22

5.1K 490 132
                                    


Sore hari Jiwa mengantar Suci kerumahnya, ntah sedang kemana tapi ibu Suci sepertinya tak berada dirumah, Jiwa yang sekarang lebih sering mampir ketimbang dulu.

Seperti sore ini juga, yang ntah kebetulan atau tidak tapi hanya Ali yang sedang dirumah, yang suka tak suka kembali bertemu Jiwa, yang meskipun tak disengaja kini keduanya bagaikan musuh dalam diam.

Untung saja Suci tak menceritakan pada Jiwa, tentang kelakuan Ali dikamarnya, jika saja Suci cerita, mungkin bisa jadi Ali akan mendapat balasan dari Jiwa, karna sudah berani hampir mencuri cium dibibir dedek gemesnya itu.

Jiwa sengaja mengeratkan genggaman ditangan Suci, kala tau tatapan Ali yang sedari awal tak santai pada keduanya, yang membuat Ali menggepalkan tangannya jelas menahan cemburu juga marah.

"Kenapa tidak langsung pulang kerumah?" tanya Ali pada Suci.

Yang tak dijawab Suci, tapi Suci malah melangkah menuju dapur untuk membuatkan Jiwa minum.

Ali yang selalu ingin tau tentu saja mengikuti Suci kedapur, Jiwa bersikap tetap tenang dan santai meski tau Ali mengikuti Suci, karna menurutnya Ali tak akan bisa berbuat apapun.

"Suci, tadi ibu nungguin kamu tapi kamunya gak pulang-pulang, ibu pergi nemenin ayah keluar kota 2 hari, ibu nyuruh aku ngomong kekamu karna ponsel kamu katanya gak bisa dihubungi" lagi ucap Ali.

Yang mampu membuat tangan Suci terhenti dari minuman yang sedang dibuatnya, tiba-tiba didalam hatinya ada rasa tak nyaman dan mencemaskan.

Lalu tanpa menjawab Ali, Suci melangkah menghampiri Jiwa yang sedang terlihat duduk santai disofa, yang langsung tersenyum saat Suci menghampirinya.

"Kak, aku nginep dirumah kakak ya 2 hari" minta Suci.

Menatap Jiwa dengan raut merayunya agar dibolehkannya, yang dibalas tatapan heran dari mata Jiwa.

"Boleh sama ibu kamu?" Malah tanya Jiwa.

"Ibu nemenin ayah keluar kota 2 hari, Suci gak mau tidur dirumah, jadi boleh ya kak?" jawab Suci.

Masih dengan raut sok memelasnya, yang membuat Jiwa menjadi begitu gemas, lalu mengusap lembut wajah gadis didepannya.

Ali yang mendengarkan pembicaraan keduanya dibelakang tembok, semakin dibuat cemas tak karuan, otaknya terus bekerja mencari cara agar adek tersayangnya tetap dirumah bersamanya.

"Iya boleh, tapi harus ijin sama ibu dulu" jawab Jiwa.

Yang langsung membuat senyum Suci mereka indah, ibarat dirinya yang kata orang sedang dalam usia mekar-mekarnya.

Setelahnya Suci menuju kekamarnya untuk mengambil beberapa baju yang akan dibawanya, Jiwa masih setia menunggu disofa dengan santai.

Saat Suci sedang memasukan bajunya kedalam tas, tiba-tiba Ali masuk seperti biasa dengan tanpa diminta tentunya.

"Kamu akan tetap dirumah, atau aku akan kasih tau ibu juga ayah tentang hubunganmu sama orang itu, orang yang sudah membawa kamu kedunia terlarang" ucap Ali jelas mengancam.

Yang lagi menghentikan tangan Suci yang sedang memasukan bajunya, lalu menatap tajam Ali yang juga menatapnya dengan santai.

"Kamu ngancem aku?" tanya Suci sinis.

"Terserah bagaimana mau kamu artikan" jawab Ali seenaknya.

"Kamu pikir aku takut?" lagi tanya Suci masih dengan sinis.

"Aku sedang tidak menakutimu, aku hanya ingin kamu sadar kalau orang itu sudah membawa pengaruh buruk buat kamu, dan jika berani kamu keluar, aku pastikan ayah juga ibu, dan semua teman-temanmu akan tau tentang hubungan gak bener kalian" jawab Ali begitu terdengar meyebalkan bagi Suci.

Ditatapnya Ali dengan lebih tajam bak ingin mencakar-cakarnya oleh Suci, hati Suci begitu sangat kesal bahkan muak pada laki-laki didepannya, laki-laki yang baginya tak pantas dipanggil kakak.

Lalu Suci melangkah keluar dari kamarnya menghampiri Jiwa, dengan raut yang masih terlihat kesal.

"Kak, Suci gak jadi nginep dirumah kakak" ucap Suci jelas terlihat sedih.

"Gak dikasih ijin?" tanya Jiwa yang tau wajah Suci tak seceria tadi.

Suci hanya mengangguk, karna tak mau memberi tau Jiwa yang sebenarnya.

"Gimana kalau aku aja yang nginep disini, boleh?" tanya Jiwa.

Yang langsung membuat mata Suci menatapnya berbinar jelas bahagia.

"Kakak mau?" tanya Suci meyakinkan.

"Iya, karna aku mau nemenin kamu, jagain kamu" jawab Jiwa tersenyum manis.

Membuat Suci juga langsung tersenyum senang karnanya, dan dengan cepat memgecup pipi Jiwa karna terlalu senangnya.

Yang lagi-lagi membuat seorang Ali harus menggepalkan tangannya kuat, karna meskipun berhasil membuat Suci tetap dirumah, tapi nyatanya malah Jiwa yang menginap.

Hati Ali rasanya semakin terbakar tak terima, kala mendengar pembicaraan manis dua orang yang bak sepasang kekasih tak terpisahkan.

************

Malam hari, Jiwa yang tadi sengaja pulang dulu untuk mandi juga berganti baju.

Kini Jiwa sudah kembali datang kerumah Suci, yang tentu saja langsung disambut bahagia oleh Suci, karna sedari tadi Suci menunggu Jiwa seperti menunggu seorang suami pulang kerumah.

Membawa martabak yang tadi dipesan Suci, lalu keduanya makan dengan duduk disofa didepan TV.

Hingga beberapa saat kemudian pintu rumah terdengar dibuka, lalu munculah Ali dengan 4 temannya, mereka masuk lalu ikut duduk disofa, teman-teman Ali menyapa Suci dengan ramah karna mereka memang sudah saling kenal.

"Mereka mau nginep disini" ucap Ali pada Suci.

Yang sama sekali tak direspon oleh Suci, karna meski hatinya kesal juga heran, tapi dirasa sangat malas berbicara pada Ali, sementara Jiwa sama sekali tak peduli dengan Ali juga temannya, karna Jiwa tetap meneruskan memakan martabaknya dengan santai.

Ntah apa kini maksud dan tujuan Ali, setelah tau Jiwa akan menginap, kini dirinya juga membawa teman-temannya yang akan menginap.

"Kak kekamar yuk? Suci ngantuk" ajak Suci menarik tangan Jiwa.

Jiwa berdiri menurut ajakan Suci kekamar, tapi selangkah kemudian tangan Suci ditarik Ali.

"Buatin minuman dulu buat temen kakak itu, lagian jam segini masa udah ngantuk aja" ucap Ali.

Kali ini tersenyum, meski dalam hati tak semanis itu melihat Jiwa bersama Suci, apalagi mengingat keduanya akan tidur dikamar yang sama, fikiran Ali makin dibuat panas tak terkendali.

Jiwa mencekram tangan Ali, lalu menariknya pelan dari tangan Suci, menatap Ali tajam yang sedang menatapnya tak terima karna Jiwa berani mencekram tangannya.

"Tidak perlu menarik tangan Suci" ucap Jiwa menatap Ali sedikit tajam.

Yang juga dibalas tatapan lebih tajam tak santai oleh Ali, sedikit bingung mereka yang melihat kedua orang itu saling tatap seolah begitu bermasalah.

Rasa hati Ali semakin panas tak terima mendengar ucapan Jiwa, apalagi itu didepan teman-temannya, bahkan sangat tak rela membayangkan Suci diapa-apain Jiwa.

meski Ali tau Suci tak pernah menganggapnya, tapi tetap saja hatinya tak mau Suci disentuh siapapun, hingga fikirannya terus menuntun dan menuntutnya untuk melakukan sesuatu.............

TBC






Suci dalam Jiwa (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang