"kita makan siang dimana?"tanya Thea, sekarang dia sudah berada dalam mobil Galang dan duduk disamping kemudi,
"café kesukaanku"jawab Galang lalu menjalankan mobilnya.
Disepanjang perjalanan terasa hening, Thea yang memilih bungkam menghadapkan wajahnya ke jendela mobil, sedangkan Galang memfokuskan dirinya untuk menyetir, hingga ta terasa mereka tiba disebuah café, letaknya tak jauh dari kantor Galang, jadi dalam perjalanan mereka tak perlu memakan banyak waktu.
.
"Thea, aku permisi ke toilet dulu sebentar"pamit Galang, setelah mendapat anggukan dari Thea, pria itu merenggag pergi.
Tak lama setelah kepergian Galang, seseorang tiba-tiba datang menghampir Thea, Thea pikir itu Galang, tapi secepat itukah pergi ketoilet, gumam Thea dalam hati.
"hai!!! Cantik"sapa seseorang, suaranya tak asing, ya menurut Thea suara itu tak asing, langsung saja dia memutar bola matanya melirik siapa pemilik suara itu"Exel???"
.
Saat Exel masuk kedalam café dan hendak memilih tempat duduk untuk dirinya, tak sengaja dia melihat ada dua pasangan dikenalnya, meski sempat tak yakin dengan 2 dua pasangan itu, tapi setelah diteliti akhirnya dia percaya, awalnya dia tak berniat menghampiri, namun saat dia melihat kepergian Galang, pikiran liciknya terlintas kembali, ucapan yang sempat dia gantungankan sepertinya sekarang adalah waktunya untuk dilanjutkan berhubung saat ini Thea tengah sendiri.
Perlahan Exel melangkah mendekati meja makan tempat Thea duduki
"hai!!! Cantik"sapanya
Terdengar suara kaget dari mulut Thea"Exel???"
"kau ingat ucapanku yang tergantung malam itu, apa kau tidak ingin tau kelanjutannya"tanya Exel memancing
Thea terdiam sesaat, dilihatnya mata hitam milik Exel, karna tak berselera mendengar ucapan pria itu, Thea lebih memilih memalingkan wajahnya lurus kedepan
"bagaimana jika aku bilang bahwa saat itu Galang menggantikan posisimu berbalapan denganku"
"kau ingin membohongiku? Jangan bercanda, Galang tidak mungkin melakukan itu"lanjut Thea
"lalu bagaimana dengan ini"sambung Exel sambil memperlihatkan ponselnya pada Thea.
Mata Thea tentu tertuju kelayar ponsel, dan dalam video berdurasi 5 menit itu, terlihat jelas Galang bersama Exel tengah berbicara dengan penampilan lengkap layaknya seorang pembalap dan posisi Galang yang dikerumuni oleh banyaknya penonton.
Thea membekap mulutnya tak percaya, bagaimana mungkin Galang melakukan semuanya tanpa sepengetahuannya, setahu Thea malam itu, malam dimana dia masih sibuk dengan pikiran kacaunya, malam dimana Galang datang mengembalikan jaket kulit dan kunci motornya adalah malam dimana Galang pergi membeli makanan untuk makan malamnya, bukan pergi balapan dengan Exel.
"dia mengalahkanku, kau tau? Dia begitu hebat, ya dia hebat, dan apa kau pernah tau masa lalunya? Dia pernah jadi seorang pembalap"lanjut Exel disela rasa ketidak percayaan Thea.
"ba-bagaimana mungkin Galang"gumam Thea lirih, namun masih bisa didengar oleh Exel
"aku tau kau tak akan percaya, makanya saat itu aku memilih bungkam, aku pikir pria itu akan menceritakan semuanya, tapi ternyata apa?"Exel terdiam mengingat kejadian sebelumnya.
[Flashback On]
"ada urusan apa sampai kau datang kesini?"tanya Thea dengan nanya penuh penekanan yang menandakan dia tak suka kehadiran pria dihadapannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate Devil: Selir yang Terluka
General Fictionapa menyakitiku adalah pekerjaan terbaikmu? hingga kau lupa rasanya tersakiti? baiklah, jika memang seperti itu, sakiti saja aku!