Angkutan umum itu terhenti di sebuah perumahan, tidak begitu elit perumahannya. Cukup sederhana dan dihiasi dengan banyak pepohonan yang rindang. Gadis yang terlihat lemas itu berjalan, dan ia masuk di salah satu rumah yang tidak terlalu besar.
"Jadi rumah lo disini?" tanya Dinan sambil menghadang pintu pagar yang ingin ditutup oleh Fanin
Gadis tersebut menganggukan kepala, lalu ia menatap tajam Dinan, "Loh? Lo ngapain disini? Kok tau rumah gw?" tanya Fanin seperti sedang melakukan wawancara
Dinan masuk ke rumah itu tanpa adanya izin dari sang pemilik rumah. Banyak tanaman di sekitar pekarangan pagar, Dinan melepaskan sepatunya dan segera ia duduk di sofa kecil di ruang tamu itu. Mata Dinan melirik ke seluruh tempat kelihatan sangat rapi dan bersih, tidak seperti gadis biasanya yang hanya bisa mengeluarkan tetapi tidak bisa merapikan
"Kamar mandi dimana Nin?"
"Itu dibelakang" katanya dengan jutek
Ini kamar mandi gadis atau kamar mandi hotel? Wangi bener.
Dinan membaringkan dirinya di sofa yang tidak terlalu empuk itu. Gadis itu keluar dari kamarnya, ia memakai celana pas di lutut dengan rambut yang dikuncir berantakan
"Gw haus nih. Ga dikasih minum gitu?" Kata Dinan
"Nih minumnya, lo belum jawab pertanyaan gw. Kenapa lo bisa disini?" tanya gadis tersebut yang kembali menintrogasi
"Jangan-jangan lo mau mesum ya?"
Dinan tertawa terbahak-bahak
Perut Dinan berbunyi dengan perlahan, Dinan yang merasa malu karena ia tidak biasanya perutnya berbunyi saat bertamu ke rumah perempuan. Gadis itu mengajak Dinan untuk pergi ke dapur dan menyuruhnya untuk duduk di meja makan. Malu? Sangat! Dinan menutup wajahnya dengan jaket yang ia pakai.
"Sorry ga ada apa-apa, gw cuman punya mie goreng. Lo mau...."
Belum sempat melanjutkan, Dinan dengan spontan, "Iya. Gapapa kok"
Fanin segera membawa mie yang telah ia masak, ia menaruhnya di meja makan. Gadis tersebut tertawa, karena ia melihat Dinan yang masih menutup wajahnya dengan jaket. Karena merasa dirinya ditertawakan, ia membuka jaketnya yang ia kenakan untuk menutup wajahnya.
Dirinya hanya bisa menatapi mie goreng yang di hidangkan, sedangkan Fanin yang sudah melahap mie tersebut. Gadis itu tahu bahwa sebenarnya Dinan gengsi makan di rumah perempuan. Ia pun segera menyuruh Dinan untuk makan dengan ancaman kalau tidak makan, ia akan mengusirnya secara mentah-mentah
Walau Fanin yang memulai melahap mie goreng itu, tetapi Dinan lah yang pertama menghabiskan mie. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya bertanda heran. Karena tidak merasa enak, Dinan memberanikan dirinya membawa piring-piring bekas mereka makan dan menaruh di tempat cuci piring.
"Gw ga nyangka sama lo. Keliatan cool tapi sebenernya ada rasa tau diri" katanya sambil tertawa kecil
"Gw cool ya?" Katanya sambil merapihkan rambutnya
MENJIJIKKAN!
"Lo ga ikhlas ngasih gw makan?"
"Gw bisa ganti nanti di sekolah"
"Jijik gitu ya. Baperan lo" katanya sembari duduk di sofa
"Oh iya. Kok gw ga liat bokap nyokap lo?" tanya Dinan sambil mengikuti gadis tersebut duduk di sofa
"Gw tinggal sendiri disini. Bokap nyokap tinggal di luar kota"
"Mantap djiwa juga" Dinan terkekeh heran
KAMU SEDANG MEMBACA
Conscience
Teen FictionTentang suara hati yang bisa diungkapkan dengan tulisan, kegelisahan, cinta, dan air mata. Pemikiran-pemikiran yang sederhana dan bersifat privasi Ketika lidah tidak lagi mampu untuk mengucapkan., disitulah pemikiran itu datang Ferdinan, ia berbeda...