Part 8. Kenyataan Pahit

5.8K 192 20
                                    

Abi melipat mukena yang dipakainya lalu meletakkannya diatas rak yang disediakan khusus untuk menaruh perlangkapan sholat. Dilihatnya jam dinding yang terpasang ditempat sholat rumah dara, pukul 05.00. Abi melihat disekelilingnya, rumah itu tampak besar dan sepi. Abi bertanya dalam hatinya apakah dara dan gibran sudah bangun karena kini dirinya bingung harus melakukan apa. Sedetik kemudian tanpa pikir panjang abi melangkahkan kakinya menuju dapur. Diraihnya alat makan yang kotor didalam wastafel lalu mencucinya walaupun memang tak banyak, karena kegiatan seperti itu sudah menjadi rutinitasnya saat berada dirumah jogja dan bagi abi kebersihan adalah nomer satu.

"Abi kamu sedang apa?" Suara dara membuat abi menengokkan tubuhnya menatap dara. "Mencuci piring mba, habis abi bingung mau ngapain".

"Ya ampun abi, gak usah! Sini biar mba saja" dara meraih piring yang dipegang abi tapi buru-buru abi hentikan "gak papa mba, ini udah mau selesai kok" jawabnya dengan menunjukkan piring yang dicucinya pada dara.

Dara tersenyum lalu membantu abi merapihkan piring yang telah bersih untuk disimpannya dirak piring, "makasih ya bi, maaf jadi ngerepotin kamu"

Abi membalas senyum dara "gak papa mba, saya juga sudah biasa mengerjakan pekerjaan seperti ini kalau dirumah jogja" ucapnya seraya ikut membantu merapihkan piring kedalam rak.

"Kamu bisa masak bi?" Tanya dara sedikit ragu. Abi menganggukkan kepalanya seraya tersenyum "bisa mba"

Dara menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum tipis, terlintas sebuah ide dikepalanya "kalau begitu ayo kita masak" ujarnya semangat sambil berjalan menuju kulkas dengan abi mengekor dibelakangnya.

Dara mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas, menatanya dimeja dapur lalu beralih menatap abi, "Kita buat nasi goreng seafood ya bi" abi hanya mengangguk patuh. Dara tampak bersemangat, diraihnya pisau dapur lalu mulai merajang bahan makanan. Sedangkan abi, dia tidak tinggal diam, abi membantu dara dengan merajang bumbu. Keduanya tampak asik dan sibuk membuat sarapan pagi.

"Selesai. Wah nasi goreng ini kelihatan enak banget" ujar dara dengan menghirup aroma nasi goreng yang ada didalam wajan. Abi tersenyum geli melihat tingkah dara. Sejenak abi berfikir, lalu ia meraih dua buah telur mentah yang ada dimeja dapur kemudian dipecahnya lalu dikocok seperti akan membuat telur dadar dengan tak lupa memberi garam agar telurnya ada rasa.

"Kamu mau buat apa bi?" Tanya dara seraya memandang apa yang dilakukan abi. "Abi ingin buat telur dadar tipis mba, lalu telur dadar ini akan abi jadikan penutup dinasi gorengnya ketika disajikan dipiring mba, ya semacam selimut jadi nanti namanya nasi goreng seafood dalam selimut" dara memandang takjub abi, tidak mengira kalau abi ternyata pandai memasak.

"Hmm...mba, aya kok belum turun ya? Apa dia belum bangun?!" Ujarnya ragu sambil membantu dara menata sarapan dimeja makan. "Biasanya sih udah, kamu samperin gih kekamarnya!" Abi mengangguk, tapi abi tampak ragu untuk melangkah. "Udah gak papa bi. Tuh kamarnya dipaling ujung dilantai dua ya. Dia pasti kaget ngeliat kamu" ucap dara seraya terkekeh.

Abi melangkahkan kakinya menaiki tangga. Matanya memandang takjub, yah rumah dara memang besar. Dilantai bawah ada dua kamar tidur, ruang keluarga yang lumayan luas, dapur yang menyatu dengan ruang makan, kamar mandi, ruang tamu dan halaman belakang. Sedangkan lantai dua terdapat empat buah kamar, ruang santai yang sama luasnya dengan ruang keluarga dilantai bawah, dan balkon. Abi tersenyum begitu melihat kamar aya, tetapi senyumnya mendadak meredup digantikan dengan perasaan gugup saat dirinya berpapasan dengan gibran yang baru saja keluar dari kamarnya dengan mendekap sebuah buku yang sangat tebal dan tentu saja gibran juga sudah rapi dengan setelan kerjanya. Celana bahan hitam, kemeja biru muda dipadukan dengan jas berwarna hitam tanpa dasi terlihat semakin tampan dengan rambutnya yang disisir rapi.

POLIGAMI (ISTRI UNTUK SUAMIKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang