5

2.4K 243 7
                                    

Shani POV

Pada akhirnya, karena keegoisan dan kekerasan kepala ku. Aku pun mengantarkan proposal acara kelas ku kepada pengurus osis, sendiri. Mungkin lebih baik sendiri, daripada harus dengan Gracia. Proposal ini harus diberikan pada pengurus osis yang beda kelas, lebih tepat nya kaka kelas sih, dan yang penting adalah.... Laki-laki. Hih.

"Permisi kak aku mau ketemu pengurus osis"

"Buat ngasih proposal ya? Sebentar ya aku panggilin"

Setelah sebentar, keluarlah seorang kakak kelas yang langsung tersenyum sangat ramah kepadaku.

"Halo! gue Fariz, mau nyerahin proposal acara kelasmu ya?"

"Iya kak"

"Kamu kelas mana?"

"X IPS 1 kak"

"Jadi anak kelas X IPS 1 punya rencana apa nih? Cerita-cerita dong"

"Ah...."

Duh, aku paling ga suka cowo-cowo yang seperti ini.

"Kelas kami mau buka stand ramalan garis tangan kak"

"Oh ya? aku jago loh ramalan garis tangan! Sini ku ramal tangan mu!"

Tiba-tiba kakak kelas ini meraih tangan ku dan melihat-lihat garis tanganku. Tunggu, aku ga mau!

Meskipun menolak dengan halus, kaka kelas itu tetap bersikeras melihat dan meraba telapak tangan ku untuk diramal garis tangan ku. Tanpa terasa, airmata ku sudah menumpuk di pelupuk mata. Menjijikan, aku gamau! Tolong siapapun!

"Aduh! Sakit!"

Tiba-tiba aku merasakan genggaman tangan kaka kelas itu hilang, akupun membuka mataku untuk melihat apa yang terjadi.

"sepertinya kau sudah terbiasa memperlakukan perempuan seperti ini ya, tidak sadar kalau mereka keberatan"

Gracia. Dia ada diantara aku dan kakak kelas itu, dan dia mencengkram tangan kakak kelas itu dengan kuat sampai kakak kelas itu meringis kesakitan.

"Eh sakit, lepasin!"

"Minta maaf dulu pada Shani, baru akan kulepaskan cengkramannya"

Kenapa.... Kenapa orang ini membantuku....

Tanpa pikir panjang, aku pun melarikan diri dari situasi itu. Lari kemana saja yang penting tidak berada disana.

"Shani!" teriak Gracia, namun aku tetap berlari menjauh

"Shani, tunggu!" aku bisa mendengar derap langkahnya tepat dibelakang ku, dia mengejarku. 

Kenapa dia mengejarku? Kenapa tidak biarkan saja aku sendiri?

"Shani!" Tertangkap, dia berhasil menangkap ku. Dia menahan pergelangan tangan ku untuk menahan ku kabur.

"Lepas!" Teriak ku dan mencoba meronta dari genggaman tangan nya

"Kulepas, tapi jangan lari!!" Bentak nya pada ku

Sontak aku terdiam setelah ia membentak ku seperti tadi, mencoba berhenti meronta-ronta seperti anak kecil. Perlahan-lahan, Gracia pun melepaskan genggamannya.

"Untunglah, kali ini kamu tidak memukul ku" ucapnya setelah melepaskan genggamannya

Entah kenapa, emosi ku meledak melihat muka nya dan mendengar ia berkata seperti itu.

"Jangan sembarangan! Kenapa kau mengejarku? Kenapa kau ada disana? Sudah ku bilang aku bisa menyerahkan nya sendiri kan!"

"A- aku cuma..."

"Kamu pikir kamu sudah menolong ku?! Kau cuma menyusahkan ku!"

Lagi-lagi, tanpa kusadari. Air mata ini jatuh lagi.

"Kumohon hentikan, jangan pikirkan aku. Hiks" ucap ku sambil menangis

Gracia terlihat kaget dengan reaksi ku, tidak berapa lama kemudian ekspresi muka nya berubah menjadi sedih. Lalu untuk menutupi ekspresi itu, ia menundukkan wajah nya.

"Kalau begitu, aku ingin tanya. Saat melihat gadis yang disukai sedang dalam kesulitan, dan aku ingin menolongnya.... Itu perasaan yang wajar kan?"

Tanya nya dengan nada bicara yang sedih, dan kini membuat tangisan ku terhenti dan melihat kearahnya.

"Apa kamu akan diam saja? Apa kamu... mau aku diam saja? Aku tidak bisa diam saja, Shani."

Ah, aku sudah tidak tau lagi.

"Aku benci padamu! Ga mau liat tampangmu! Jangan pernah dekati aku lagi!" bentakku lantang padanya, aku benar-benar sudah tidak tau lagi harus apa.

"Begitu ya..."

Eh?

"Aku mengerti"

Gracia terlihat menghela nafas panjang, kemudian menundukkan kepala nya dalam. Seperti tidak ingin melihat kearah ku.

Ah, aku tak tau lagi lah harus berbuat apa. Pokoknya sekarang aku pergi dulu dari sini agar tidak perlu melihat tampang nya lagi.

Morning, day & nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang