-{1}-

52 16 8
                                    

Malam ini Kami semua makan malam. Seperti biasa makan malam kali ini menyenangkan. Anak anak yang tinggal di sini Kurang lebih hanya 20 orang. Yang sudah di atas 10Tahun Hanya aku,ica,Relia, Marcell dan Aldi. Anak anak yang lainnya Di bawahnya.

Selesai makan malam. Anak anak memasuki kamarnya masing masing. Kecuali aku, Mama dan temanku. Karna ingin membereskan Piring piring Kotor. Aku melihat Marcell yang menatap Mama sinis. Aku ingin menanyakannya. Tapi itu tidak mungkin.

Marcell bangkit dari tempat duduk. "Mama?". Dia memulai percakapaan terlebih dahulu. "Apa benar kau seorang Pembunuh?". Suasana Seketika hening. Suara suara piring pun terhenti. Bagai mana tidak! Mama di tuduh. Ica mengepal Kedua tangannya. Relia Seperti ketakutan. Aku dan aldi Masih Di kursi.

Mama menghampiri Marcell dengan senyuman manis. "Marcell. Kenapa kamu tanya begitu?". Tanya mama dengan nada lembut.

"Memang benar bukan mama?".

"Sudah cukup Marcell! Kau menuduh mama sembarangan! Kau tidak tau kalau mama Ini yang menjaga kita dengan baik hah!?". Ica Bersuara.

"Ma-maaf bukan aku--".

"Sudah sudah! Ayo kalian masuk kamar".

Marcell menghembuskan nafasnya. Seketika dia menunduk. Mama Langsung masuk kamar. Hanya kita ber5 yang masih di sini. Ica, Aldi menatap Marcell dengan begitu marah. Seketika marcell langsung berjalan ke arah kamarnya Dengan langkahan kaki yang cepat.

Aldi memandangku dengan penuh keheranan. "Hey kalian? Apa ada yang aneh".

"Iya! Aku merasakan Yang di bicarakan Marcell benar". Ujar Ica.

Aku menatap mereka berdua dengan Mata membulat. Aku tau aku anak yang paling nakal disini. Bahkan lebih nakal di banding anak anak kecil. "Hey! Apa kalian akan percaya begitu saja?".

"Bukan begitu. Ayo Kita ke kamar Marcell". Ajak Aldi.

Kami berEmpat menuju kamar Marcell. Aldi mengajak ingin Kami hanya untuk memastikan benar atau tidak. Karna Yang di bicarakan Marcell seolah tak main main. Aku Sempat berfikir. Memang, mama Akhir akhir ini sangat berbeda.

Astaga! Aku tak mungkin Percaya pada Lelaki menuduh itu

Kami sampai Di kamar Marcell. Aku lihat dia sedang duduk di meja belajarnya. Membelakangi kami. Aldi menghampiri Marcell. Sedangkan kami ber3 masih di Pintu.

"Mau apa kalian kesini?". Tanya Marcell yang belum memutar Kursinya.

"Apa benar yang kau bicarakan Marcell??". Tanya Aldi.

Marcell seketika memutar Kursinya menghadap kami semua. "Untuk apa kau bertanya?. Bukankah kalian tidak percaya?lantas untuk apa aku menjelaskan nya". Jawab Marcell membuatku Ingin Menonjok mukanya.

Aku dan ica Menghampiri Aldi. Di susul oleh Relia juga.
"Cepat lah kau bicara marcell!! Jelaskan Apa yang membuatmu Menuduh mama Marcell??". Ucapku Dengan kesal.

Marcell tersenyum kecut. "Dunia Luar!".

"Apa yang kau tau soal dunia luar?". Ica membuka bicara.

"ArBila Disa Anmegrelu". Jawabnya Dengan tenang.

Mataku membulat mendengar nama yang disebut oleh Marcell. Perempuan itu Adalah Teman kami. Bahkan perempuan itu lah yang mengajariku menggambar. Lantas apa yang di maksud Marcell??

Arbila Disa Anmegrelu. Dia adalah Perempuan Yang Sangat baik. Dia mengajariku Menggambar. Dari menggambar semut kecil hingga menggambar Istana. Umurnya tak beda jauh dengan ku.

"Apa maksudmu Marcell??". Tanyaku.

"I-iya. Apa mak-maksudmu marcell??". Tanya Relia. Aku mendengarnya Langsung menengok kearahnya. Baru kali ini aku mendengarnya bicara. Ternyata dia memiliki suara seperti mama. Lembut. Tapi Bicaranya gugup.

"Tapi apakah Kalian akan membantuku?".

"Iya marcell. Kami akan membantumu". Jawab Cepat Ica.

Aldi dan Relia mengangguk. Hanya aku yang berdiam diri memikirkan Disa.

"Baiklah. Jadi gini..".

^^^

OUR PLACE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang