Part 4. Kota Jakarta

5K 171 2
                                    

Akhirnya hari keberangkatan abi pun tiba. Pagi itu sekitar pukul 09.00 abi tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta ditemani ibunya. Abi hanya mengenakan celana jeans biru tua, kaos berlengan pendek berwarna putih dan dipadukan dengan jaket jeans berwarna abu-abu serta sepatu converse berwarna putih terlihat sangat santai dengan rambutnya yang hitam kecoklatan dikucir kuda. Abi tidak membawa banyak barang, kopernya yang berukuran sedang hanya diisi barang-barang seperlunya saja. Abi juga hanya membawa tas punggung hitam yang didalamnya terdapat laptop kesayangannya. Abi dan ibunya saat ini tengah duduk dikursi tunggu stasiun menunggu kereta yang akan membawa abi kejakarta.

"Nduk, keretanya berangkat jam berapa?" Tanya nina dengan menatap abi lekat.

"Jam 10 bu" jawab abi sambil melihat jam yang terpasang didinding stasiun.

"Kamu hati-hati ya nak disana. Ingat semua pesan ibu. Kamu jangan lupa makan dan sholat, terus kalo kamu gak lulus, kamu harus segera pulang lagi kejogja" ucap nina menyakinkan dan mengingatkan abi akan perkataannya tempo itu.

Abi hanya mengangguk patuh, lalu terdiam. Semua ucapan ibunya sudah terekam dikepalanya dan abi akan mengingat semua ucapan ibunya. Hingga deringan ponsel abi terdengar dari balik saku celana jeansnya yang ternyata adalah panggilan telfon dari bayu. Abi segera beranjak dari duduknya, mencari tempat yang tidak terlalu ramai untuk mengangkat telfonnya itu.

"Assalamualaikum bay" sapa abi

"Walaikumsalam bi, kamu udah berangkat??" Ucap bayu dari seberang sana.

"Belum bay, keretanya juga belum datang". Jawab abi dengan melihat lagi jam yang terpasang didinding stasiun.

"Oke, kamu hati-hati ya bi. Kalo udah sampe jangan lupa kasih kabar aku. Dan ingat, kamu adalah milikku, sampai kapanpun. I love you bi" ucap bayu yang diakhiri dengan sambungan telfonnya. Bayu bahkan tidak mengucapkan salam saat mengakhiri percakapannya.

Abi tertegun. Kenyataan yang baru saja abi tau bahwa bayu adalah lelaki yang sangat posesif dan abi takut jika ia tidak dapat memenuhi janjinya suatu saat nanti.

Abi segera berjalan menuju ibunya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Telfon dari siapa nak sampe kamu harus menjauh dari ibu?" Ujar nina saat abi sudah duduk disebelahnya.

"Dari bayu bu" jawab abi dengan menghela nafas dalam. Abi segera memasukkan ponselnya lagi ke saku celana jeansnya.

"Bayu apa kabar, dia kuliah dimana nak?" Tanya nina lagi sambil menepuk tangan abi sesaat.

"Kabar bayu baik bu, bayu saat ini kuliah di Universitas Of Sydney jurusan arsitektur" jawab abi lagi dengan tersenyum tipis.

"Oh ya, bayu benar-benar menepati janjinya kalau dia mau kuliah jurusan arsitektur" ucap nina senang dengan memandang wajah abi.

Abi menundukkan wajahnya, gelisah. Sebetulnya bukan karena kuliah bayu saat ini tetapi abi lebih memikirkan sifat bayu padanya akhir-akhir ini. Sejak bayu mengungkapkan perasaannya pada abi, bayu berubah. Bayu semakin posesif pada abi, dan abi takut kalau dia tidak dapat mengimbangi sifat posesif bayu padanya. Nina yang melihat wajah putrinya gelisah, semakin curiga bahwa putrinya menyembunyikan sesuatu darinya.

"Ada apa nak, wajahmu terlihat muram? Kalau abi ada masalah cerita dong sama ibu, siapa tau ibu bisa bantu masalahmu" ucap nina tersenyum sambil membelai pipi abi.

Abi tersenyum tipis mendengar perkataan nina, selalu ibunya dapat membaca apa yang ada didalam pikiran dan hatinya.

"Bu, apakah orang yang jatuh cinta bisa menjadi sangat posesif?" Tanya abi polos dengan menatap kedua mata nina yang teduh itu.

POLIGAMI (ISTRI UNTUK SUAMIKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang