"hah......hah.....hah"suara nafas yang terdengar tak beraturan.
Derap-derap kaki juga terdengar karna sang pemilik sepasang kaki itu menghentakan langkahnya begitu cepat diantara setapak jalan, caranya melangkah tak seperti biasa, sesuatu memang baru saja terjadi.
Ntahlah, dia terlihat tengah mencari jalan keluar diantara banyaknya deretan pohon besar yang menjadi objek menyeramkan disetiap jalannya, tapi bukan masalah, matanya sudah terbiasa menembus segala sesuatu yang tak dapat dilihat oleh manusia pada umumnya, iya... sang pemilik indra keenam atau yang biasa disebut sixth sense, bukan saja dapat melihat makhluk tanpa raga, terkadang pria itu dapat membaca pikiran seseorang atau bahkan dapat melihat masa depan, tak terlewatkan pria itu juga biasa merasakan sesuatu yang disebut DEJA VU, Dejavu adalah hal dimana saat seseorang dihadapkan pada suatu peristiwa saat ini dia akan merasa bahwa dimasalalu peristiwa itu seperti telah dilalui.
Galang, itulah namanya pria yang akan memasuki usia 25 tahun kini terjebak didalam hutan sendirian, tak ada manusia disana. Gelap, karna matahari telah dimakan oleh malam sejak tadi.
Pukul 11.00, sudah larut malam manusia bodoh manakah yang terjebak didalam hutan sendirian selain Galang, maksud kedatangannya dihutan ini adalah mencari temannya yang bernama Nayla, Galang dan Nayla telah berteman lama sejak Galang berusia 18 tahun, namun tak tau kenapa 3 hari terakhir ini Nayla selalu menghindar, Galang sendiri tidak tau apa penyebabnya, dia bahkan tidak pernah sadar terkadang dirinya suka menggerutu bahwa berteman dengan makhluk yang tak dapat dilihat oleh manusia biasa sangat tidak menyenangkan, terlebih dia sering dianggap aneh dan disangka gila karna suka berbicara sendiri, tapi Galang sudah biasa mendapat ocehan orang-orang terhadapnya, bahkan sumpah serapah teman tak akrabnya kepadanya, jika boleh memilih Galang akan memilih kehidupan normal manusia pada dasarnya. Karna untuk tidak melihat, merasa, dan mengetahui hal yang memang seharusnya belum layak diketahui adalah sebuah ekspektasi saja bagi Galang, nyatanya realita seperti itu bertolak belakang dengan kehidupan aslinya. Ya, meskipun itulah faktanya namun Galang masih ingin berteman dengan Nayla, buktinya dia masih berkeliling didalam hutan, walau saat ini dia sudah menyerah, jika temannya itu tak kunjung kembali maka bukan salahnya, dia sendiri tidak tau apa penyebab kepergian Nayla, yang lebih penting sekarang adalah mencari jalan keluar untuk segera mengobati luka kakinya akibat tusukan kayu lancip yang berasal dari sebuah gubuk tepat mengenai betis kirinya.
Meskipun berjalan sedikit sempoyongan, namun Galang tak menyerah, hingga akhirnya, senyum terlihat lekat-lekat diwajahnya, jalan keluar berhasil dia temukan, dengan terburu-buru Galang pun sampai ditempat pembatas hutan dan jalan raya.
Disebuah jalanan sepi, waktu yang tak memungkinkan seseorang untuk melintas disana ternyata salah, dari kejauhan mata Galang dapat menangkap sinar dari sebuah kendaraan yang kini terlihat mendekat. Kembali tersenyum, Galang saat ini berjalan melangkah ditengah jalan, melambaikan tangannya terus menerus hingga kendaraan itu sedikit lagi bahkan nyaris hampir menabrak dirinya, untung saja si pengendara sudah tidak awam lagi akan hal itu, jadi dengan tepatnya motor miliknya berhenti tanpa mengenai tubuh Galang sedikitpun.
Galang bernafas lega, setelah tadi hampir saja tertabrak, dia membuka matanya yang sempat dia tutup rapat saat itu, dilihatnya sipengendara motor membuka helm, Galang kaget sesaat tersadar bahwa yang ada dihadapannya adalah seorang wanita. "Keren"kagumnya
"heh! Kau! Sedang apa kau disana?"wanita itu bertanya dengan intonasi sedikit meninggi, seolah tak terima dengan apa yang baru saja Galang lakukan.
"hey!!! Apa kau gila?"suara gadis itu kini berubah 360 derajat dari sebelumnya
"ha....? Eh i-iya"jawab Galang tersadar dari rasa kagumnya tadi
"oh... jadi kau memang gila? Pantes, memang terlihat dari luar sih"
Lama vakum, akhirnya muncul lagi, mohon vote dan komentnya ya guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate Devil: Selir yang Terluka
General Fictionapa menyakitiku adalah pekerjaan terbaikmu? hingga kau lupa rasanya tersakiti? baiklah, jika memang seperti itu, sakiti saja aku!