8

6.3K 572 150
                                    

Jiwa

Suci, gadis kecil yang mendadak muncul dalam hidupku, tak disangka tentupun tak terduga karna datangnya tiba-tiba.

Kau seolah terus datang sesukamu, meski kutau mungkin tak ada dalam niatmu.
Pertemuan yang tak terbayang walau kini semakin memenuhi ruang dalam.

Ramaimu mulai menelusup pada satu ruang sunyi dalam hati, senyummu mulai menawan tentang isi difikiran.

Suci, ceriamu bak dendang lagu yang mengalun meriah, tawamu bak cemilan yang masih renyah.

Suci, gadis aneh atau unik? tapi kufikir dia punya banyak sisi menarik, yang pasti bisa membuat banyak pasang mata menatap tertarik.

Suci, terkadang tingkahmu menjengkelkan, tapi kuakui terkadang begitu menyenangkan meski hati ini masih terus saja menyangkal.

Parasmu tercipta menawan menggemaskan, bagai bunga menguncup yang hampir mekar, membuat rasa penasaran untuk diam-diam perhatikan.

Hariku lebih ceria bahkan meriah dengan hadirmu, susana didalam hatikupun lebih riuh bahkan terkadang gaduh karnamu.

Bukan aku ingin memanfaatkanmu dalam suasanaku yang sedang tak tentu, tapi tak ada salahnya kunikmati hari ceria melepas resah saat bersamamu.

Kau mampu melenyapkan murung yang sempat merundung, kau mampu mencipta senyum yang kadang dipenuhi lamun.

Kau tak biasa kau tak sekedar menyapa, kau beda kau seolah tawarkan manis berdua.

Kau bukan siapa tapi kau mulai menyita waktu yang kupunya, kau hanya anak kecil yang berisik tapi kau menyimpan pesona.

Suci, tak hanya parasmu bahkan namamu mulai melekati fikiranku, tak hanya lakumu tapi semuamu serasa makin terpatri dihati.

Suci, jangan salahkanku jika sesuatu terjadi padamu karnaku, jangan salakanku, jika ada yang akan berbeda nantinya.

***********

Meski berpura tak rasakan, tapi dalam hati Jiwa tak bisa pungkiri jika debaran demi debaran mulai bersahutan.

Kala dengan disengaja atau tidak tangan Suci seolah mengukur menelusuri tangannya dengan jemarinya, yang berujung pada jemari Jiwa lalu menelusupkan jemari tangannya pada tangan Jiwa dan menggenggamnya begitu saja.

Yang mampu semakin membuat jantung Jiwa bagai diajak lari.

Jiwa dan Suci terlihat masih betah duduk diatas batu besar, lebih tepatnya cuma Suci yang betah, karna Jiwa sesungguhnya tak betah meski sedikit pasrah.

Bukan tak betah bersama Suci, tapi Jiwa kurang suka tempat semacam itu, tapi ntah mengapa dirinya menurut saja saat Suci memintanya ketempat itu, meski awalnya sempat menolak.

Suci masih nampak juga begitu betah menyandarkan kepalanya dibahu Jiwa, ntahlah mungkin Suci merasa terlalu nyaman atau karna merasa lelah diperjalanan, tapi jika dilihat dari tingkahnya tak menunjukan lelah sama sekali.

Lalu perlahan Suci mengangkat kepalanya dari bahu Jiwa, ntah apa yang ada difikirannya karna tiba-tiba senyumnya begitu menggembang lebar kala menatapi wajah Jiwa dari samping.

Sama sekali tak terlihat wajah bersalah Suci, karna sudah membuat jantung Jiwa seketika berdebar, saat dengan beraninya Suci tak hanya bersandar dibahu Jiwa, tapi dengan berani juga Suci menyelipkan jemarinya pada jemari tangan Jiwa, lalu meremasnya lembut kemudian menggenggamnya dengan hangat.

Meski Jiwa seolah sengaja tak peduli dengan yang Suci lakukan padanya, yang sedari tadi bersandar dibahunya, yang lebih dengan berani menggenggam tangannya.

Karna setelahnya Jiwa memilih sibuk dengan ponselnya, antara untuk mengalihkan fokusnya dari kelakuan Suci juga berharap bisa menggurangi debar gugup dihatinya.

Bahkan saat Suci tak lagi bersandar, meski Jiwa tau tapi seolah tak mau tau, karna masih saja sok sibuk dengan ponselnya.

Sampai tiba-tiba tubuhnya dirasa meriding, terutama dibagian kupingnya, yang seketika membuatnya sedikit kaget dan perpaling dari ponselnya.

Menoleh dengan reflek tepat kearah Suci, yang membuat pipi Jiwa sedikit tersentuh bibir Suci, yang dengan sengaja meniup-niup pelan kuping Jiwa, yang niatnya ingin menganggu Jiwa yang sedang begitu fokus pada ponselnya.

Tiupan Suci seketika terhenti saat mendapati Jiwa menolehnya, dengan gaya bibir yang masih meniupnya Suci sedikit memundurkan kepalanya.

Jarak wajahnya dengan Jiwa sunguh begitu dekat, jika saja Suci tak mundur pasti posisi keduanya nampak seolah sedang berciuman.

Jiwa menatap tajam pada Suci, tapi meski begitu Suci tak takut malah Suci tersenyum lucu seketika, yang membuat Jiwa semakin tajam menatapnya seolah geram, meski dalam hati mulai merasa sebaliknya.

"Habisnya kakak fokus banget sama ponselnya, padahal disini ada yang lebih menarik" ucap Suci.

Dengan kedua jarinya yang membentuk istilah piss, dengan senyum yang lebih terlihat cenggegesan tak jelas, antara bercanda atau serius dengan ucapnya.

"Mana yang lebih menarik?" Tanya Jiwa menatap sedikit tajam.

"Pemandagannya kak, lihat deh, sibuk sama ponsel sih" jawab Suci.

Menunjuk sekitaran, dengan sedikit dibuat gugup oleh tatapan Jiwa.

Tapi tak dipedulikan Jiwa, karna Jiwa terus menatapnya, membuat Suci yang ntah kenapa merasa semakin gugup.

"Udah?" Malah tanya Jiwa.

Membuat Suci bingung dengan maksudnya.

"Apanya kak?" Balik Suci bertanya.

"Isengnya" jawab Jiwa.

Jelas terlihat sebalnya juga malas, meski dalam hati siapa yang tau.

"Belum" jawab Suci.

Lalu dengan begitu beraninya kembali meniup lembut kuping Jiwa, yang seketika membuat Jiwa menangkup wajah Suci untuk menjauhkannya dari kupingnya.

Membuat suasanya yang tadinya seolah ingin bercanda ria, tapi kini nerubah menjadi suasana canggung tak terduga, kala tatap keduanya kembali dipertemu tak hanya sedetik berlalu, tapi bak lama sepuas waktu melaju.

"Kamu nantangin aku?" Tanya Jiwa mendadak jadi lembut.

Dengan kedua tangan Jiwa masih menangkup wajah Suci, yang ntah mengapa tak mampu dijawab Suci.

Tapi malah satu tangan Suci yang tadi berniat melepas tangan Jiwa dipipinya, kini nyatanya malah bak meremas tangan Jiwa lembut jadinya, yang membuat suasana semakin tak tentu karnanya, karna ulah keduanya yang sesungguhnya sangat berlawanan.

Tatap keduanya semakin sama melembut, semakin lama semakin terlihat saling ingin lebih kenali, atau bahkan sudah tercampuri rasa saling lebih berani.

Suci dibuat menutup matanya perlahan karna tatapan Jiwa yang semakin dirasa begitu dalam, antara mungkin seolah pasrah atau karna Suci tak lagi terus sangup menatap.

Melihat Suci menutup matanya justru membuat Jiwa menelan ludahnya begitu saja, kala dirasa degup dihatinya makin liar tak terkira.

Membuat Jiwa tak lagi bisa menahan apa yang kini dirasa dihatinya, yang sebenarnya mudah saja melakukannya pada gadis kecil didepannya.

Perlahan Jiwa mulai memajukan kepalanya, membuat wajahnya semakin mendekati wajah Suci yang terlihat pasrah.

Jiwa terus perlahan makin  mendekat, membuatnya bisa merasakan nafas tak teratur Suci.

Hingga dengan disengajanya, jemarinya mulai mengusap lembut kening sampai kepipi Suci, membuat tubuh Suci nampak meremang menegang karnanya, lalu dengan jemari tangannya berbalik meremas tangan Suci yang tadi memegang satu tangannya.

Semakin melihat bibir Suci dirasa Jiwa semakin susah menelan ludahnya, semakin dirasa susah menggendalikan detak dijantungnya.

Apalagi wajah Suci yang sedari tadi tampak pasrah menggoda, dengan bibir munggilnya yang seolah sengaja meminta,  membuat Jiwa kini dengan beraninya begitu saja melakukannya...melakukan yang mungkin bukan haknya.........

TBC

Suci dalam Jiwa (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang