10

1.9K 214 9
                                    

"Shani, tiap hari kamu pulang lewat sini?"

"iya"

"Lampu jalannya sedikit sekali, ga bisa lewat jalan lain?"

"makanya aku harus pulang sebelum gelap!"

"Ya pokoknya kau harus hati-hati! Jangan sampai diincar orang jahat"

Ih, apaan sih? Dari tadi ceramahi orang, sok jago banget ini orang!

"kan, kamu sendiri yang mau nganterin"

"Apa katamu?" Gracia yang berjalan menjaga jarak di depan ku, menatap ku dengan tatapan tajam nya

"eh! Jangan tatap aku seperti itu!"

"Ahahaha, bercanda kok"

Kenapa... aku minta dia mengantar ku ya?

Selama mengantarkan ku pulang, Gracia tidak pernah berjalan disampingku. Dia selalu berjalan duluan, atau kadang dibelakang ku.

Meski sikapnya sok jago... dia sengaja ya berjalan dengan menjaga jarak dengan ku?

Saat tadi aku menawarkan Gracia untuk mengantarkan ku, sinar mata nya tampak serius. Meskipun aku tidak percaya dia sepenuhnya...

"eh, hujan" ucap Gracia tiba-tiba

Memang benar, langit tiba-tiba menangis.

"wah gawat, ayo cepet-cepet jalannya" ucap Gracia sambil memandangi hujan yang berjatuhan

"Kenapa? Hujannya ga deras kok, aku ga takut"

Gracia nampak kaget saat aku berkata seperti tadi, kemudian tersenyum tipis padaku.

"Ya sudah, jalan pelan-pelan saja"

Meskipun sudah gerimis, kami pun malah berjalan pelan-pelan.

Tak lama, hujan turun kali ini dengan deras.

"duh, hujan nya jadi deres gini" gerutu Gracia

Gracia pun terlihat mulai menatap memperhatikan arah sekeliling nya, berusaha mencari tempat berteduh untuk kita berdua.

"Shani, di depan ada bekas tempat telepon umum koin!"

"eh, terus kena---"

"ayo lari kesana!"

Gracia pun bergegas lari kearah tempat telepon umum itu, aku mengikuti dibelakang nya.

Tetapi, tunggu dulu...

Kami harus berdesakan di tempat sesempit ini?

"Shani, masuk." Gracia menarik paksa lengan ku untuk memasuk kotak telepon umum tersebut

"Eh, tunggu dulu! Jangan!" Berontak ku, namun ternyata pikiran ku salah....

Gracia, menunggu diluar. Membiarkan aku berteduh sendirian, sedangkan dia terkena hujan diluar tempat telepon umum ini.

Orang ini.... apasih pikiran nya?!

"Gracia, kamu nanti basah kuyup!"

Gracia yang awal nya memunggungi ku pun kemudian berbalik

"Gapapa, hujan deras gini biasanya ga lama kok. Sebentar lagi pasti reda, tunggu ya shani" ucap nya sambil tersenyum lembut padaku, kemudian kembali memunggungi ku

Orang ini.... dia benar-benar tidak ingin membuatku ketakutan.

Dia tidak ingin aku ketakutan...

"Kau boleh masuk"

Gracia yang awalnya memunggungi ku pun membalikkan badan nya dengan wajah terkaget

"Eh? Tadi bilang apa?"

"Boleh masuk"

"serius nih...?"

Masih dengan tatapan kaget nya, dia terus menatap kearah ku. Seperti mencari kebenaran dalam kata ku barusan, namun aku terus menunduk. Tidak berani menatap wajah nya.

Gracia terlihat seperti berpikir, lama. Bahkan sangat lama, sampai pada akhirnya dia memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya masuk.

Sekarang, kami sudah berada dalam satu ruangan yaitu bekas tempat telepon umum koin.

Tidak ada yang berani membuka pembicaraan, hanya suara hujan saja yang terdengar bergema sepanjang kami berada dalam satu tempat.

"Shani" Gracia pun mulai membuka suara

"Aku senang" kata nya, sambil menatap lembut pada ku

"uukhh, kalau kau sampai sakit, aku yang susah! Mana bisa aku cuek saja melihatmu kehujanan!" ucapku lantang, dan membuatnya semakin tersenyum lembut padaku

"Ta-- tapi! Kamu ga bakal... berbuat apa-apa kan?" ucapku takut, kemudian menatap kearah mata nya

"Iya, tidak akan." Jawabnya sambil menatap mata ku dengan yakin

"Oh iya, maaf air dari kepalaku menetes terus. Aku akan berbalik, lebih gampang bergerak kalau kita beradu punggung. Kamu juga... lebih suka begitu kan?" 

Aku tidak menjawab, karena Gracia sudah langsung membalikkan badan nya padaku. Ya, toh aku harus jawab apa? Memang sebaik nya begitu kan, aku pun juga mengganti posisi ku menjadi memunggungi nya di ruangan yang sempit ini.

Gracia POV 

Punggung shani..... hangat.

"Kau boleh masuk"  

Kata-kata nya barusan, masih terekam jelas diingatan ku.

Sebetulnya, saat masuk tadi...

Aku ingin sekali, memelukmu. Shani Indira Natio. 

"Kamu ga bakal... berbuat apa-apa kan?"  

Namun kata-kata mu yang lain itu, juga terus terngiang di telinga ku.

Yah, perasaan yang sulit untuk dibendung.

Morning, day & nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang