14

5.5K 575 180
                                    

Akibat efek kecupan Jiwa dibibirnya membuat Suci yang dihatinya begitu kaget, tapi meski begitu tubuhnya dibuat seolah beku tak bisa bergerak. Degupan demi degupan dijantungnya juga masih jelas dirasakannya.

Sementara Jiwa terlihat begitu santai disampingnya, masih dengan menatap ponselnya seolah tak habis mencuri ciuman pertama pada gadis kecil disebelahnya, atau karna Jiwa memang tak tau jika dirinya sudah mencuri ciuman pertama Suci. Ah tentu saja Jiwa tidak tau itu.

Dan seseorang yang sedari tadi mengikuti mereka, kini menggepalkan kuat tangannya, rasa marah juga kecewa dihatinya dirasa semakin meluap. Ingin sekali rasanya menyeret salah satunya dan membawanya pergi jauh dari sana, tapi difikir lagi dirinya tak mau mempermalukan diri, sehingga memilih pergi dengan hati yang semakin terluka.

Saat tersadar Suci langsung meraba bibirnya, merabanya berulang dengan hati yang masih berdebar-debar mana kala rasanya masih terasa, rasa lembut juga hangat bibir Jiwa yang meski sekilas menempel dibibirnya, tapi sangat mampu membuat Suci terkatup beku.

Lagi, Suci terus meraba bibirnya berulang, lalu menatap orang yang sedang terlihat begitu fokus dengan ponselnya, lalu.....

"Aaaaaaaa kak Jiwa, kok nyuri ciuman pertamaku si kak?" ucap Suci.

Sedikit kencang, lalu memukuli bahu Jiwa dengan rasa sebalnya, meski ntah beneran sebal atau hanya sekedar menutupi rasa gugupnya yang tak juga mereda.

Jiwa yang sedikit kaget, lalu menarik tangan Suci dipegangnya erat kedua tangan Suci.

"Tadi ngomong apa?" tanya Jiwa.

Menatap mata Suci, yang jelas terlihat gugupnya manakala beradu tatap dengan Jiwa.

"Ta..tadi...kakak nyuri...ci..ciuman pertamaku" jawab Suci terbata.

Namun jujur adanya, karna benar adanya sebelumnya memang tak pernah ada yang mencium bibirnya, meski Suci pernah berpacaran dengan laki-laki teman sekolahnya, tapi tak pernah melakukan itu karna hanya sebatas cium pipi saja, meski laki-laki itu pernah meninta mencium bibirnya, tapi Suci tak pernah mengizinkannya.

"Belum pernah ciuman?" tanya Jiwa memastikan.

Dengan tatapan menyelidik pada Suci, yang mampu membuat Suci menunduk dan menggeleng pelan sebagai jawaban yang ditanya Jiwa.

"Serius?" lagi tanya Jiwa.

Seolah begitu tak percaya jika Suci memanglah belum pernah dicium bibirnya.

Suci hanya mengangguk menjawab pertanyaan Jiwa, ntah malu ntah semakin gugup yang membuat Suci mendadak terbisu.

"Dicium juga belum pernah?" terus tanya Jiwa.

Seperti meledek Suci dengan pertanyaannya, Suci yang belum pernah ciuman.

Lagi Suci hanya mengangguk menjawab pertanyaan Jiwa, tapi kali ini dibarenggi tatapan sebalnya pada Jiwa, meski ntah beneran sebal atau ntahlah.

Setelahnya Jiwa tertawa cukup terbahak, setelah yakin dengan jawaban Suci, yang semakin membuat Suci menatapnya tajam penuh heran pada Jiwa yang masih tertawa.

"Ngetawain apaan si kak? gitu banget ih" tanya Suci.

Meski sebenarnya tau Jiwa sedang menertawakan dirinya.

"Ya kamu, aku pikir kamu sudah pernah ciuman" jawab Jiwa.

"Yee emang belum pernah kak, dan itu gak lucu jadi kakak gak usah ketawa, seneng banget ya udah nyuri ciuman pertamaku" ucap Suci.

Dengan wajah sebalnya yang selalu tampak menggemaskan bagi Jiwa.

"Lucu itu, kamu lucu Suci" jawab Jiwa.

Sambil mencubit pipi Suci gemas, masih terus membuat Jiwa tertawa lepas.

"Jangan cubit ihh kak, kakak mah nyebelin, kakak mah ngeselin udah nyuri ciuman pertama aku, trus gak ada lembut-lembutnya, gak ada mesra-mesranya, trus ngagetin gitu gak ada romantis-romaaabbbhhhhhhhh" lagi ucapan Suci yang seketika terpotong.

Kala dengan cepat Jiwa menarik tengkuknya, lalu kembali mengecup bibir Suci yang kali ini tak hanya sekilas, karna beberapa detik Jiwa sengaja menempelkan bibirnya pada bibir Suci, lalu dengan perlahan mulai menggerakan bibirnya melumat bibir Suci.

Suci yang tampak sama seperti tadi, seolah dibuat semakin membeku tapi juga merasa lemas, jantungnya semakin terpacu liar tapi dirasa hati kian menghangat.

Dengan begitu lembut Jiwa terus melumati bibir Suci, bibir yang tak berani membalasnya bibir yang hanya tampak pasrah membasah, ntah karna gugup yang semakin mendera atau karna malu yang dirasa.

Sampai pada Jiwa menyudahi ciumannya, lalu memundurkan wajahnya, lalu memeluk Suci dengan begitu lembut.

"Kamu deg-dengan banget ya" ucap Jiwa.

Yang sejak tadi juga merasakan detak jantung Suci yang begitu jelas gugup.

"Umm kak" jawab Suci jujur.

Semakin erat memeluk Jiwa, semakin menenggelamkan wajahnya dibahu Jiwa, kala debar dijantungnya seperti enggan mereda.

Jiwa tak kalah erat mendekap Suci, yang semakin membuat Jiwa bisa merasakan derasnya degup jantung Suci.

Ntah apa yang saat ini ada difikiran keduanya, Suci merasa jantungnya terus berdegup cepat tapi bersamaan dengan rasa nyaman didekapan Jiwa, sedang Jiwa meski tak segugup Suci atau bisa dibilang begitu tenang, mungkin karna sudah begitu berpengalaman, tapi dalam hati Jiwa juga merasa kehangatan yang begitu nyaman kala berdekapan dengan gadis kecilnya (?).

Beberapa saat berlalu hanya dengan pelukan, setelahnya Jiwa melepaskan pelukannya, lalu menatap Suci yang masih tersisa gugup.

"Aku antar kamu pulang yuk?" ajak Jiwa dengan suara yang terkesan lembut.

"Kerumah kakak aja ya, kan besok hari minggu" jawab Suci penuh harap.

"Gak, nanti dicariin orang tua kamu" jawab Jiwa menolak.

"Kan Suci bisa telfon mereka kak" jawab Suci.

Meyakinkan Jiwa, karna ntah untuk apa Suci sepertinya ingin sekali menginap dirumah Jiwa.

"Gak, pokoknya aku antar kerumah kamu!" jawab Jiwa yang menjadi tegas.

Bukan tak mau Suci menginap dirumahnya, tapi Jiwa hanya tak ingin orang tua Suci khawatir.

"Kerumah kakak!" Jawab Suci kekeh.

"Kerumah kamu!" Jawab Jiwa lebih tegas.

"Kerumah kakak" lagi jawab Suci makin kekeh.

"Kita kehotel" ucap Jiwa ntah becanda atau serius.

Yang tentu sangat menggagetkan bagi Suci.

Sambil menarik pinggang Suci, yang membuat tubuh Suci langsung menempel pada tubuhnya, menatap Suci lekat dan dalam, lagi dan lagi membuat Suci tak daya berkutik.

Meski mata Suci mampu membalas tatap Jiwa, tapi lidah dan tubuh Suci kelu terasa, lagi karna Jiwa gadis dewasa yang ntah mengapa mampu membuat jantungnya berulang-ulang terpompa liar.

"Nga..ngapa..in kak?" tanya Suci terbata.

Bak anak kecil belajar mengeja, akibat jantung yang ntah sudah keberapa kali dibuat bligsatan tak karuan............

TBC

Suci dalam Jiwa (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang