《11》

1K 157 28
                                    

(+)gomen baru up😤ini chapter terpendek.


Author pov

"Tidurlah." Ucap Dazai sambil mengelus kepalamu dengan lembut. Kamu yang dari tadi menunduk hanya menjawabnya dengan anggukan kecil. "Bagus. Selamat tidur [f/n]." Tuturnya lalu tersenyum manis.

"Ugh tapi... Dazai, aku tidak bisa tidur jika kau mendekapku sekencang ini." Protesmu disertai tawa kecil.

"Oops. Salahku." Dia melonggarkan dekapannya sedikit. Hanya sedikit. Seperti tidak ingin kehilangan kehangatan yang dipancarkan olehmu.

Begitu pula denganmu. Sangat nyaman berada didekapan pria bersurai coklat itu. Kehangatannya mengingatkanmu saat kalian masih kecil dulu. "Hei." Panggilmu lembut.

"Hmmm~"

"Apa kau tidak bisa tidur jika tidak memelukku?" Tanyamu dengan nada bercanda. "Sudahlah, hanya bercan-"

"Sepertinya begitu." Awalnya iseng bertanya tapi jawabannya membuat wajahmu seperti kepiting rebus yang disiram saus merah. "Rasanya jika memelukmu mimpi burukku akan hilang."

Dazai yang dari tadi memelukmu melepaskan pelukannya, lalu mata hazel miliknya menatap matamu dengan lembut. "Ah. [F/n] wajahmu merah." Momen indahnya lagi - lagi dikacaukan oleh maniak bunuh diri ini lagi.

"[F/n]." Panggilnya manja.

"Hmmm?"

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanyanya serius.

[F/n] pov

Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaannya, sudah kuduga. Aku hanya tersenyum menjawabnya. Aku menarik nafasku pelan lalu mengeluarkannya perlahan.

"Tutup matamu." Perintahku lembut Dazai langsung menutup matanya. Lalu aku menaruh tanganku di kedua kelopak matanya. "Apa kau melihatku?" Tanyaku.

"Tentu saja tidak." Jawabnya lalu tertawa kecil dan aku juga ikut tertawa.

"Bayangkan diriku." Perintahku lagi. "Sudah?"

"Sudah."

"Bagaimana aku?" Tanyaku penasaran.

"Cantik." Jawabnya spontan. "Dan sekarang aku membayangkan dirimu tersipu malu." Dazai terkekeh.

"Ck. Yang benar!" Protesku, mencoba mengelak kebenaran tentang aku tersipu malu. "Sekarang coba bayangkan aku berumur sepuluh tahun." Ucapku mulai serius.

"Sudah, kau imut."

Aku menghela nafas pelan. "Terimakasih. Sekarang coba bayangkan kau yang berumur sepuluh tahun disamping diriku yang kecil itu." Semoga saja dengan ini dia mengingatku.

"Hmm sudah. Kita sangat serasi." Ucap Dazai dengan nada bercanda.

"Haha benarkah? Kalau begitu bayangkan kita berdua sedang berada di suatu tempat." Dazai terlihat mencoba berpikir dengan keras, kelihatannya dia terlihat kesakitan.

"Apa kau baik - baik saja?" Ucapku khawatir, dan langsung dibalas anggukan.

"Kita..." alisnya mengekerut "berada di taman rumahku."

Deg

"Taman yang bagus ya." Pujiku sambil mengingat taman keluarga Mori.

"Ya..." Dazai meraih tanganku yang menutupi matanya. "Aku menemukanmu."

Tbc~

Sebelum up lagi aku mau nanya, disini ada yang tau Fyodor? Kalo gtw jangan di search di google nti spoiler.

Yang tau plis komen 'tau', yang gtw bilang 'nggak tau'.

-del


(+)kalo husbu readers Fyodor kasih tau aku juga ya😂

sfl; ένας✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang