"ha? Siapa?"Galang berbalik tanya.
Tidak menjawab Thea hanya memfokuskan pandangannya saat ini pada sesuatu yang membuatnya jengkel, dan Galang dari pada merasa bingung terhadap sikap Thea, dia lebih memilih mengikuti arah pandangan mata Thea.
"Nayla?"ucap Galang
"kau dari mana saja? Aku mencarimu? Kau membuatku cemas, aku pikir kau tak akan kembali? Kau marah padaku?"
"tidak... sekarang aku hanya mengerti, bahwa kau tidak bahagia berteman denganku?"
"aku bahagia"
"tidak, nyatanya kau risih berteman dengan makhluk tak terlihat seperti aku"
"iya mungkin tapi itu dulu, sekarang aku bahagia, jangan pergi lagi aku mohon"ucap Galang tanpa sadar Thea ada disampingnya
"kalian saling mengenal? Lang kau mengenalnya?"tanya Thea
Mendapat pertanyaan dari Thea, Galang terdiam kemudian, bukannya menjawab Galang justru berbalik tanya
"The, jangan bilang kau bisa melihat Nayla?"
"aku bisa melihatnya, memangnya kenapa?"
"kau sedang tidak berbohongkan?"tanya Galang seakan sedang menginterogasi, dilihatnya mata Thea secara dekat, membuat Thea sendiri terhanyut dalam tatapan itu, tatapan yang sendiri dia tak tau maksudnya, tapi dengan bodohnya Thea tidak menghindari tatapan itu, hingga mata mereka terkunci sangat dalam tanpa ada yang berniat berpaling .
Thea, dia sendiri tidak mengerti mengapa jarak antara dirinya dan Galang secara tidak langsung semakin dekat
"kalian mau ngapain?"tanya Nayla yang tiba-tiba saja ada dipertengahan membatasi jarak Galang dan Thea. Berkat pertanyaan Nayla mereka menjadi salah tingkah, mereka tidak berani untuk saling memandang kembali.
.
Setelah beberapa saat kemudian...
"aku senang ternyata bukan hanya aku yang bisa melihat Nayla"kata Galang mencoba memecahkan keheningan serta mencoba menyingkirkan jauh-jauh kejadian tadi
"ya, kata ibuku sejak kecil aku sudah bisa melihat apa yang kau maksud"jawab Thea
"kita sama"lanjut Galang tersenyum, lalu Thea mengangguk kecil sebelum beranjak pergi meninggalkan Galang dan Nayla.
Setelah Thea meninggalkan Galang, Nayla juga tampak menghilang untuk meninggalkannya, Galang tidak tau kemana tujuan utama kepergian Nayla saat ini, yang Galang lakukan hanyalah menunggu kedatangan dua orang yang berbeda dunia datang menghampirinya. Meskipun waktu telah berlalu lama, Galang terpaksa harus terus menunggu.
.
Pagi,
Derasnya hujan bersamaan petir yang menyambar membuat Galang terbangun, untuk beberapa saat dia sadar bahwa sampai sekarang dia masih berada dikediaman Thea dengan selimut berbalut tubuhnya, ntah sejak kapan selimut itu ada namun Galang tak memperdulikannya, Galang hanya fokus menghangatkan diri oleh dinginnya cuaca, Galang bersandar disofa, menatap seisi rumah itu dengan seksama, satu yang membuatnya bingung, kenapa rumah sebesar istana itu tidak berpenghuni, maksudnya tidak ada penghuni lain selain Thea, begitu janggal namun wajar, tidakkah dicerita fiktif bahkan didunia sinetron banyak penulis yang menceritakan suasana serupa seperti Thea sekarang ini, dimana seorang anak seorang diri berada dirumah mewah karna perbuatan kedua orang tuanya yang bercerai, broken home. Apakah Thea salah satunya? Galang bergumam sendiri
"heh, kau sudah bangun?"tanya Thea, Galang tersenyum dan mengangguk
"nih cokelat hangat aku membuatnya untukmu"ucap Thea sambil memberikan segelas cokelat hangat kepada Galang.
Tetap sama Galang tersenyum "terima kasih"katanya setelah segelas cokelat itu sudah ditangannya,
"ngomong-ngomong, orang tuamu mana? Kau tinggal sendirian"tanya Galang penasaran
"aku tinggal bersama ayahku, ibu dan ayah, mereka sudah bercerai. Sekarang mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing dan kakak, dia lebih memilih tinggal sendiri dikosannya, dia gak mau tinggal sama ayah ataupun ibu"jelas Thea singkat, wajahnya terlihat murung, sangat murung.
"Thea maaf"
"gpp, kau wajar bertanya"lanjut Thea sesekali menghapus air matanya pelan
"kau menangis Thea?"tanya Galang, mendengar pertanyaan Galang
Thea gelagapan lalu segera menghapus air matanya secepat mungkin, tangannya yang bergerak menelusuri pipinya ditahan oleh Galang
"aku saja..."kata Galang singkat, dihapusnya air mata Thea secara pelan,
"aku gak bisa lihat perempuan nangis"ucap Galang masih saja dia memegang pipi Thea
"makasih lang"
Thea memeluk erat tubuh Galang, sangat erat hingga Galang tak bisa bergerak sedikit pun. Galang pun sadar jantungnya sedang berdebar, "ini pasti karna suasananya saja, hatiku hanya milik dia, Liora"gumam Galang.
tes...tes... ada orang disana? ini bagian 3nya udah diupdate, gak berniat mampir gitu? haha
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate Devil: Selir yang Terluka
General Fictionapa menyakitiku adalah pekerjaan terbaikmu? hingga kau lupa rasanya tersakiti? baiklah, jika memang seperti itu, sakiti saja aku!