10 - Secret Admirer

14 6 9
                                    

Senin? Hari yang paling membosankan bagi murid sekolah, lebih tepatnya bosan melakukan sesuatu.

Suasana di hari senin terkadang membuat kebanyakan murid lebih ceroboh. Contohnya, terlambat upacara bendera, berlari dengan cepat sambil mengenakkan dasi yang belum sempat terpakai.

Pagi ini, Fanin datang limabelas menit sebelum gerbang ditutup. Fanin terlihat mengenakan baju yang rapih tanpa dasi dan dibalut dengan jaket hoodie berwarna putih.

Sehilir angin yang menyelimuti kulitku sampai dalam, dedaunan yang jatuh dan berserakan di tanah. Dengan cepat Fanin berjalan menuju kelas, dengan tujuan agar cepat-cepat ia tidur di dalam kelas.

Fanin's POV

Karena terlalu cepat berjalan, sampai-sampai aku tidak melihat ke kiri dan kanan. Tiba-tiba, dari arah belakang terlihat sesorang dari belakang Fanin, yang mengendari sepedah fixie dan mengebut kencang seperti sedang melakukan perlombaan sepedah.

Pria tersebut memintaku untuk segera menghindar.

"Woooy minggir!" teriak pria tersebut sambil melambaikan tangan bertanda agar segera menghindar

Pria tersebut sepertinya sedang terburu-buru, makanya ia melajukan sepedahnya dengan cepat. Sebenarnya pria tersebut bisa saja mengerem secara mendadak. Tetapi ia malah kaget karena diriku dengan cepat berlari tanpa melihat situasi jalanan.

"Aduh!"

Pria tersebut jatuh ke rerumputan, sedangkan sepedah fixie nya menabrak pohon tinggi.

Aku yang mulai mengatur nafas, mencoba mendekati pria tersebut. Terdengar juga suara ringisan dari pria tersebut yang sedang berbaring dan beralaskan rumput

Dengan bermodalkan berani, aku membalikkan badannya, yang sedari tadi tertutup dengan rumput-rumput.

"L-lo nggak apa-apa?" tanyaku sembari membalikkan badan pria tersebut

Dinan?

"L-lho? Jadi yang naik sepedah tai itu elo?" ekspresi muka ku berubah menjadi menertawakan Dinan

"Anjir. Bantuin gw cepetan, sakit nih badan gue" aku masih menertawakan Dinan

Aku pun menaruh sepedah fixie milik Dinan di tempat parkiran sepedah. Aku kembali lagi ke TKP, untuk mem-bopong Dinan sampai ke UKS.

Aku masih mem-bopong Dinan sambil menahan tawaku. Setiap koridor aku lewati, tangan Dinan merangkul erat di bahuku. Tidak ada suara di setiap koridor, yang hanya bersuara hanyalah suara kicauan burung dan suara rintihan kesakitan Dinan.

Finally! Sampai juga. Gw tau gw berat tapi kalo makhluk yang satu ini--berat banget deh.

Dinan hanya tersenyum mendengar suara Fanin, ia malah makin menjadi-jadi. Ia lebih erat lagi merangkulkan tangannya.

Aku langsung menyuruhnya untuk berbaring di ranjang UKS, aku juga segera mencari obat untuk luka. Seketika aku teringat tempat ini adalah tempat pertama, dimana aku mulai gugup kalau ketemu sama ka Dino.

Aku membersihkan luka Dinan menggunakan kain yang telah dibasahi oleh air hangat, ku lakukan dengan cukup telaten dikarenakan muka nya yang cukup memelas saat jatuh tadi.

Setelah itu, aku menaruh betadine di setiap luka yang ada. Lumayan banyak baretan-baretan di kaki nya dan lebih parahnya lagi dengkul Dinan yang sudah memar dan berwarna merah bercampur ungu dan biru.

"Lo bisa perhatian sama orang? Cieee-perhatian" ujar Dinan sambil membuka matanya yang sedari tadi ia tutup

Langsung saja aku menekan dengan kuat luka milik Dinan, hingga ia meringis kesakitan dan ia mulai meminta ampun. Aku menghentikannya, karena ia mulai memajang muka memelasnya.

"Lo obatin aja tuh luka sendiri!" ketusku sambil melemparkan kain yang dibasahi air hangat

Dari sudut mataku, aku melihat Dinan yang sedang berbaring lemah di ranjang UKS. Ia bukan saja berbaring bahkan ia sudah tidur terlelap, dikarenakan masih sangat pagi. Ia berbaring di atas ranjang, dengan tangannya dijadikan bantal karena bantal yang berada di ranjang sudah aku ambil.

Karena bingung juga ingin pergi kemana, aku pun menyusul pria tersebut untuk tidur dan berharap kita tidak memiliki mimpi yang sama.

Setelah kurang lebih setengah jam telah berlalu, aku terbangun dengan suara yang berasal dari luar pintu UKS. Mataku tertuju kepada pintu yang perlahan terbuka.

Author's POV

Naya langsung menghampiri Dinan yang sedang berbaring di ranjang, "Dinan? Kok bisa disini? Lo kenapa? Terus, ini muka tangan kaki lo bisa kaya gini?" tanya Naya seperti sedang berwawancara

"Ga usah lebay kali. Dia 'gak apa-apa" sahut Fanin

"Kok bisa ada lo disini juga?" tanya Naya sembari menyipitkan matanya

"Lo mau kemana, Nan?" tanya Naya sembari kembali mem-bopong Dinan keluar dari UKS

Kini tinggal tersisa Fanin sendirian di UKS, ia ingin pergi menyusul mereka yang sedari tadi sudah pergi meninggalkan UKS. Tetapi ia melihat sebuah seragam sekolah yang sepertinya milik cowok, terlihat baju nya sudah kumel dan penuh keringat. Aku pun melihat name-tag yang berada di baju seragam itu.

Ferdinan Cahya Putra.

Nama nya leh ugha juga. Tapi tidak men-cerminkan dengan muka.

Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, kumasukkan baju milik makhluk astral itu ke dalam tasku. Fanin meninggalkan ruang UKS tersebut, dan berjalan menuju ruang kelas.

Fanin's POV

Setelah sampai di kelas, mataku tertuju kepada satu tangkai bunga mawar merah yang diletakkan di atas meja Fanin. Aku kembali meng-ucek-ucek an matanya supaya ia tidak salah melihat.

Tak lama juga, aku mengambil sepucuk kertas kecil. Dan Fanin mulai membacanya dalam hati.

Pagi Fanin :) Selamat belajar ya

Aku cukup meleleh, ketika membaca sepenggal surat, yang walaupun tidak terlalu banyak kata-kata tetapi itu membuat gw meleleh.

Aku pun menoleh ke sekelilingku, dan melihat siapa tahu pengirim bunga ini masih berada di sekeliling kelasku. Nah itu dia! Orang itu langsung membelakangiku ketika aku melihat dirinya.

Aku pun mengejar pria tersebut, tetapi aku tidak melihat pria tersebut lagi. Bahkan yang kulihat hanyalah Dinan yang sedang berjalan dengan sedikit pincang.

Masa iya Dinan? Tidak! Tidak! Tidak mungkin! Manusia seperti dia tidak mungkin melakukan hal seperti ini.

~~~
Kalau secarik kertas saja dapat membuat diriku menjadi bahagia. Bagaimana jika kau ungkapkan saja secara langsung
~~~

TBC

Oke ini update lagi kok. Terus pantengin ya. Oh iya, bagaimananih ceritanya? Apa makin kesini makin gaje atau makin bagus? Di komen yap!
Jangan segan-segan buat nge vote yaa!!!
Makasih :)

ConscienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang