♡1♡

3.4K 313 5
                                    

Tangannya berhenti di dagu, di mana sejumput rambut mulai tumbuh. Onyxnya menyipit sedangkan jemarinya mengusap dagunya beberapa kali.

Ah. Sasuke Uchiha dua puluh tahun itu lupa bercukur seminggu ini. Jadilah wajah pucatnya yang selalu bebas bulu kini terlihat agak liar. Ia tersenyum beberapa jenak, menghayati pantulan bayangannya di cermin. Terlihat manly, walaupun hanya sedikit. Lalu kenyataan menghantamnya bagai truk yang remnya blong. Ketika ia ingat mengapa dirinya sama sekali tidak memerhatikan penampilannya akhir-akhir ini.

Ia menghela napas seraya mengelap wajahnya dengan air dari wastafel lalu memasang kacamatanya.

Sudah satu bulan ia putus dengan Hinata. Dan sejak saat itu pulalah ia mulai tidak memerhatikan penampilannya lagi.

Oh god!

Mendadak Sasuke ingat kalau hari ini ia punya tugas kelompok dengan Hinata. Damn! Begini nih kalau pacaran dengan rekan satu juruasan. Setelah putus jadi sulit komunikasi dan kikuk.

Hah... sudahlah.

Well... bubarnya mereka sebagian besar salahnya Sasuke. Terlalu fokus dengan dirinya sendiri, juga selalu menyibukkan diri di kampus disetiap kesempatan, dan sanggup untuk tidak bertemu pacarnya selama seminggu. Hubungan mereka seperti tidak ada 'muse' nya.

Walaupun sebenarnya Sasuke benar-benar suka dengan Hinata. Tapi apa mau dikata? Nasi sudah menjadi bubur. Merasa bersalah sekarang juga sudah terlambat. Ia tak bisa memutar ulang waktu, ia pun tak bisa mengubah takdir. Dan setelah kehilangan, barulah ia sadar kalau dirinya benar-benar menyesal telah melalaikan pasangannya selama satu semester ini.

Kalau boleh dibilang, Hinata termasuk tipe wanita yang setia. Butuh enam bulan bagi Hinata untuk merasa cukup telah dilalaikan oleh pacarnya sendiri.

Hah... Sasuke menghela napas lagi.

Hinata sekarang bersama Gaara. Seminggu setelah mereka putus, pasangan baru muncul.

Haks, mungkin kalau orang-orang tidak mengenal Sasuke atau Hinata, gadis itu bakalan dilabeli cewek gampangan yang mudah pindah hati.

Tapi semua orang tahu (setidaknya di jurusannya Sasuke) kalau pemuda Uchiha ini sama sekali tidak pantas untuk Hinata. Selain tampangnya yang di atas rata-rata, Sasuke tidak punya hal yang bisa diberikan pada Hinata selain rasa kesepian. Di lain pihak, Gaara sama stoic-nya dengan Sasuke, tapi pemuda berambut sewarna api itu masih punya tendensi untuk memberikan afeksi selayaknya seorang kekasih.

Kalau kata orang sih, Gaara itu tipe suami idaman. Tak sedikit dari rekan sejurusannya mengompori Hinata untuk putus Sasuke dan menerima pernyataan cinta Gaara.

Oh, Gaara menyatakan cintanya saat Sasuke dan Hinata masih pacaran. Well... damn! Gaara punya nyali besar untuk seseorang yang pendiam.

Sasuke benar-benar pantas menerima semua itu. Toh ialah yang menggali kuburannya sendiri.

Mendengus kesal, Sasuke segera mengemasi keperluan kuliah lalu beranjak ke luar apartemen. Hari Senin yang panjang baru saja dimulai.

.

.

"ANJIRT! KIBA KENAPA GAK BANGUNIN AKU SIH?! AKU TELAT NIH!"

Pemuda berambut pirang spike mendadak melompat dari ranjang, setengah telanjang dengan hanya mengenakan boxer ketat. Memperlihatkan lekukan sensual yang pastinya menantang buat di-grope, kalau saja pemuda bernama Kiba itu tidak sedang dalam keadaan setengah tewas dengan hangover yang membuat kepalanya seperti ditikam sepuluh kepalan tangan secara bersamaan.

Beranjak setengah belari dengan tergesa ke kamar mandi, Naruto dengan cepat memulai ritual paginya. Sepuluh detik saja, ia sudah selesai.

"Berisik kau Naruto," Kiba menjawab dengan suara berat, ditarikanya selimut yang setengah terlempar dari ranjang saat Naruto melompat panik, berusaha membungkus tubuhnya yang sama sekali tidak terutup apapun. Ia tak seperti Naruto yang sempat memasang boxernya kembali setelah pertarungan satu rondenya semalam, kepalanya terlalu pening untuk peduli apakah ia pakai celana atau tidak. "Cepat pergi sana, kau ada kelas pagi kan? Kelas pertamaku nanti siang jam satu, aku masih bisa tidur."

"Sial! Tahu begini aku tak akan menerima ajakanmu main malam tadi!" Siapapun mahasiswa yang waras dan punya akal sehat tak akan party di malam Senin-terlebih lagi sampai main-main di ranjang setelahnya.

"Ah tapi kau menikmatinya juga kan?" Di sela denyutan kepalanya yang menjadi-jadi, Kiba masih bisa menyelipkan nada jahil di suaranya, "Rintihanmu sensual banget, sampai bikin aku pening."

"Dasar!" Naruto melempar kaleng bir kosong dari lantai ke arah Kiba, "Kiba, kau sama sekali gak bakat jadi seme! Huh, Cuma sekali saja sudah K.O!"

"Alah kau juga sama saja," Kiba nyeletuk, merasa tersinggung, "salahkan keberuntunganmu yang menyedihkan. Kita kan sudah sepakat yang menang jankenpon-suit-bakalan jadi seme tadi malam?"

"Urghhh! Sialan kau Kiba!" Naruto sama sekali tidak dapat membalas ucapan kawannya itu. Toh memang benar. Mereka berdua ini 'Neko' alias uke. Yang keahliannya adalah menerima tikaman dari belakang. Tusuk-menusuk bukan forte mereka.

"Hah! Sudahlah aku duluan ya!"

"Jangan lupa kunci pintu aparemenku dari luar, terus lemparkan kuncinya ke dalam lewat ventilasi!"

"Iya! Iya! Ih bawel banget sih!"

Pintu berdebum terbuka dan tertutup dengan sangat cepat. Dalam sekejap, Naruto sudah menghilang dari kamar apartemen Kiba yang kini dipenuhi rintihan pemuda Inuzuka yang memegang kepalanya yang berdenyut tiada ampun.

.

.

Pertemuannya dengan Hinata di cafe ternyata tidak kikuk. Hinata yang terkenal pemalu, harusnya merasa risih bertemu dengan mantan pacarnya berdua untuk di cafe walaupun alasannya untuk menyelesaikan tugas kelompok.

Di luar perkiraannya, Hinata sama sekali tidak kesulitan untuk bicara dengan Sasuke, walaupun kadang ada jeda yang tidak alami dalam kalimatnya. Tapi Hinata sama sekali tidak diam membisu selama mengerjakan tugas mereka. Wajahnya bahkan tersenyum cerah sesekali ketika melirik smartphone-nya di atas meja ketika melihat pop up pesan dari Gaara.

Entah kenapa Sasuke merasa kalau Hinata sengaja meletakkan ponselnya di dekatnya dengan volume yang cukup kencang. Sampai Sasuke sadar kalau notifikasi pesan masuk dan display id name- Panda-kun - muncul secara terus menerus. Sedikit risih juga sih, tapi ia tidak marah pada Hinata. Sasuke merasa lega, setidaknya ia bisa bicara normal dengan gadis itu.

Oh dia juga dapat pesan cinta dari Gaara sebelum Sasuke dan Hinata bertemu. Pesan cinta yang isinya ancaman maut kalau Sasuke berani macam-macam dengan Hinata. Terlebih lagi Sasuke bisa melihat Gaara yang duduk beberapa meja dari tempatnya dan Hinata mengerjakan tugas. Tatapannya mengancam.

Benar-benar overprotektif. Beda sekali dengan dirinya.

Ah... tentu saja. Bahkan Hinata yang sabar sekalipun akan memilih seseorang yang lebih perhatian padanya daripada seseorang yang lebih fokus diri sendiri seperti Sasuke.

"Oke, semuanya sudah selesai, sisanya tinggal Simpulan dan Daftar Pustaka," Hinata merapikan bahan-bahan paper dari atas meja seraya melipat laptop kecilnya, "sisanya biar saya yang selesaikan, Sasuke-san tidak perlu khawatir."

Telinganya berdenyut pelan. Sekarang panggilannya sudah berubah dari Sasuke-kun jadi Sasuke-san ditambah lagi nada bicara Hinata yang terkesan formal. Tak disangka, perubahan kecil ini membuatnya agak kecewa.

"Hm... baiklah," ucap Sasuke singkat, "kalau begitu..." Sasuke melirik ke arah Gaara yang duduk agak jauh, dari tatapan menantangnya sudah jelas kalau Gaara tidak ingin Sasuke untuk mengantar Hinata pulang.

"Aku duluan," ucapnya seraya tersenyum tipis. Sebelum keluar pintu cafe ia berbalik, "oh iya, bodyguard-mu dari tadi terlihat seperti tengah menahan sembelit. Coba kau periksa," imbuh Sasuke seraya menunjukkan posisi Gaara yang tersembunyi dari pandangan Hinata. Lalu pergi dari tempat itu sebelum menerima seruan marah dari pemuda berambut merah itu.

Onyxnya menyipit. Intensitas sinar senja hari ini cukup kuat. Sasuke menatap langit dengan aksen merah kebiruan. Bulan mulai naik, walaupun matahari belum sepenuhnya tenggelam. Dilirik jam tangannya, masih awal untuk pulang, masih ada sedikit waktu untuk mengerjakan tugas klub jurnalis di Uni. Tapi Sasuke yang workaholic sekali pun bisa down dan merasa malas.

"Hah... pulang sajalah."

.

TBC

GoateeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang