06 - Tetapi Tidak Bisa

31 7 14
                                    

Author's POV

Tiga jam berlalu, pelajaran Pa Mamat telah selesai. Kini semua murid di kelas berhamburan kemana-mana, tersisa empat manusia yang masih duduk di kursi, 2 diantaranya adalah Fanin dan Naya, sisanya adalah dua siswa yang tidak bisa lepas dari namanya buku bisa dibilang juga 'sang kutu buku'

Sesuai janjinya, Naya menepatinya dan mengajak Fanin untuk pergi ke kantin. Setiap koridor telah kulewati, diiringi tawa yang membuat Fanin tertawa terbahak-bahak

Mata Fanin kini tertuju kepada meja kantin, ia melirik dari setiap sudut. Meja kantin sudah penuh, tersisa meja 17 meja yang hanya ditempati oleh Dinan dan Riko

Naya dengan semangat mengajak Fanin untuk makan satu meja dengan Dinan.

     Naya memberanikan diri untuk meminta ijin kepada Dinan, "Dinan. Kita boleh duduk disini ga? Cuman meja ini doang yang masih tersisa"

     "Duduk aja ga masalah kok." Kata Dinan "Hati-hati aja! Dinan kalau masih laper, jadi kanibal" sahut Riko

     "Bangsat lo! Gw makan baru tau rasa lo" kata Dinan sambil memukul kepala Riko menggunakkan sendok

Fanin tidak mengeluarkan sepatah kata sekalipun, ia hanya ingin mengunci mulutnya rapat-rapat. Jadi seperti ini yang namanya gugup, bagaimana tidak gugup Fanin duduk di sebelah Dinan orang yang di sukai dirinya dan sahabatnya. Ralat, gw masih bimbang sama perasaan sendiri

Meja itu kini tersisa Fanin dan Dinan, tadinya mau ikut menyusul Naya yang sedang berada di kamar mandi. Tetapi entah kaki ini seperti ada yang menahan agar tetap di situ bersama Dinan

     "Oh iya" Fanin memulai pembicaraan "Tadi yang di ruang BK, elo ya?" sambung Fanin

     "Iya. Lo tumben kenapa bisa telat?" tanya Dinan memakan baso terakhir

     "Semalem badan gw cape banget. Serasa abis nguli tapi di sekolah, jadi gw tidur lumayan cepet e-ehhh gw kebablasan tidurnya" jelas Fanin

Dinan tertawa mendengar curhatan gadis lugu di depannya.

Sial. Cuman ketawa, nyesel gw udah buang kata-kata gw cuman buat cerita sama nih orang, dan balesannya cuman ketawa.

Denis menahan tawanya setelah mendengar suara Fanin

***

Author's POV

Jam pelajaran terakhir kosong dikarenakan Pak Mamat sedang sakit, kebetulan juga tidak ada tugas. Betapa merdekanya kelas ini, seharusnya mereka jam segini sedang memperjuangkan hidup mereka dengan belajar matematika.

Para makhluk kelas X MIPA II terdampar dimana-mana. Entah di meja, di kursi, bahkan di pojokkan sudut kelas. Meja-meja yang kini sudah tidak lagi beraturan.

Dan sekarang Fanin berada di luar kelas, ia merasa terlalu berisik jika berada di dalam kelas. Ia sekarang sendiri, Fanin meninggalkan Naya yang sudah terlihat terhanyut dalam mimpinya.

Kini, Fanin sedang melangkahkan kakinya menuju perpustakaan, untungnya lagi perpustakaan sekolah berada satu lantai dengan kelasnya.

Tidak perlu berlama-lama, karena tipe membacaku tidak seperti kutu buku lainnya yang bisa berlama-lama bertemu dengan buku.

Fanin memutuskan untuk kembali ke kelasnya, tetapi kaki ini seperti menyeretnya masuk ke dalam UKS. Suasana di situ sangat sepi, gelap, tetapi lumayan dingin karena UKS di sekolah dilengakapi dengan dua AC yang di pasang di atas pintu dan di sudut UKS

ConscienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang