07.25
Untuk kesekian kalinya Fanin terlambat, walau sudah dilakukan beberapa cara untuk mengelabui Pa Dono sang penjaga gerbang sekolah. Tetapi Fanin tidak bisa mengelabui penjaga pintu sekolah yaitu Mrs Hari.
Beliau selalu saja menjaga pintu sekolah dan menunggu setiap murid yang terlambat. Menurutnya lima menit sebelum bel sudah dianggap terlambat bagi Mrs Hari.
Author's POV
Mungkin hari ini akan menjadi hari yang berbeda dari sebelumnya. Kalian tahu mengapa? Hukuman kali ini lebih kejam dari sebelumnya. Hormat bendera menjadi hukuman yang dianggap beliau akan membuat murid-muridnya lebih baik. Tetapi nyatanya, tak ada satupun murid Nusantara Bangsa yang bertobat.
Fanin mengeluarkan ikat rambut dari dalam saku-nya, lalu menguncir asal rambutnya. Lalu, mengangkat tangannya di samping alis kanan, menatap bendera
"HEY KALIAN!" Mrs Hari melihat dua siswa yang sedang berjalan pelan supaya tidak ada yang mengetahui mereka
"KENAPA KALIAN TERLAMBAT?" tanya Mrs Hari yang sudah berada di hadapan Dinan dan Dino
"Beda satu menit doang mrs" ujar Dino
"Dinan? Kenapa kamu telat?"
"Bangunnya kesiangan, Mrs." jelas Dinan
"Saya ga di tanya mrs?"
"Ah sudahlah. Pusing kepala saya ngurus kamu, Dino" ujar Mrs Hari sembari memijit pelipisnya "KALIAN CEPAT NYUSUL TEMAN-TEMAN KALIAN DI LAPANGAN" lanjutnya
"Bye, Mrs Hari--mau KEJAM" ucap Dino sembari meninggalkan Mrs Hari
Lapangan itu hanya tersisa Fanin, Dino, dan Dinan, karena mereka bertiga lah yang paling terlambat dibandingkan murid-murid lainnya.
"Lo telat juga, Nin?" tanya Dino yang sudah berada di sebelah kanan Fanin
"E--eh, Ka Dino. Ia aku telat kak" jawabku
Ka Dino kalau dilihat-lihat, ganteng juga.
"Iya, gw ganteng kok." sahut Dinan
Kunyuk satu ini. Lo ga ganteng kali.
"Kalo gw ga ganteng, kenapa tuh yang di atas liat terus ke bawah?" ujar Dinan sambil mengadah ke atas.
"Idih najis!" kata Fanin ketus.
"KALIAN YANG DI ATAS, MASUK KE KELAS KALIAN SEKARANG!" kata Mrs Hari dari lapangan, namun para siswi masih saja mengintip dari jendela.
Tidak ada percakapan di antara mereka bertiga, hanya ada suara kicauan burung. Sesekali, Fanin mengganti tangan kirinya karena tangan kanannya sudah pegal.
Kurang lebih lima menit mereka berada di lapangan, Mrs Hari lun mengijinkan mereka kembali ke kelas mereka masing-masing.
"Keringet tuh, elap gih." kata Dion kepada Fanin yang sedang menaikkan anak tangga.
"Hah? Apa?"
Dion memutar badannya sembilan puluh derajat ke arah Fanin sehingga jarak mereka sangat dekat. Ia mengambil sapu tangan di saku celana, dan mendekatkan telapak tangannya ke dahi Fanin dah mengelap dahi Fanin yang sudah dipenuhi dengan keringat.
Fanin hanya diam di tempatnya, dan memperhatikan Dion yang sedang mengelap dahi Fanin dengan serius.
Dion. Lo ganteng banget, sih!
Dinan yang melihat adegan mereka, ia langsung menabrak mereka dan jarak mereka berdua sudah lumayan jauh. Tanpa rasa bersalah Dinan meninggalkan Fanin dan Dino dan segera menaiki satu per satu anak tangga.
***
Dinan sampai di lantai tiga, dan ia menelusuri setiap koridor menuju kelasnya.
"Selamat pagi, Mrs." sahut Dinan yang sedang berada di ambang pintu, dan melambaikan tangannya ke udara
Mrs Dina yang sedang menjelaskan pelajarannya, menghentikan penjelasannya dan menatap tajam ke arah Dinan.
"Pa-gi." jawab Mrs Dina datar
"Mrs. Kalau jawab itu harus--"
"Kenapa kamu telat?" tanya Mrs Dina to the point
Kini Mrs Dina sedang memegang penggaris kayu yang sering ia bawa saat mengajar, sedangkan Dinan yang sedari tadi menaruh tangannya di saku celana.
"Tadi saya jatoh dari motor, Mrs."
"Yang bener?"
"Bener lah Mrs. Masa saya bohong."
"Terus kamu ada yang luka?"
"Engga ada sih, Mrs."
"Yaudah kumpulin PR B.Indonesia nya sekarang."
"Nah, itu dia Mrs."
"Kenapa?"
Dinan yang sudah melangkahkan kaku nya lebih dekat dengan Mrs Diah, "Buku saya jatoh di TKP, Mrs."
Murid-murid yang lainnya, hanya menertawakan Dinan. Mereka menganggap itu adalah suatu hiburan, karena mereka terlalu bosan dengan ajaran dari Mrs Dina.
"DIAM SEMUA!" perintah Mrs Dina sembari memukul meja dengan penggaris panjangnya "Keluar dari kelas, jangan ikut pelajaran saya!" bentak Mrs Dina
"Yakin nih, Mrs?"
"Ya--" mata Mrs Dina tertuju ke luar kelas "Kamu ngapain disitu? Masuk kelas!" perintah Mrs Dina
"E-emm. Iya mrs, ini mau masuk." jawabku dengan gagap
Mrs Dina melanjutkan pelajarannya yang telah terpotong, sedangkan Dinan menarik tangan Fanin yang tengah berjalan menuju kelasnya.
Dinan membawa Fanin ke salah satu taman yang masih satu lingkungan dengan sekolah. Taman itu biasa digunakan untuk para siswa saat ingin bolos, tetapi untuk sekarang tak ada satupun siswa yang berada di taman.
"Lo bego atau apa sih?" ujar Fanin sembari melepaskan genggamannya "Ngapain lo ngajak gw ke sini?" sambungku
"Lo mau kena hukum di kelas, karena telat?" tanya Dinan yang tengah duduk di salah satu bangku taman
"Ya--engga lah."
"Yaudah."
Tak ada percakapan setelah itu, hanya hembusan angin yang berlalu-lalang di antara mereka. Fanin yang sibuk membuka buku IPS miliknya agar ia tidak ketinggalan pelajaran, sedangkan Dinan sibuk menyilangkan tangannya sambil memejamkan mata.
"Lo suka sama Dion?" Dinan membuka pembicaraan dengan mata yang terpejam.
TBC
Update lagi!!
Fanin suka sama Dino ga ya??
Tulis jawabannya di komentar ya!
(Sering update nya di hari Sabtu&Minggu yaa)
Terua di pantengin ya! Jangan lupa tinggalin jejak nya yaa. Thx
KAMU SEDANG MEMBACA
Conscience
Teen FictionTentang suara hati yang bisa diungkapkan dengan tulisan, kegelisahan, cinta, dan air mata. Pemikiran-pemikiran yang sederhana dan bersifat privasi Ketika lidah tidak lagi mampu untuk mengucapkan., disitulah pemikiran itu datang Ferdinan, ia berbeda...