Aku baru saja tersadar dari tidurku. Aku melihat Aldi memarkirkan mobilnya ke sebuah villa. Aku mendengar suara ombak yang begitu kencang. Aku tersenyum. Aku mengetahui dimana ini.
"Udah bangun nih Ca. Kenapa senyum? Udah tau aja ya gue bawa kemana. Kangen kan lo sama tempat ini? Gue juga." Matanya menatap mataku.
"Kangen bangetlah gue sama tempat ini. Tempat dimana pertama kalinya gue ketemu lo... Tempat yang selalu bikin gue tenang saat gue lagi ada masalah yang bener-bener gue nggak bisa ngadepin sendirian. Tempat yang pertama kalinya gue merasa cewek paling bahagia, gara-gara lo. Tempat yang jadi saksi untuk pertama kalinya... gue nangis gara-gara cowok. Tapi gue nggak peduli tempat ini udah jadi saksi kesedihan gue. Gue tetep suka sama tempat ini." Aku tersenyum dan membuka seat beltnya.
"Sorry ya Ca! Gue janji nggak bakal liat lo nangis lagi. Gue nggak mau lo disakitin sama si Bastian. Meski pun dia sodara gue."
"Udah ah. Ayo dong turun. Gue mau ketemu sama Bi Inah. Kangen masakannya." Bi Inah. Orang yang merawat villa Aldi ini. Orang yang selalu memasak makanan yang sangat enak. Aldi keluar dan membukakan pintuku.
Aku memasuki villa ini. Masih seperti dulu, tidak ada yang berubah. Terlihat sangat bersih. Aku mencium bau masakan yang sangat membuat perutku berbunyi.
"Hmm wangi sekalii baunya. Assalamualaikum Bi Inahhhhhh." Teriakku langsung memeluknya.
"Eh non Salsha. Apa kabar non?" Dia membalas pelukanku.
"Baik Bi. Aku kangen sekaliii sama Bibi. Apalagi sama masakannya." Mataku ku arahkan ke makanannya dan melepaskan pelukannya. Aku terlihat sangat akrab dengan Bi Inah karena aku sudah anggap dia Bibiku juga.
"Ah enon bisa aja nih. Eh den Aldi. Apa kabar?"
"Baik Bi. Ibi apa kabar baik-baik ajakan?" Aldi berjabat tangan dengannya.
"Baik-baik den. Silahkan dong kalian makan dulu. Sebentar Ibi bikinkan teh hangat dulu ya." Bi Inah meninggalkan kami berdua.
"Cepet makan Ca!" Dia mengalaskan makanku tapi dia tidak mengalaskan makanan untuknnya sendiri. Mukannya terlihat sangat pucat.
"Thankss Siput. Ehh." Aku tersenyum cengengesan. "Lo mau aku alasin makannya? Bentar. Lo mau sama apa?" Aku mengambil piring lalu menambahkan nasi dan siap sendok untuk mengambil makanan yang akan dipilih Aldi.
"Hmm. Gue nggak lapar Ca. Kamu aja yang makan. Masuk angin lho. Kalo masuk angin nggak bisa mantai dong besok."
"Emang gue mau makan. Lo yang harus makan ya. Ya. Sama ayam bakar aja. Satu dua suap aja. Ya." Aku mengambil ayam bakarnya tanpa persetujuan Aldi.
"Selamat makan Salshakuuuuu." Dia terlihat hanya memainkan sendoknya. Sedangkan aku makan seperti orang tidak makan satu minggu. Bastian sih, jadikan gue nggak sempet makan di pesta tadi. Udah lah.
"Makan dong Di. Apa perlu gue suapin?" Tawarku karena aku sedikit kesal melihatnya hanya memainkan makanannya itu.
"Enggak Salshabilla Adriani. Gue udah makan. Cepetin makannya, kita jalan. Akhir-akhir ini gue nggak ada napsu makan."
"OK."
😉😉😉
"Keluar yu Ca liat Sunrise. Cuacanya lagi ngedukung banget nih." Aku baru saja bangun dan terlihat Aldi sedang berdiri di Pintu.
"Ayok ayok." Aku bersama Aldi keluar villa dengan menggunakan sepeda.
Pagi ini sungguh masih gelap. Tapi tidak sepi. Aku bersamanya tertawa, bahagia. Aku saling salip-salipan dengannya, aku terus mengayuh sepeda dengan cepat. Hingga akhirnya aku sampai duluan di pantai timur.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] I'm A Girl
Cerita PendekThe highest ranking is #23 on the short story [P.s. SLOWUPDATE]