12

5.4K 540 199
                                    


Jiwa yang biasanya selalu terlihat santai dan tenang, namun kali ini seolah merasa gugup hanya dengan pertanyaan gadis kecil didepannya.

Suci masih terus menatap Jiwa menunggu jawaban, Jiwa membalas tatap Suci berpura tenang.

"Anak kecil gak usah kepo sama orang dewasa" jawab Jiwa.

Menatap Suci sok galak padahal dalam hati mulai melunak.

"Dihhh, ditanya apa jawabnya apa, gitu orang dewasa?" Jawab Suci.

Sedikit cemberut dengan ucapan Jiwa yang justru makin membuatnya penasaran, tapi Suci juga sebenarnya menyadari itu bukanlah urusannya, meski dalam hati sangat ingin tau.

"Udah jangan berisik" ucap Jiwa.

Yang mendengar Suci masih ngedumel gak jelas, yang menurut Jiwa lagi-lagi terlihat menggemaskan

Lalu makanan yang mereka pesanpun datang, keduanya langsung memakannya dengan begitu lahap, seperti dua orang yang sama kelaparan, atau dua orang yang sedang berpura lapar padahal dalam fikiran siapa yang tau.

Suci merasa tak mendapatkan jawaban dari yang ditanya, membuat dalam hatinya masih diliputi ingin tau, apalagi jika teringat kejadian dimall tadi, saat jelas Suci melihat gelagat yang aneh dari mereka.

Jiwa terus makan tanpa bicara apapun, bahkan menoleh pada Suci juga tidak, ntah benar cuma sedang fokus makan atau karna hal lain, berbeda dengan Suci yang sesekali menatap Jiwa dengan berbagai rasa penasaran dibenaknya.

Setelah selesai makan, Jiwa langsung berniat mengantar Suci pulang.

"Kak disini aja dulu, Suci masih pingin disini" ucap Suci.

Meminta tinggal sebentar lagi pada Jiwa, karna merasa masih ingin berada ditempat itu yang dirasanya cukup bagus.

"Gak, aku ada urusan" jawab Jiwa.

Lalu berjalan kemotornya, tapi Suci tetap masih duduk ditempatnya, membuat Jiwa yang tadinya hendak menaiki motornya, menjadi berbalik lalu melangkah kembali pada Suci dan menarik kedua tangan Suci untuk berdiri.

Suci yang ogah-ogahan tapi terpaksa berdiri, sementara Jiwa yang menariknya terlalu kencang atau apa, yang jusrtu membuat tubuh Suci tertarik juga menempel pada tubuhnya yang menjadi bak sedang berpelukan, karna reflek juga kedua tangan Suci menjadi berpegangan pada bahu Jiwa.

Dalam suasana temaran sinar malam yang tak begitu terang. Mata keduanya mau tak mau bertemu dipertatap dalam jarak yang lumayan dekat, dengan tubuh keduanya yang masih menempel, seolah tak ada yang ingin melepas atau karna keduanya sama menikmati.

Tak ada senyum ceria dibibir Suci, tak ada tatap berbinar dimata Suci, karna yang ada justru tatap dan degup gugup, yang membuat Suci seolah tak sanggup bergerak sedikitpun.

Begitupun dengan Jiwa, yang ntah dari mana datangnya tapi jelas terasa didalam hatinya ada debar cukup kuat, kala menatap dalam mata gadis kecil didepannya, kala tak ada jarak memisah bagi tubuh keduanya.

Ntah berapa menit berlalu, bahkan keadaan sekitarpun tak dipentingkannya, ntah apa yang mereka masing-masing fikirkan, kala tersadar Jiwa langsung melepaskan tangannya dari pinggang Suci, lalu kembali melangkah menuju motornya.

"Kalau mau pulang sendiri silahkan!" ucap Jiwa.

Cukup terdengar tegas, membuat Suci dengan sendirinya langsung melangkah dan naik diboncengan motor Jiwa.

Jiwa langsung melajukan motornya dengan lumayan cepat, yang tentu saja membuat Suci berpeganggan erat melingkar pada perut Jiwa, karna selain udara malam yang cukup dingin berpenganggan pada Jiwa adalah hal yang tentu tepat, meski dengan melakukan itu jelas membuat jantung Suci cukup berdetak keras, namun tak ditampiknya juga ada rasa nyaman yang merambati hatinya.

Beberapa menit berlalu tanpa sepatah katapun, hanya angin malam yang jelas saling sapa, karna kedua insan yang mulai dimabuk asmara, sedang saling sibuk dengan hatinya, meski tubuh tak ada jarak meski dekat tak bersekat tapi lidah serasa kelu untuk saling berucap.

Motor Jiwa kini sudah berada didepan rumah Suci, meski seolah enggan turun tapi Suci mau tak mau harus turun, karna dalam hati masih ingin bersama Jiwa, sigadis dewasa yang ntah mengapa membuatnya merasakan hal aneh namum instimewa.

"Kakak buru-buru karna tante Winta mau kerumah kakak?" tanya Suci tiba-tiba.

Dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan.

Membuat Jiwa yang hendak langsung pergi menoleh sedikit kaget pada Suci.

"Masuk sana, besok aku jemput disekolah" ucap Jiwa.

Bukan menjawab pertanyaan Suci, malah mengatakan hal yang sesungguhnya membuat Suci sangat senang, jika saja hati Suci tak sedang dalam rasa penasaran.

"Hati-hati kak Jiwa" ucap Suci sedikit keras.

Karna Jiwa langsung melajukan motornya, setelah mengatakan besok akan menjemput Suci disekolahnya.

Dengan hati yang dirasa tak karuan Suci memasuki rumahnya, langsung menuju kamarnya, namun saat hendak masuk kekamarnya tangan Suci ditarik Ali, yang tentu saja membuat Suci kaget dan langsung menepisnya.

Suci menatap Ali dengan malas didepannya, seolah sama sekali tak ingin bertemu kakak tirinya meski kenyataannya tinggal serumah.

"Sama dia lagi? Sebenernya dia siapa sih? Kakak aneh deh sejak kapan kamu berteman sama orang yang jauh lebih dewasa?" tanya Ali bertubi.

Ntahlah karna mencemaskan adek tirinya, atau karna penasarannya, karna merasa tak mengenal temam adek tersayangnya, atau karna merasa iri atau bahkan cemburu karna Ali sendiri tak pernah punya kesempatan sedekat itu dengan Suci.

"Aku mau istirahat" jawab Suci datar.

Tak peduli pertanyaan Ali, lalu kembali berniat masuk kekamarnya.

"Suci, kakak itu khawatir Sama kamu, kalau dia orang gak bener gimana? Kamu itu masih anak sekolah gak pantas bergaul sama dia" lagi ucap Ali.

Yang membuat langkah Suci terhenti dengan hati yang sudah dirasuki amarah, ntah cuma karna ucapan Ali atau karna Suci sedang mencemaskan hal lain.

"Itu bukan urusanmu, sama sekali bukan, jadi jangan komentar apapun, Suci gak butuh, ngerti!" ucap Suci.

Pada Ali, begitu terdengar tajam menusuk, ucapan kemarahan yang cukup dipendamnya, ucapan karna merasa jenggah dengan sikap Ali yang dirasa berlebihan.

Setelahnya Suci langsung masuk kekamarnnya, lalu menutupnya dengan keras, membuat Ali mematung didepan pintu dengan hati yang dirasa mulai sesak karna adek tirinya.

**************

Seperti yang sudah diduganya, kini saat Jiwa sampai dirumahnya Winta sudah pula menunggunya, Winta yang masih bebas memasuki rumah Jiwa kapanpun.

"Kok lama sayang, kamu kemana aja sama anak kecil itu?" tanya Winta.

Saat Jiwa memasuki rumahnya, lalu langsung memeluk Jiwa seperti biasa, Jiwa tak menjawabnya.

Tapi baru beberapa detik Jiwa mendorong pelan tubuh Winta, melepaskan pelukan erat Winta ditubuhnya.

Membuat Winta menatap keheranan dan tak mengerti akan sikap Jiwa yang dirasa lain dari biasa.

"Jiwa, aku kangen kamu sayang" lagi ucap Winta.

Kembali lagi mencoba memeluk Jiwa tapi Jiwa menahannya, membuat Winta semakin tak mengerti dan dibuat bingung oleh sikap kekasihnya.

"Pulanglah, inget kamu sedang hamil, jaga baik-baik kandungan kamu, jangan terlalu sibuk tidak jelas" ucap Jiwa.

Dengan pembawaan datarnya, menatap Winta yang semakin dibuat tak mengerti didepannya.

"Jiwa, aku..aku kesini karna aku kangen kamu" ucap Winta.

"Winta lupakan kata-kata kangen itu, jadilah istri dan calon ibu yang baik, kita sudahi saja apa yang pernah terjadi tentang kita, sudahi dimalam ini, saat ini!" ucap Jiwa tegas.

Yang seketika membuat Winta menatap Jiwa tak percaya, dengan hati yang dirasa begitu sesak tak disangka, menatapi Jiwanya yang dirasa jelas sudah berubah, yang seolah enggan menatapnya................

TBC

Suci dalam Jiwa (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang