo cepat keluarkan kertas kalian."
Seperti biasa murid-murid mengatur setiap strategi agar bisa di lihat atau sistem KS, kerja sama. Salah satu sasaran empuk di kelas adalah Diana, karena ia salah satu makhluk terpintar se-kelas.
Satu-persatu kertas ulangan dibagikan kepada setiap murid, hanya Diana sajalah yang sedang serius mengerjakan ulangan sedangkan murid yang lainnya hanya menundukkan kepala dan tertidur sambil menunggu jawaban.
Mrs Lasna menengok ke arah Dinan yang sedang meniduri kepalanya di atas meja.
"DINAN!" nada Mrs Lasna sangat mengerikan.
"Ha? Apaan lo?" celetuk Dinan yang baru terbangun dari tidurnya.
Semua murid hanya bisa menahan tawa, karena Dinan yang dijewer sampai merah dan segera menyuruh Dinan untuk mengangkat kaki dari kelas.
***
Dinan's POV
Mungkin hari ini adalah hari ter-lelah, karena hari Kamis adalah hari dimana para siswa akan pulang sore hari. Ditambah hari ini ada jadwal ekskul basket. Aku ini sudah jatuh hati kepada basket sejak aku kecil, dulu kedua orang tuaku bingung karena aku lebih sering menyendiri di kamar. Dari situlah, orang tua ku membuat satu lapangan kecil untuk bermain basket. Masalah caraku bermain, aku lumayan jago. Sejak SMP aku selalu dipilih sekolah dalam perlombaan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conscience
Teen FictionTentang suara hati yang bisa diungkapkan dengan tulisan, kegelisahan, cinta, dan air mata. Pemikiran-pemikiran yang sederhana dan bersifat privasi Ketika lidah tidak lagi mampu untuk mengucapkan., disitulah pemikiran itu datang Ferdinan, ia berbeda...