6

2K 217 8
                                    

Shani POV

Tersakiti.

Kurasa itu kata yang pas untuk melihat trauma ku di masa lalu, bukanlah hal yang mudah bagiku untuk menghapus jejak kenangan pahit itu. Wajah jahat seseorang itu, masih terbayang sampai sekarang dibenak ku.

Sekarang pun, trauma itu datang kembali dengan bentuk yang berbeda. Shania Gracia.

Bagaimanapun juga dia harus tau, apapun alasannya, dia tak boleh berharap padaku.

Kemarin aku menolak Gracia secara terang-terangan, sekarang ku rasa aku tak punya muka untuk bertemu dengannya.

"Nah, untuk festival mendatang siswi kelas kita akan meramal garis tangan sedangkan siswanya menyambut tamu" Jelas Gracia di depan kelas

"Sekarang cewe-cewe mulai latihan meramal garis tangan berpasang-pasangan ya!" Perintah Gracia pada seisi kelas yang disambut baik oleh seisi kelas, sedangkan aku masih terbengong dikursi ku

"Shani, kamu juga cari pasangan" tegur seseorang padaku, aku pun terkesiap kaget setelah orang itu menegur ku dan melihat kearah nya

Gracia...

"Maaf aku mengagetkan mu, tapi sekarang kelas kita sedang latihan meramal garis tangan. Harus cari pasangan."

"A- ah! Iya!" gugup ku, aku pun mulai menyibukkan diri melihat kearah kanan dan kiri mencari pasangan untuk berlatih

"Seisi kelas sudah berpasangan semua" lanjutnya

Tiba-tiba, Gracia sudah menarik bangku kedepan meja ku dan duduk berhadapan dengan ku.

"Maaf, padahal kamu sudah bilang tidak mau melihat tampangku"

Ah.... Sepertinya aku harus berlatih ramalan garis tangan dengan Gracia, ya?

Aku pun mulai terlihat ragu-ragu, dan hanya diam menatap tangannya yang terpampang dimeja belajar sekolahku.

"Gapapa kalau gamau pegang"

Eh?

"Iya, gapapa. Gausah dipegang, pura-pura saja. Kamu ga suka, kan?"

Bagaimana ya....

Gracia ini sudah menyakitiku, tangannya juga lebih besar dan kuat dariku seperti tangan laki-laki. Tangan itu juga tangan yang pernah membuat pergelangan tanganku menjadi sakit, dan membuat trauma baru padaku. Tapi.... Aku kembali teringat saat Gracia membantu ku kemaren, membantu ku menghindar dari godaan kakak kelas yang genit dan sembarangan padaku. Tangan yang besar dan kuat inipun sudah pernah menolongku sekali.

"Ukh...."

Sekali ini, biarkan aku memberanikan diri untuk memegang tangannya.

"Aku akan melihat garis tanganmu!"

Gracia tersenyum, senyum yang tidak pernah aku lihat sebelum nya.

Saat itu pun aku tersadar, dia punya senyum yang sangat manis.

Morning, day & nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang