20

5.5K 492 124
                                    


Minggu malam Suci dibuat terbayang-bayang tak mau henti, tentang yang dilakukan Jiwa padanya sepagi tadi, otaknya seakan tak bisa menghilangkan tiap sentuh yang Jiwa berikan.

Semua seolah sangat apik terekam diingatannya, mampu mendebarkan hatinya, kala semakin dalam teringat bagaimana prosesnya bagaimana rasanya yang baru pertama didapatnya.

Membuat Suci teringat ucapan Jiwa yang menyuruhnya jangan terus memikirkan yang iya-iya, membuat Suci jadi malu sendiri kala ucapan Jiwa benar terbukti dirasanya.

Meski Suci sedang sendirian didalam kamarnya, tapi ntah mengapa mengingat kejadian itu mampu mencipta rona dipipinya, ditemani senyum yang tak henti-henti menghiasi bibir munggilnya.

Suci merasa dirinya bisa gila jika terus teringat kejadian itu, tapi menghilangkan dari otaknya juga tak semudah itu bisa.

Hingga beberapa kali Suci menggelengkan kepalanya pelan coba mengusirnya, bahkan sampai memukul-mukul kepalanya sendiri tapi tetap saja tak ada hasil, karna justru kejadian itu semakin membayang.

Hingga usahanya terhenti kala pintu kamarnya diketuk, yang mau tak mau Suci melangkah untuk membukanya meski dengan malas, dibuat semakin malas kala tau siapa yang ada didepan pintu kamarnya.

Suci mencoba langsung menutup lagi pintu kamarnya, tapi pintu langsung ditahan Ali agar tak tertutup, dan didorong semakin lebar oleh Ali, lalu begitu saja Ali masuk kekamar Suci, yang tentu saja membuat Suci mendengus dengan kesalnya.

Ali yang melihat Suci masih berdiri didepan pintu, sedikit menarik Suci lalu menutup pintunya, meski tangan Ali langsung dihempaskan Suci.

"Apa-apaan si?" tanya Suci kesal.

Menatap sebal pada Ali yang seolah berhak atas dirinya.

"Semalam nginep dimana?" tanya Ali.

Yang meski ada emosi tapi masih bersikap lembut, meski Ali sudah tau, tapi ingin mendengar langsung dari mulut Suci.

"Bukan urusanmu" jawab Suci acuh.

"Suci, kamu ada hubungan apa si sama perempuan dewasa itu?" tanya Ali lagi.

Membuat Suci tiba-tiba menjadi sedikit gugup karna pertanyaan Ali, meskipun Suci masih tak mengerti hubungannya dengan Jiwa itu hubungan yang seperti apa, yang harus dinamai apa.

"Bukankah sudah kubilang bukan urusanmu, karna aku juga tidak pernah mencampuri atau ingin tau urusanmu, sekarang keluar dari kamarku!" Jawab Suci tegas.

Jelas marah dan kesal karna pertanyaan Ali yang dirasa sangat ingin tau.

Suci mencoba membuka pintu kamarnya tapi dengan cepat ditahan Ali, dan tubuh Suci langsung dihimpit kepintu oleh Ali.

Suci yang semakin emosi terus mendorong tubuh Ali, bahkan memukuli bahu Ali, tapi ntah Ali sadar atau tidak malah semakin mencoba menghimpit tubuh Suci.

Lebih parahnya lagi Ali mencoba mencium bibir Suci, yang tentu saja membuat amarah Suci semakin memuncak, hingga dengan keras menginjak kaki Ali lalu mendorongnya kasar, yang mampu membuat tubuh Ali mundur.

"Brengsek banget kelakuanmu! dikira yang kamu lakukan bisa membuatku menyukaimu, jusrtu sebaliknya, orang kaya kamu gak pantas disebut kakak, inget itu dengan baik!" ucap Suci tajam penuh amarah.

Lalu membuka pintu kamarnya dengan kasar, melangkah keluar dengan cepat meninggalkan Ali, yang kini tampak menyesal karna sudah tidak bisa menekan keinginannya pada Suci.

Tapi sudah terlajur, Ali kini merasa Suci semakin tak menyukainya, usahanya hanya terus sia-sia, dicoba dengan sabar tak ada perubahan, dicoba memburu malah semakin dapat penolakkan, begitulah yang terus dirasakan Ali karna Suci.

************

Sementara ditempat lain Jiwa yang baru sampai dirumahnya, ternyata sudah ditunggu seorang perempuan didepan rumahnya.

Jiwa seolah acuh melangkah dan membuka pintu rumahnya, meski perempuan itu terus tersenyum begitu manis padanya, tapi sekilaspun Jiwa tak membalas apalagi tergoda.

"Jiwa, aku kesini ingin tau jawabanmu tentang yang waktu itu" ucap perempuan itu.

Mengikuti langkah Jiwa masuk kedalam rumahnya.

"Jawabanku sama" jawab Jiwa biasa.

"Ayolah Jiwa, apa si yang kamu beratkan disini? Ikut aku ya sayang" lagi ucap perempuan itu manja.

"Rani, sedikitpun aku tidak tertarik dengan tawaranmu, jadi silahkan pergi sendiri dan jangan pernah mencariku lagi" jawab Jiwa tegas.

"Jiwa, bukannya kamu sudah memutuskan Winta? Lalu apa lagi sekarang?" tanya Rani tak mengerti.

"Itu bukan urusanmu, kita tidak pernah ada urusan apapun, jadi sekarang tinggalkan rumahku!" Jawab Jiwa begitu dingin.

Membuat Rani merasa begitu tak dianggap, niatnya yang sedari awal memang ingin menjadikan Jiwa miliknya selalu gagal sampai detik ini, niat busuknya yang ingin sekali merebut Jiwa dari Winta sebagai balas dendamnya pada Winta yang tak kesampaian.

Bahkan setelah Jiwa bukan lagi milik Winta, dirinya tetap saja tak bisa menjadikan Jiwa miliknya.

Setelahnya Jiwa melangkah menuju kamarnya, tanpa menoleh pada Rani sedikitpun, Rani menatapi punggung Jiwa dengan perasaan dicampakannya yang begitu menusuk.

Niatnya yang ingin membuat Winta dicampakan Jiwa, tapi nyatanya dirinya juga yang selalu merasakan hal itu, lalu dengan hati yang begitu penuh amarah serta kekesalan Rani pergi meninggalkan rumah Jiwa.

**********

Hari senin sekitaran waktu pulang sekolah Suci, Jiwa yang merasa begitu terus merindu pada dedek gemasnya itu datang kesekolah untuk menjemput Suci.

Meski Jiwa tak memberi tau sebelumnya kalau dirinya akan datang menjemput, karna memang sengaja melakukan itu.

Suci yang tentu saja tak tau Jiwa menjemputnya berniat pulang dengan temannya, tapi saat Suci sampai didepan gerbang sekolahnya, motor teman Suci dicegat seseorang.

Lalu tanpa basa basi orang itu langsung meminta Suci untuk ikut dengannya, Suci yang merasa sedikit aneh dibuat bingung, antara ingin menolak tapi tak enak, antara penasaran tapi ntah mengapa deg-degan.

Melihat Suci yang seperti itu, seseorang itu lalu menarik tangan Suci, karna jelas tak mau sia-siakan kesempatan, yang membuat Suci mau tak mau mengikutinya.

Seseorang itu membawa Suci masuk kedalam mobilnya, Suci yang semakin dibuat heran tak mengerti dengan maksud orang tersebut hanya bertanya-tanya dalam hati.

Sementara Jiwa yang baru saja sampai didepan sekolah Suci, dibuat tak kalah bingung kala melihat kejadian itu.

Ntah apa yang dirasakan Jiwa saat ini, ntah itu cemas ntah itu cemburu, ntahlah.

"Suciiiii?" Panggil Jiwa cukup kencang.

Cukup kencang, dengan raut yang tak bisa dijabarkan.

Tapi Suci tak mendengar tentunya karna pintu mobil langsung ditutup pemiliknya, dan mobilpun langsung melaju meninggalkan sekolah ntah kemana.........

TBC

Suci dalam Jiwa (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang