Part 11. Apartemen Bisma

6.2K 196 15
                                    

Bisma mengendarai mobilnya dengan sedikit melamun. Pikirannya menerawang pada kejadian kurang dari dua jam yang lalu. Bagaimana jadinya jika waktu itu ia datang terlambat, oh Bisma pasti tidak akan pernah memaafkan dirinya dan ketiga orang bejad itu. Abi memang sedang dilecehkan saat itu tapi Bisma sudah dapat melihat akan seperti apa kejadiannya jika ia tidak datang tepat waktu.

"Brengsek," umpatnya, sambil memukul stir mobilnya dengan tatapan penuh amarah dan pandangan mata lurus kedepan.

Sesaat kemudian pandangan mata Bisma beralih kepada gadis disampingnya, setelah hampir satu jam menangis, gadis itu akhirnya menyerah karena lelah dan tertidur dengan mata sembabnya. Lagi-lagi Bisma merutuki kesalahannya sambil sesekali menatap Abi yang tertidur sebelum akhirnya ia kembali fokus pada jalanan didepannya.

"Maafin gue Bi."

☆☆☆

"Abi, ayo bangun!" Ucap Bisma seraya mengusap-usap pucuk kepala Abi, hingga Abi pun terbangun dan mengerjapkan mata sembabnya.

"Kita sudah sampai ya kak?" Tanyanya dengan masih mengerjapkan matanya, menyesuaikan dengan penerangan disekitarnya.

"Iya. Maaf Bi, lo gue bawa ke apartemen gue."

Abi membulatkan matanya. "Abi ingin pulang kak," pintanya dengan nada lirih.

"Iya nanti lo pasti pulang, sekarang kita obati luka lo dulu oke." Abi mengangguk patuh. Dibukanya seatbelt masing-masing lalu keluar menuju apartemen dengan bisma berjalan sambil menggenggam tangan Abi.

Bisma membuka pintu apartemennya, lalu membawa Abi masuk dengan masih menggenggam tangannya erat. Didudukkannya Abi disofa ruang tamu lalu Bisma berlutut, meraih kedua tangan Abi dan menggenggamnya lagi. Dipandangnya wajah Abi lekat. Wajah cantiknya kini terlihat kacau dengan mata yang sembab, hidung yang memerah dan wajah yang pucat. Pipi kanan Abi tampak memar, dan sudut bibirnya terluka meninggalkan noda darah yang sudah mengering. Tangan Bisma terulur menyentuh luka disudut bibir Abi, rahang Bisma mengeras menahan amarah melihat Abi yang meringis kesakitan saat Bisma menyentuh lukanya.

"Maafin gue Bi," lirihnya menatap wajah Abi dengan pandangan iba. "It's oke kak, ini semua musibah yang datang tanpa kita duga," jawab Abi sambil mencoba tersenyum tapi Bisma masih dapat melihat guratan kesedihan dan ketakutan dari wajah Abi.

"Lo tunggu disini dulu ya, gue mau ambil obat dan minum buat lo," ujarnya dengan bangkit dan meninggalkan Abi menuju kamarnya.

Bisma meraih kotak obat yang ada didalam laci nakas tempat tidurnya. Lalu buru-buru turun menuju dapur untuk mengambil minum. Sesampainya diruang tamu, Bisma tertegun, Abi memang sudah tidak menangis lagi tetapi melihat Abi yang terdiam sambil duduk memeluk kakinya dan membenamkan wajahnya pada lututnya membuat hati Bisma tercubit. Ya lagi-lagi Bisma teringat kejadian sialan itu.

"Ini diminum dulu obatnya Bi!" Bisma menyodorkan sebutir obat dan segelas air putih pada Abi yang saat mendengar suara Bisma, Abi langsung mendongakkan wajahnya.

"Makasih ya kak," balasnya dengan tersenyum tipis kemudian meminum obat yang diberikan Bisma. "Maaf ya Bi, gue cuma punya obat pereda nyeri. Untuk memarnya nanti gue beli salep diapotek depan apartemen," ucap Bisma seraya mengambil gelas yang sudah kosong dari tangan Abi lalu meletakkannya diatas meja ruang tamu.

"Lo mau makan apa, nanti gue pesenin di cafe depan," Bisma menatap Abi dengan tersenyum tipis. Abi menggelengkan kepalanya perlahan, memandang sendu Bisma, "Abi ingin pulang, kak!"

POLIGAMI (ISTRI UNTUK SUAMIKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang