Kelimut sore menyaksikan tentang apa yang terjadi
Tentang hatiku yang tertegun serasa jantungku hentikan detaknya
Perkataan itu, sungguh baru kali ini kudengar ucapan itu keluar dari mulut seorang hawa.
Yang melafalkan ucapan yang akan merubah segalanya
Ku tak mau terbang dan melupakan dimana tempat kuberpijak
Apakah ucapan itu tulus keluar dari hatinya, atau hanya omong kosong yang tak bermaknaWahai kau yang mengucapkan kata sakral itu padaku,
Besok dan lusa sikap kita tak lagi sama dan biasa
Kejelasan yang senyap dan kelanjutan yang di ambang kepunahan
Mata yang penuh harap bisikan relung hatiku untuknya
Titian kebahagian yang menanti disebrang dan melambaikan tangan untukku
O. Apalah dayaku, Untuk menanyakan kepastian pun Aku malu.Sejuta syair, puisi dan sajakku pun serasa akan hilang asanya,
Karena untuk apa semua ini kubuat lantaran bukan untuknya.Sore menyambut baik malam ini, hujan tak lagi turun membasahi
Dan malam yang lebam haturkan cerita di alam ketidaksadaran
Tentang hati seorang lelaki yang tersenyum dibawah mimpi,
Dan pagi dalam binar, kubuka mata dan kulihat mata wanita membinar
Aih, rupanya diriku berseri bahagia atasnya.Bekasi, 25 Februari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerlingan Mata Penghuni Rumah Kardus {Sudah Dibukukan}
Poetry[[Sudah dibukukan]] siap diriliskan di UBUD WRINTERS 2018