21

5.2K 514 184
                                    


Mobil terus melaju dengan cukup cepat meninggalkan sekolah, membawa Suci ntah kemana? Yang masih dilanda rasa bingung juga penasaran.

Jiwa yang jelas merasa tak terima dedek gemasnya dibawa orang begitu saja, langsung melajukan motornya memburu mobil itu tentunya.

Meski dengan mudah Jiwa bisa langsung menyalip dan menghadang mobil itu, tapi Jiwa tak melakukan itu, karna justru tetap menjaga jarak dengan mobil itu.

Karna meskipun tak terima dedek gemasnya dibawa, tapi Jiwa juga penasaran kemana orang itu akan membawa Suci.

Setelah beberapa menit melaju mobilpun berhenti didepan sebuah cafe, seseorang itu langsung mengajak Suci turun dari mobil dan masuk.

Jiwa mengamati keduanya yang berjalan masuk kedalam cafe, dengan fikiran yang begitu penasaran.

Setelah memilih tempat duduk, keduanya lalu memesan makanan, dan menunggu dengan suasanya yang sebenarnya sedikit canggung karna tak terbiasa, lebih tepatnya Suci yang merasa canggung.

"Jadi maksud tante Winta ajak Suci ketempat ini untuk apa ya?" tanya Suci akhirnya.

Pada seseorang yang dipanggilnya tante Winta, yah memang Winta yang dengan sengaja menjemput Suci disekolahnya.

"Begini Suci, tante tidak mau basa basi, tante tidak tau ada hubungan apa kamu dengan Jiwa, tapi setau tante kalian terlihat cukup dekat, Kamu itu masih terlalu kecil untuk mengenal Jiwa dengan segala pengalamannya Suci, jadi menurut tante lebih baik kamu fokus pada sekolahmu untuk masa depanmu nanti" jawab Winta menjelaskan.

Yang bagi Suci terdengar cukup mengherankan juga menggesalkan hatinya.

"Ini maksudnya tante nyuruh Suci jauhin kak Jiwa?" lagi tanya Suci.

Yang sedikit membuat Winta menatap Suci dengan tersenyum, mungkin karna niatnya langsung ketauan Suci, meski dengan pandainya Winta tetap coba bersikap santai.

"Demi kebaikan kamu Suci, atau gak ada salahnya kalau kamu mau coba perbaiki hubungan kamu sama Leo, ponakan tante yang ganteng itu, menurut tante kalian berdua sangat cocok, dan Leo punya masa depan yang pasti cerah, tante jamin kamu ga nyesel kalau sama Leo" lagi jawab Winta.

Dengan entengnya yang semakin membuat Suci heran juga geram, meski kini Suci semakin mengerti kemana arah maksud semua ucapan Winta.

"Sejak kapan tante peduli sama hidup Suci?" terus tanya Suci.

Mulai menunjukan nada kesalnya pada tante didepannya.

"Itu tidak penting Suci, karna yang terpenting kamu dengerin ucapan tante, agar kelak kamu tidak menyesal" lagi jawab Winta.

Mendadak terdengar seolah mengancam, meski mungkin bukan itu maksudnya, atau memang begitulah niatnya menuruti apa keinginannya.

Suci juga kini semakin yakin jika semua ucapan Winta, itu bukan karna Winta peduli padanya, tapi karna Winta cemburu pada dirinya.

Karna tak ada seorangpun mantan, yang berhak mengatur atau melarang siapa yang sedang dekat dengan mantannya, meski masih ada cemburu atau cinta sekalipun.

Jujur saja dalam hati Suci merasa kesal dengan semua ucapan Winta, tapi meski begitu Suci masih ingin bersikap dengan sopan, dan tak mau terpancing emosi.

"Apa maksud semua ucapan kamu? Apa hakmu melarang dengan siapa Suci dekat haa?" tiba-tiba terdengar suara Jiwa.

Yang sudah berdiri disamping keduanya, membuat keduanya langsung menoleh sama kagetnya, Winta kaget juga tentunya gugup takut karna merasa ketauan oleh Jiwa, sedang Suci meski kaget tapi langsung tersenyum manis kearah Jiwa.

Suci merasa kini pelindungnya sudah datang, yang akan membawanya keluar dari situasi menggesalkan hatinya, karna tante cantik didepannya yang sedang terbakar cemburu pada dirinya, meski melihat itu Suci juga cemburu.

"Ji..Jiwa, ini..." ucap Winta terhenti.

"Jangan pernah mencampuri urusan Suci ataupun aku, karna kamu sama sekali tak ada hak, yang lalu biar berlalu, kita mengenal dan berakhir tanpa permusuhan, jadi jangan melakukan hal yang bisa menjadikan kita bermusuhan, kita jalani hidup masing-masing tanpa saling ganggu!" ucap Jiwa tegas.

Menatap dalam pada Winta, yang mampu membuat Winta tak berkutik karna jika seorang Jiwa sudah terlihat marah, auranya yang biasapun akan terlihat membekukan bagi Winta.

Setelahnya Jiwa menggenggam tangan Suci, lalu membawanya keluar dari cafe itu.

Winta menatap nanar pada keduanya, seolah menyesali keputusannya menemui Suci, karna Winta semakin berfikir kini Jiwa akan lebih hilang rasa padanya, yang jelas sudah ketauan meski tak langsung tapi seolah melarang Suci dekat dengan Jiwa.

Tapi meski begitu Winta seolah tak begitu saja mudah untuk menyerah, karna kini dirinya langsung menelfon seseorang, yang mungkin saja bisa membantunya kembali memiliki Jiwa.

************

Jiwa melajukan motornya cukup kencang, dengan Suci yang berada dibelakangnya, memeluknya erat karna sedikit takut, ntah apa yang sedang Jiwa fikirkan kini.

Dibawanya Suci kerumahnya, karna hanya rumahnya menurutnya tempat yang paling pas.

"Kamu kenapa hmm, mau aja diajak pergi sama Winta?" tanya Jiwa setelah duduk disofa.

"Tante Winta main narik aku gitu aja masuk kemobilnya" jawab Suci dengan polosnya.

Karna memang sedari awal tak punya fikiran macam-macam pada Winta.

"Kalau orang lain yang gituin juga mau aja?" tanya Jiwa lagi.

Menatap datar pada Suci, membuat Suci sedikit merasa cemas.

"Ya kalau kakak yang gituin" jawab Suci masih dengan polosnya.

Lalu tersenyum begitu manis kearah Jiwa, yang sedari tadi tampak menahan kesal karna ulah Winta.

"Jadi, setelah ini bagaimana?" lagi tanya Jiwa.

Membuat Suci menatap heran, tak mengerti maksudnya.

"Bagaimana apanya kak?" tanya Suci tak mengerti.

Mendengar pertanyaan Suci yang dirasa begitu polos atau apalah itu, langsung membuat Jiwa dengan cepat menarik tubuh Suci keatas pangkuannya, yang mau tak mau membuat jantung Suci terkaget dalam degupnya.

"Masih mau dekat denganku?" tanya Jiwa.

Menatap dalam mata Suci yang kini begitu dekat dengan matanya, Suci yang dibuat semakin gugup rasa tak sanggup membalas tatapan Jiwa.

"Kan...aku...pa..pa..car kakak" jawab Suci terbata.

Tentu saja karna ulah Jiwa, ntah sadar atau tidak itulah jawaban yang keluar dari mulutnya, jawaban yang masih terdengar polos tapi mampu membuat hati Jiwa berbunga-bunga.

"Jadi?" lagi tanya Jiwa.

Kali ini terdengar lirih seperti bisikan, tak berpindah terus menatapi dalam mata gadis kecil dipangkuannya.

"Ja..jadi apa?" tanya balik Suci.

Ntah karna benar polos atau karna otaknya sedang tak bisa berfikir, karna posisinya dipangkuan Jiwa jelas sangat menganggu kerja fikirannya.

"Jadi kalau kamu pacar aku, terus?" Lagi tanya Jiwa dengan sabar.

Menatap lembut sidedek gemasnya, yang sedang dipangku posesif bagai miliknya seorang.

"Terus, siapapun...ga..ga ada yang bisa ngebuat Suci jauh da..dari kakak" jawab Suci masih terbata.

Yang meski begitu langsung membuat Jiwa tersenyum manis, lalu mengusap wajah Suci dengan lembut, menatapnya lebih dalam sedalam rasanya orang yang sedang jatuh cinta, Jiwa merasa dedek gemes dipangkuannya semakin menggemaskan jika sedang gugup, membuat Jiwa ingin rasanya mendekapnya terus-terusan.

Jantung Suci semakin dibuat berdebar-debar tak tau tentu, selalu saja begitu karna gadis dewasa yang selalu begitu pandai mempermaikan ritme dijantungnya, tapi meski begitu ntah mengapa Suci malah menikmatinya, membiarkannya dan merelakannya lagi..........

TBC

Suci dalam Jiwa (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang