Shani POV
Sejak hari itu, Gracia menghindari ku.
Aku terluka.
Aku sendiri pun ketakutan, tapi tak tau harus berbuat apa.
Tapi.... Gracia sudah memaksa ku, menyakiti ku saat itu.
Aku tak bisa memaafkannya.
Tapi....
Aku sudah menyakiti perasaannya, berkali-kali.
Aku juga merasa sedih setiap kali melihat ekspresi sedihnya.
Perasaan takut ini tetap tak bisa hilang, tapi aku tak ingin terluka lagi.
"Ge- Gracia."
Setelah sekian lama, akhirnya aku memanggil namanya kembali. Gracia yang sepertinya mendengar suaraku memanggilnya melihat kearah ku dengan tatapan kaget.
"Ini... Tentang brosur festival sekolah..."
"Oh, iya?"
Gracia POV
"Aku ingin pinjam mesin fotokopi di ruang data sekolah, apa hari ini.... Kau ada waktu?"
Padahal hanya ingin minta tolong seperti itu, tapi tangannya masih bergetar hebat seperti dulu. Pasti setelah kejadian itu, dia semakin takut dengan ku, kan?
"Tak apa-apa, biar aku yang kerjakan. Kamu pulang aja"
"Hah? Apa maksudmu?" Shani menatap kaget kearah ku
"Maksudku, supaya kau pulang. Biar aku yang kerjakan semuanya." ucapku menjelaskan kembali, kemudian berdiri dari duduk ku sambil mengambil brosur yang ia taruh di meja ku.
"Cuma fotokopi brosur ini kan? Tak usah memaksakan diri bekerja sama denganku, aku bisa mengerjakan semuanya sendiri"
Shani terlihat mulai emosi saat aku berkata seperti itu, tak apa. Kamu berhak membenci ku.
"Gracia! Jangan sembarangan!" ucapnya emosi padaku, aku pun menatap kearah nya
"Sampai kapan kamu mau bersikap begitu?!" teriaknya dia penuh emosi, aku hanya menatap datar padanya.
"Apa kamu tau.... perasaan ku?"
Justru karena itu, Shani Indira.
Kamu begitu ketakutan dan gemetar seperti ini, semua gara-gara aku.
Seharusnya hal-hal seperti itu tidak perlu terjadi.
Aku hanya terdiam menatap nya hampir menangis, tidak tau harus berkata apa.
"Aku tak butuh bantuan mu, Gracia"
"Hah?"
"Aku bisa lakukan semuanya, sendiri. Kamu pulang saja."
-----
Shani POV
Akhirnya, akupun berada di ruang data sekolah, sendirian. Melakukan pekerjaan panitia festival sekolah seorang diri, padahal biasanya atau harusnya bersama gracia.
Saat aku berkata 'kamu pulang saja' ke Gracia tadi, entah kenapa aku merasa terkhianati.
Apa karena aku berharap dia akan bilang 'terimakasih' atau semacamnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Morning, day & night
Fanfiction"Meski kau tolak berkali-kali, yang ada dalam pikiran ku hanya kau seorang" - Gracia