Keesokannya,
Tampak seorang pria tengah memakai kemeja hitam berlengan dengan perpaduan rompi berwarna hitam keabu-abuan sebagai perlengkap agar terkesan lebih menarik
"kau terlihat tampan lang"puji seorang wanita tanpa sengaja mengagetkan Galang
"jangan bercanda nay, penampilanku biasa saja, dibanding mereka yang begitu antusias datang keacara ulang tahun Tristan"jelas Galang, dia tersenyum kemudian berjalan pergi tanpa diikuti oleh Nayla.
.
Sebelum pesta ulang tahunnya dimulai, Tristan sengaja meminta, sang DJ yang diundang olehnya untuk segera memutar musik dengan volume suara penuh agar suasana monoton dapat dipecahkan, para tamu undangan tengah meloncat heboh saat DJ dari atas panggung memperkeras suara keiringan musiknya, semua terlihat begitu menikmati namun tidak dengan Galang, dia sungguh tidak menikmati dan lebih memilih sendiri duduk ditepi kolam.
Saat Galang benar-benar terhanyut dalam lamunannya, dia dikagetkan oleh acara musik yang berujung ricuh, dari jauh dapat dilihat ada sedikit pertingkaian antara dua orang, salah satu dari mereka tampak sedikit babak belur, yang membuat Galang penasaran yaitu suara seseorang begitu tak asing baginya, suara wanita? Jelas, itu suara seorang wanita, siapa sangka akan ada keributan, sangat mengagetkan lagi seorang wanita dan pria beradu kemampuan bela diri mereka masing-masing, setelah itu beradu mulut.
Galang semakin penasaran, segera dia menghampiri tempat kejadian, dia tak menyangka bahwa suara tak asing itu adalah suara Thea.
"kau boleh ngaku hebat, tapi kau tidak ada apa-apanya, sekedar modalin motor yang kau bilang keren, aku rasa itu belum cukup"sindir Thea, tangannya menunjuk tepat disisi kiri dada lawan bicaranya itu
"kau hanya seorang pengecut! Kau tau? Kau tidak pantas disebut sebagai seorang pembalap"kata Thea lagi.
Pria itu, lawan bicara Thea. Dia diam dengan tatapan tajam, pria itu mengeraskan giginya. Tak tahan, pria itu akhirnya melayangkan tangannya untuk menampar Thea, untung saja pada saat itu Galang datang tepat waktu, ditahannya tangan pria itu sekuat mungkin, begitu kuat hingga sang pemilik tangan tak sanggup membebaskan tangannya sendiri jika bukan Galang yang melepaskan
"jangan kasar sama perempuan"tegas Galang
"cewek murahan itu yang mulai duluan"sahut pria itu
"siapa yang kau maksud? aku? Jaga omonganmu! Aku hanya menjalani apa yang aku suka, apa yang membuatku nyaman, balapan"timpal Thea tak terima.
"udah-udah, Thea ikut aku sekarang"lanjut Galang menarik tangan Thea, membawa gadis itu pergi bersamanya sebelum semuanya semakin rumit
"nanti malem aku menantangmu untuk balapan, jam 7 ditempat biasa aku harap kau sudah tiba, jika tidak berarti kau seoang pengecut"teriak pria itu.
Dari jauh Thea menjawab iya sebelum sesaat Galang membungkam bibirnya dan segera membawanya menjauh
"ngapain sih terima tawaran dia?"
"biarin, aku tidak mau aja dianggap pengecut"
"tapi....."
"udahlah, aku pasti menang, dan kau harus jadi supporterku"pinta Thea
"aku gak bisa, waktuku tidak banyak untuk hal seperti itu"
Thea tertegun mendengar ucapan Galang barusan
"oh, oke!"jawab Thea singkat, lalu pergi meninggalkan Galang dengan raut wajah yang 180 derajat berubah drastis
"Thea tunggu!"panggil Galang mengejar.
Tidak menggubris, Thea terus saja bejalan, berjalan tanpa memperdulikan Galang yang masih mengejarnya, Thea kecewa terhadap perkataan Galang. Singkat, Galang berkata seakan seleranya jauh lebih baik dengan apa yang selama ini menjadi rutinitas Thea.
"Thea, tunggu!"panggil Galang lagi, namun Thea tetap tak menggubris, ia terus berjalan, hingga akhirnya tepat dihadapannya, sebuah tontonan tak mengenakan tersiar begitu saja saat ia melintas.
Thea terhenti, air matanya menetes bebas melayari pipinnya, dia menangis sesenggukkan, membekap mulutnnya tak kuasa menyaksikan apa yang ada dihadapannya sekarang, apa yang baru saja dilihatnya berhasil memporak-porandakan pikiran jernihnya, dia tidak habis pikir ada yang lebih menyakitkan dari patah hati, pengkhianatan.
Hal itu memang menyakitkan dari patah hati, sangat menyakitkan hingga rasa sakit itu dalam-dalam berkecamuk dihatinya, rasanya airmata saja tak sanggup meluapkan itu semua, hatinya terlalu hancur untuk menerima kenyataan dimana disebrang sana, hanya berjarak seperkian meter, dua orang tengah memamerkan kemesraan mereka, kakak dan kekasihnya, mereka yang dibilang sedang memamerkan kemesraan tak menghiraukan keadaan sekitar, bahkan tak sadar keberadaan dirinya,
Gadis itu menghapus airmatanya cepat diikuti oleh gerakan tubuhnya berbalik membelakangi dua orang yang mengkhianatinya, berbalik untuk pergi memastikan bahwa semua ini hanya mimpi. Iya, memastikan bahwa memang ini adalah bagian dari mimpi buruknya dan sialnnnya ternyata dari tadi Galang berdiri dibelakangnya, setelah Thea membalikkan tubuhnya, dia dan pria itu, Galang. Kembali bersitatap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate Devil: Selir yang Terluka
General Fictionapa menyakitiku adalah pekerjaan terbaikmu? hingga kau lupa rasanya tersakiti? baiklah, jika memang seperti itu, sakiti saja aku!