PART 58

3.3K 82 0
                                        

Hampir sebulan lebih Fitri wisuda, dia terlihat sibuk sebar lamaran kemana - mana.
"lo emang yakin mau pindah darisini" tanya gue disela sela jam istirahat kerja
"iyalah den, gak mungkin gue diem disini aja, gak bakal ada perubahan" kata fitri
"emang lo mau kemana" kata gue
"yah kemana aja, yang penting dapet dulu" tanya gue
"udah ada yang dapet?" kata gue
"ada sih, cuma jauh, gue masih mikir mikir" katanya
"ooo kemana?" tanya gue
"Bali" jawabnya singkat
"wuiih enak tuh, bisa kerja sambil liburan lo disana" kata gue "emang kerja apaan" lanjut gue
"di hotel, kebetulan ada tamu kita disini yang punya koneksi kesana, waktu itu dia sempat nawarin gue, mereka butuh PR, dia bilang kalo gue siap kapan aja bisa berangkat" kata fitri
"enak tuh, ambil aja" kata gue
"nantilah, gue mau yang deket deket dulu, kalo bisa gak keluar dari palembang" kata fitri
"wah, kalau gue udah gue embat tuh" kata gue , dia diem saja
"terus rencana lo buat restoran gimana?" tanya gue
"yah gue harus cari modal dulu den, gue males nanggung nanggung, jadi langsung gede sekalian" kata fitri
"oooo, lo enak sudah ada tujuan fit, gue masih burem sama sekali" kata gue
"santai aja den, rejeki sudah ada yang atur" kata fitri,

sampai dengan satu bulan berikutnya fitri nyamperin gue
"Den, gue mau ngomong cerita bisa?" kata fitri
"ngomong aja, biasanya juga lo tanpa izin sudah nyerocos fit" kata gue
"Gue kayaknya harus ambil tawaran yang ke bali itu den" kata fitri
"oooh, baguslah, daripada lo masih repot repot cari" kata gue
"iya den, gue udah nunggu, emang ada beberapa tawaran yang masuk, tapi gak menarik, gue dihitungnya fresh graduate, pengalaman gue gak diliat sama sekali, yang gue dapet juga jauh banget sama tawaran dari bali" kata fitri
"yaudah, ambil" kata gue "kapan berangkat" tanya gue
"mereka minta gue secepatnya, gue udah nomong ke manager, dia sih support terus, tinggal gue nya aja kapan siap berangkat" kata fitri
"yaudah berangkat sana, nunggu apalagi" kata gue
"Gue berat buat pergi den, masih ada ganjelan" katanya
"aduh fit, kok ganjelan jadi masalah, kalo ibarat kendaraan yang lagi ditanjakan ganjelan itu ditarok dibelakang biar lo gak mundur turun kebawah, bukan ditarok didepan yang malah ngalangin jalan lo buat naik lebih tinggi" kata gue
"lo bener den" kata fitri sambil senyum
"lo kasih tau ya kapan lo berangkat, jangan asal pergi" kata gue
"iya den" jawabnya

Seminggu setelah selesai kerja, kita semua disuruh kumpul sama manager kita katanya ada yang mau disampaikan
Setelah semua kumpul, dia mulai bicara, intinya adalah pemberitahuan kalau Fitri terhitung malam ini sudah resign, lalu ditutup dengan ucapan perpisahan dari fitri.
"jangan ada yang pulang ya, kita makan makan dulu" kata fitri
Kita cari tempat makan biasa yang tempatnya luas, karena jumlah kita lumayan banyak, setelah makan dan becanda canda satu persatu anak anak pamit pulang, akhirnya tersisa tinggal kami berdua.
"gak berasa ya den" katanya
"gak berasa apa?" jawab gue
"yah gak berasa kita kenal sudah hampir 3 tahun" katanya
"hmmm, iya yah lumayan lama" kata gue sambil ngitung ngitung
"awalnya ketemu gue tanggapan lo sama gue apa den" kata fitri
"lo itu songong, sombong, belagu, pokoknya lo nyebelin fit" kata gue
"buset, lo kayaknya dendem banget sama gue" katanya ketawa
"yah itu kan dulu fit, sebelum kenal lo lebih deket" kata gue
"terus setelah itu emang beda den" kata gue
"beda lah fit, semakin gue kenal lo semakin gue tau gimana lo" kata gue
"emang gue gimana" kata fitri
"lo itu kayak telor, terlihat keras, tegar, tapi sebenernya lo itu rapuh" kata gue
"kok lo bisa nyimpulin kayak gitu den" kata gue
"keliatan pas lo ada masalah sama cowok lo fit, lo keliatan stres banget, kayaknya lo takut banget kehilangan dia, artinya lo itu butuh sosok yang bisa lindungin lo, lo butuh seseorang yang jaga lo, bener gak?" kata gue , dia diem cukup lama.
"iya den, gue gitu" kata fitri
"Kalau lo pertama kenal gue gimana" tanya gue
"hmmm, awal gue kenal lo, lo itu orangnya seenaknya, sok keren hmmm keren sih dikit, banyakan diem, lumayan cakep lah, songong juga" kata fitri
"oooh gitu ya" kata gue senyum
"Terus setelah makin lama gue kenal lo, lo anaknya baik den, asik juga, lo itu cuma agak kurang males ngomong sama orang yang belum lo kenal" kata fitri, gue senyum aja.
"lo tau den, entah kenapa kalo gue lagi ngobrol sama lo gue merasa nyaman den, lo keliatan lebih dewasa dibanding tampang lo, pola pikir lo juga dewasa" kata fitri,
"udah jangan kebanyak, nanti gue terbang" kata gue
"Gue serius den, gue malah bingung cowok kayak lo ko masih single" kata fitri, gue gwma ketawa
"emang kenapa sih den, lo gak pacaran, padahal kalo gue liat liat lo gak bakal susah cari pacar" kata fitri
"atau jangan jangan lo homo ya" kata fitri

"sialan, lo gue normal banget" kata gue "cuma gue males terikat fit" kata gue
"terus yang kemaren itu bener bukan pacar lo" kata fitri nanyain perihal oca
"Gue juga bingung fit, gue bingung sama hubungan kita" kata gue, lalu gue cerita tentang hubungan kita, tentang oca, tentang oliv tentang janji janji kita.
"gila lo ya, pake apaan lo kok cewek sampe segitu nya sama lo" kata fitri, kaget denger cerita gue
"gak pake apa apa fit, intinya gue cuma pengen orang orang disekitar gue nyaman dan aman sama gue gitu aja" kata gue
"ooooo" katanya lalu dia diem cukup lama
"Hmmm, terus sampe sekarang lo masih belum bisa mutusin buat pilih yang mana?" kata fitri, gue geleng
"hmmm, kalo gitu gue harus masuk antrian nih den" kata fitri tiba tiba serius
"antrian apaan" tanya gue
"antrian daftar cewek yang bakal nunggu jawaban dari lo" katanya
"maksud lo apaan" kata gue bingung
"Gue suka lo den" kata fitri, gue langsung diem denger kalimat terakhir dia
"gak perlu lo jawab kok den, yang penting lo tau aja, kan lo waktu itu bilang ganjelan jangan jadi masalah" katanya
"jadi selama ini ganjelan lo gue fit" kata gue
"iya den, gue gak mau jauh jauh dari lo" katanya
"kok lo gak ngomong dari dulu" kata gue
"Gue malu den, tapi setelah denger cerita lo, gue semakin yakin buat pergi" kata fitri

Gue cuma diem, setelah percakapan barusan, fitri terlihat lebih santai, seperti semua beban sudah lepas
"jadi kapan lo berangkat" kata gue
"lusa, tiket gue dikirim kemarin" katanya
"ooo, lo kalo sudah disana keep contact ya sama kita, jangan lupain kita disini" kata gue
"iya den, gak bakal, apalagi lo, gue gak akan lupa" kata fitri

Dua hari kemuadian fitri berangkat, gue gak bakal lagi denger suara dia yang suka tiba tiba teriak, suara dia yang suka marah marah.
Siang itu gue dipanggil oleh manager gue
"den, kamu tau kan fitri sudah keluar" katanya
"iya pak" kata gue
"saya mau kamu gantiin posisi dia, kita nilai lo kerja sangat baik disini" katanya
Gue cukup kaget denger cerita dia, mengingat masih baanyak yang lebih senior dari gue
"tapi pak, kan masih banyak yang jauh lebih senior dari saya" kata gue
"untuk urusan kerjaan, lama tidaknya waktu kerja gak berpengaruh sama promosi, yang menjadi tolak ukur adalah performance, itu yang kita nilai" katanya
Setelah sedikit pembicaraan tambahan, terkait tambahan job desk dan lain lain, gue kembali ke kerjaan gue. Malemnya baru beliau mengumumkan tentang​ promosi gue ke yang lain.

Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang