Setelah menangis cukup lama justru membuat Thea merasa ngantuk, tanpa sadar akhirnya dia tertidur pulas disofa dengan wajah sendu nan menyedihkan, tidak lama berada dalam alam tak sadarnya, Thea terbangun setelah dirasa sebuah tangan mengusap lembut wajahnya.
Benar saja ketika Thea bangun lalu mengerjap-ngerjapkan matanya guna mengembalikan kesadarannya secara penuh, saat itulah dia menatap sosok seorang laki-laki yang Thea rasa Thea sakiti hatinya dengan ucapannya 'aku membencimu', sontak Thea membelalakan matanya saat seulas senyum berkembang manis diwajah pria itu
"Ga-Galang"ucap Thea kaget
"kenapa kau kembali?"tanyanya
Tak menjawab pertanyaan Thea, Galang justru menyodorkan sebuah kantong plastik
"ini makanlah, kau belum makan sejak tadi"
Ragu-ragu Thea menerima permberian Galang
"ma-makasih"ucapnya gugup
Galang mengangguk sembari melukiskan senyum yang begitu tulus, setelah itu dia melepas jaket kulit kepunyaan Thea lalu memberikan kepada pemiliknya "maaf aku memakai jaketmu, dan ini kunci motormu"lanjut Galang dengan wajah datar
"kau terlihat cocok"sambung Thea
"ya iyalah cocok, orang ini jaket agak kecowoan, yang punya juga..."Galang menggantungkan perkataannya lalu menatap Thea jahil
"apaansih..."sambung Thea dengan seulas senyum
Melihat tanggapan Thea seperti itu, Galang kembali tersenyum. Akhirnya senyuman indah itu kembali pada tempatnya, senyuman yang lagi-lagi sanggup menghangatkan hatinya.
"lang..."Thea kembali besuara, ketika dia merasa suasana saat ini sedikit hening
"ya???"
"aku ingin minta maaf, maaf soal ucapanku tadi, pikiranku sedang kacau, dan aku memang seperti itu jika berada dalam keadaan kacau, aku akan melampiaskan kepada siapapun termasuk kau, lang"ucap Thea lirih.
Hati Galang terjaga mendengar permintaan maaf Thea barusan, dia menjadi salah tingkah namun bukan karna permintaan maaf Thea tapi cara gadis itu berbicara, nada demi nada yang dibuat selirih mungkin dan itu sudah cukup membuat perasaan Galang bergejolak tapi Galang, lagi-lagi dia menyangkal tentang apa yang hatinya rasakan.
"aku tau kau belum makan, makanlah! Nanti kau sakit"lanjut Galang, kantong plastik berisi sebungkus nasi goreng itu direbutnya dari tangan Thea, lalu dengan siaga mempersiapkan nasi bungkus tersebut untuk Thea lahap, selincah mungkin Galang menggerakkan tangannya, hal itu cukup membuat Thea bingung lantas membuat gadis itu bertanya
"kenapa kau membingungkan seperti ini Lang? kau tidak menjawabku, kau belum memaafkanku?"
"aku sudah memaafkanmu, sekarang makanlah"Galang berkata dengan sesendok nasi goreng yang siap dia luncurkan masuk kemulut Thea
"aaaaa....."ucapnya
Dengan terpaksa Thea membuka mulut kemudian mengunyah secara pelan
"aku bisa sendiri"Thea merebut sendok itu dari tangan Galang
"kau sendiri belum makan?"tanya Thea
"sudah"jawab Galang jujur. Dia tertegun.
Jujur? Tidak! Galang tidak menjawab dengan jujur, dia berbohong ya dia hanya berbohong, sebelum Galang kembali menemui Thea dia memang berencana untuk singgah ditempat pedagang kaki lima untuk makan malamnya sekaligus membungkus 1 untuk Thea karna Galang tau gadis itu belum makan sejak tadi, namun sialnya, sesampainya disana ternyata makanan-makanan disana sudah diborong oleh sekumpulan anak SMA yang sepertinya salah satu diantara mereka sedang merayakan acara ulang dengan mengtraktir teman-temannya, Galang melirik kearah penjual nasi goreng, menghampiri kemudian bertanya, nasi gorengnya memang masih ada namun hanya tersisa 1 porsi, sedangkan yang ingin Galang pesan adalah dua porsi, Galang terpaksa membungkusnya karna waktu makan malam sudah lewat, dia tak mungkin lagi menghabiskan waktunya hanya untuk berkeliling mencari makanan sedangkan jauh disana, Thea yang keadaannya sedang kacau pasti tak boleh mengosongkan perutnya, itu akan memperburuk kondisinya.
Galang melajukan motor dengan kecepatan penuh, detik demi detik terlewati dia akhirnya sampai ditempat tujuan, rumah Thea. Saat menginjakkan kaki diambang pintu, Galang melihat seorang gadis dengan wajah lelah tertidur lelap, ragu-ragu Galang melangkahkan kakinya mendekati gadis itu, mendekatinya lalu duduk disampingnya, dilihatnya dengan saksama gadis itu memang terlihat kacau, wajahnya sangat menyedihkan, Galang tak tau lagi harus berbuat apa, Galang pun tak bisa berbohong, karna nyatanya menerima pengkhianatan disaat lagi sayang-sayangnya memang sangat menyakitkan, jika Galang mengingat kejadian 7 tahun yang lalu, kejadian dimana saat usianya masih genap 18 tahun dia harus menerima kenyataan pahit, ditinggal kekasih hati karna laki-laki lain, membuatnya terpuruk benar-benar terpuruk, hingga keadaan itulah yang kembali membuat Galang kembali menjadi pribadi pendiam, pribadi pemilik indra keenam pada umumnya, tidak bisa bergaul, selalu dijauhi teman-temannya, selalu salah dimata orang-orang itulah kenyataan pahit yang pernah Galang rasakan hingga berbulan-bulan lamanya.
Berangsur-angsur dalam keadaan seperti itu rupanya tak membuat Galang dapat melupakan wanita pemilik hatinya, Liora. Hingga suatu waktu, saat sekolahnya melakukan acara perkemahan, saat itulah Galang bertemu Nayla, bertemu dengan gadis yang kehidupannya jauh menyedihkan, bunuh diri karna cinta, itulah yang gadis itu ungkapkan, namun gadis itu tidak mau bercerita secara detail asal-usul sebab dan akibat dia bisa menghabiskan hidupnya hanya dengan seutas tali tambang, Galang sendiri tak bisa memaksa Nayla untuk mengatakan semua kepada dirinya, semua itu bukan urusannya.
Saat acara perkemahan disudahi sesuai tempo waktu yang diberikan, semua siswa-siswi kembali kerumah mereka masing-masing tak terkecuali Nayla, sejak bertemu dengan Galang gadis itu selalu bersamanya, selalu disisinya, menjadi teman curhatnya dan semakin lama mengenal dan hidup bersama Nayla, rupanya mampu mengembalikan pribadi Galang yang sempat kekasihnya bangun tapi juga sempat dirobohkan dalam satu kali pengkhianatan.
Satu definisi cinta yang Galang ketahui dari Nayla 'Terkadang cinta lebih sering melibatkan pengorbanan, menguji sampai mana hatimu mampu mengikhlaskan antara meninggalkan atau ditinggalkan'
"Lang kenapa bengong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate Devil: Selir yang Terluka
General Fictionapa menyakitiku adalah pekerjaan terbaikmu? hingga kau lupa rasanya tersakiti? baiklah, jika memang seperti itu, sakiti saja aku!