Suara deringan bel sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, dan sejak tadi kantin sudah diserbu oleh siswa dan siswi yang sudah kelaparan.
Begitu juga dengan meja yang memiliki nomor 17 telah dihuni oleh lima makhluk yang berjenis kelamin laki-laki. Dua diantara mereka sedang menyantap makanan yang sudah mereka beli, dua lagi sedang tertawa terbahak-bahak dan satu lagi sedang meratapi nasib hidup.
"Gw punya tebak-tebakan!" Seru Adam sambil menggebrak meja kantin. "Buah apa yang bisa nge-band dan terkenal"
"Noah!"
"Bukan."
"Avanged sevenfold!"
"Bukan."
"Bulet, eh Kotak maksudnya!"
"S a l a h"
"Mau tau ga apa jawabannya?" Tanya Adam sembari menyeruput es jeruk miliknya yang sudah datang. "Jawabannya adalah Lengkeng park."
Empat makhluk itu menertawakan sebuah lawakan yang sangat garing tersebut. Keempat tawa mereka pecah, menyebar ke seluruh permukaan kantin dan membuat para murid melirik kepada arah suara tersebut.
"Linkin park, bego!" Ujar Aldi yang sedang melemparkan kulit kacang ke arah Adam.
"Gw juga punya tebak-tebakan!" Kali ini giliran Risal yang akan menerima lemparan kulit kacang. "Burung apa yang bikin cewe seneng?"
"Tolol!"
"Ayo jawab!"
"Nyerah gw"
"Jawabannya burungkali aku akan nyatain cinta ke kamu"
"Garing lo." Ujar Aldi sekali lagi sambil melempar kulit kacang.
Seketika meja bernomor 17 menjadi hening, kini mereka sedang sibuk melirik Dino yang tengah mengaduk-aduk bakso yang ia beli sambil melirik ke meja bernomor 12.
"Lo kenapa Nan?" tanya Adam
"Lagi itu kali."
"Gajelas lo semua." kata Dino
"Gw kira lo bisu, makanya ga ngomong dari tadi."
"Bukan. Dino lagi liat itu, tuh" Risal menunjukkan jari telunjuk nya ke arah meja nomor 12, meja yang ditempati Fanin dan ketiga temannya.
"Bro, lo demen sama Fanin?" tanya Aldi
"Iya, lah. Masa demen sama tukang sapu." ujar Adam
"Bisa aja lu, cecurut."
"Udah tembak aja No!" sahut Aldi.
"Udah ah gw cabut ke kelas." tanpa basa basi Dino langsung pergi meninggalkan teman-temannya
Author's POV
Dino mulai menaiki anak tangga secara perlahan dengan langkah yang sangat gagah. Hingga akhirnya, ia sampai di puncak anak tangga. Ia mulai membulatkan matanya ketika ia melihat Fanin yang juga sedang berjalan.
"Hai" sapa Dino dengan suara yang lantang
"Juga, ka" jawab Fanin
"Mau masuk kelas juga?" tanya Dino
"Iya ka, kan udah bel."
Dino hanya membulatkan mulutnya, dan mulai melangkahkan kakinya bersamaan dengan Fanin.
"Oh ya Nin, malam ini lo free ga?" Tanya Dino sambil menggaruk-garukkan kepala "Gw mau ngajak lo ke pasar malam dekat rumah lo" sambungnya.
"Aku free, malam ini ka." jawabku
KAMU SEDANG MEMBACA
Conscience
Teen FictionTentang suara hati yang bisa diungkapkan dengan tulisan, kegelisahan, cinta, dan air mata. Pemikiran-pemikiran yang sederhana dan bersifat privasi Ketika lidah tidak lagi mampu untuk mengucapkan., disitulah pemikiran itu datang Ferdinan, ia berbeda...