"oh... jadi kau memang gila? Pantes, memang terlihat dari luar sih"
"Siapa bilang aku gila? Aku cuma mau minta tolong"sambung Galang sembari berjalan mendekati gadis itu yang masih duduk diatas motornya
"kenalin, namaku Galang"ucap Galang tersenyum sambil menjulurkan tangannya
"Thea"jawab Thea tanpa merespon tangan Galang dihadapannya "untuk saling mengenal tidak meski dengan dua tangan saling berjabat"katanya singkat.
Galang menganggukan kepalanya petanda mengerti, dia menarik kembali tangannya kemudian tersenyum lagi
"anterin aku pulang, tolong!"ujar Galang memeras
"enak aja, kau pikir aku ini ojek"tolak Thea
"kalo aku bisa pulang sendiri aku tidak mungkin minta dianterin"lanjut Galang, tanpa menunggu persetujuan dari Thea dia langsung naik keatas motor Thea
"eh turun!!!!!"pintah Thea
"rumahku dekat kok, lurus 1km dari sini terus ketemu perempatan, belok kanan udah sampe"jelas Galang singkat sambil menatap wajah kesal Thea
"itu sudah melewati rumahku"
"pokoknya kau harus turun! Turun atau tidak"ancam Thea, digoyangkan motornya untuk menjatuhkan Galang
"ah...akh...aw..."lirih Galang, dipegangnya betis kirinya
"eh kau ini kenapa?"tanya Thea khawatir
"kakiku sakit, tadi tertancap kayu gubuk yang ada dihutan, kaya ada yang sengaja nusuk. Tapi aku, aku tidak tau siapa yang melakukan, aku terburu-buru jadi belum sempat melihat"
"yasudah, aku akan mengantarmu pulang"Thea pasrah melihat Galang yang malang itu, baginya menghabiskan sedikit bahan bakar kendaraan tidak masalah, dari pada membiarkan seseorang yang sudah jatuh tertimpa tangga. Thea, dia tidak setega itu barang kali jika suatu saat dia membutuhkan bantuan, ada yang lebih bersukarela membantunya.
.
Disepanjang perjalanan, tak ada obrolan penting bahkan sedikit obrolan singkat pun tak ada, suasana yang meskipun tak hening karna suara motor bisa saja adalah pemicu saling terdiamnya Galang dan Thea.
Dari kaca spions, Thea bisa melihat Galang, melihat ekspresi wajah pria itu, Thea tersenyum mungkin baginya lucu walau hanya ekspresi datar dari Galang.
Digas sekuat mungkin motor yang tengah dikendarai olehnya, sengaja? Ya memang sengaja, karna cewek jutek dan kasar seperti Thea akhirnya bisa penasaran dengan ekspresi kaget dari seorang laki-laki yang baru dikenalnya, namun jauh dari apa yang Thea pikirkan, dia tidak dapat melihat ekspresi kaget Galang, karna pria itu membenamkan wajahnya dibahu Thea ditambah oleh sebuah pelukan erat, sangat erat Galang berikan pada Thea.
Masih belum percaya apa yang baru saja terjadi Thea melihat bahkan meraba tangan yang melingkar diperutnya dengan sempurna, Thea tidak menyadari apa yang dia lakukan ternyata hanya memberi kesan kepada Galang untuk tidak melepaskan pelukkan itu. Dan itulah yang terjadi, sampai sekarang Galang masih memeluknya erat.
"dimana rumahmu berada?"tanya Thea memecahkan keheningan
Menunggu beberapa saat namun Galang tak kunjung jawab,
Membuang nafas berat Thea lebih memilih membawa Galang pulang kerumahnya dengan alasan Thea sendiri tidak tau dimana letak keberadaan rumah Galang.
"turun!!!"pintah Thea
"aku membawamu kerumahku"
"kenapa kau membawaku kesini?"tanya Galang sembari turun dari motor Thea
"udah, kau tidak perlu banyak bertanya, saat ini kau hanya butuh istirahat dulu, besok aku akan mengantarmu pulang"ucap Thea menyempatkan diri menarik Galang mengikutinya masuk
"tapi........"
"tidak ada tapi-tapian! kau duduklah disini, aku kedalam dulu"lanjut Thea pergi.
Setelah beberapa menit Thea kembali membawa segelas teh hangat beserta kotak P3K
"nih minum dan habiskan, setelah itu kau tengkurap, biar aku mengobati lukamu"
Tidak dengan kata "tapi"nya lagi, Galang segera menghabiskan segelas teh hangat dari Thea dan segera tengkurap diatas sofa, kemudian disusul Thea untuk duduk dipinggir sofa.
Memulai aksinya, Thea membuka kotak P3Knya, dan bertindak layaknya seorang medis.
Benda pertama yang diambil adalah sebuah gunting, gunting untuk memotong sebagian celana Galang, Thea tidak mungkin menggulung celana Galang keatas karna itu justru akan memicu luka Galang semakin sakit bukan meredahkan rasa sakit, usai menggunting, langkah selanjutnya adalah membersihkan darah disekitar area luka kemudian menekan kapas yang sudah diberi tetesan alkohol, dimana fungsi daripada alkohol tersebut adalah untuk mencegah infeksi dan mempercepat kesembuhan.
Thea kembali menekan kapas itu diatas luka Galang, membuat pria itu menjerit seperti orang kesurupan, siapa yang tak menjerit jika sebuah luka terbuka diberi alkohol, rasanya tentu akan sangat perih.
"kau tidak perlu seperti itu, ini hanya alkohol, ini tidak akan menghilangkan nyawamu"kata Thea yang masih fokus dengan pekerjaannya,
"ini sangat perih, apa kau tidak tau?"timpal Galang tak terima
"apa kau tidak mau sembuh?"
"ya mau"
"yaudah diem!!!!"seru Thea sambil kembali melanjutkan pekerjaannya.
Setelah selesai memperban luka Galang, Thea kini tak memfokuskan diri pada Galang, sekarang matanya bebas menelusuri seisi ruang tamunya, termasuk salah satu objek yang cukup menjengkelkan, Thea terdiam sesaat, berbeda dengan Galang yang baru saja duduk seusai kakinya diobati
"kenapa kau diam?"
"apa kau tidak sadar, ada yang sedang memperhatikan kau disana?"tanya Thea
"ha? Siapa?"Galang berbalik tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate Devil: Selir yang Terluka
General Fictionapa menyakitiku adalah pekerjaan terbaikmu? hingga kau lupa rasanya tersakiti? baiklah, jika memang seperti itu, sakiti saja aku!