[P]

1.2K 106 7
                                    

P from Pierce

.

.

.

.

Sedari dulu, Veranda kecil memang gemar membaca. Dalam sehari selalu ada saja buku yang dibacanya.  Oleh karena itu, Daddy-nya—Sakti—membuatkan si tunggal kecil perpustakaan mini.

Veranda terus larut dalam bacaannya,  buku dongeng 'Beauty And The Beast'.  Sampai-sampai gadis kecil itu tak sadar mengacuhkan seseorang.  Si princess,  Naomi kecil.  Gadis itu memandang Veranda dengan ekspresi cemberut miliknya.  Terlihat sangat lucu dengan bibirnya yang mengerucut dan wajah merajuk.

Ah, Naomi kecil sangat tidak suka di abaikan dan fakta bahwa Veranda mengabaikan dirinya membuat Naomi kesal.  Bahkan mata gadis itu terlihat berkaca-kaca,  hampir menangis.

Naomi menarik-narik ujung baju Veranda kecil.

"Jessie ...."

"Hmm?"

Veranda kecil hanya menjawab dengan dehaman. Duduk bersila di karpet, punggungnya bersandar pada sofa di belakang, dan sebuah buku cerita di tangan yang tengah di bacanya seolah membuat Veranda lupa.  Lupa akan princess kecil di sampingnya.

"Jessie?" panggil Naomi lagi,  lebih keras.  Dan masih di jawab dehaman oleh Veranda kecil.

Gadis kecil berusia 8 tahun itu masih fokus pada bacaannya,  dirinya sedang larut dalam rangkain kata yang tersaji.

"Jessie, jangan cuekin Shinta?" pinta Naomi,  suaranya memelas mirip rengekan. 

Dengan terpaksa Veranda mengangkat wajahnya dari bacaannya dan melirik Naomi sekilas. Ekpresinya datar. 

Suruh siapa tadi cuekin aku,  pikir Veranda sedikit kesal. 

Naomi terlihat senang Veranda mengalihkan dirinya dari buku sialan itu.  Tapi, "Jangan ganggu ih!  Jessie lagi pengen baca cerita ini dulu.  Shinta sana aja main sama barbie lagi."

Naomi tersentak dengan ucapan Veranda. Princess kecil itu menunduk. Dia tahu kalau Veranda sedang marah padanya.

Sebelumnya, Naomi mengabaikan keberadaan Veranda dan fokus bermain boneka barbie. Kesal di abaikan, Veranda memilih membaca buku. Dan sekarang ketika Naomi balik di abaikan Veranda,  gadis kecil itu tidak terima. 

Veranda mendengus rendah. Gadis kecil itu membalikkan badannya membelakangi Naomi dan kembali fokus membaca.

.

.

.

.

"Hiks! Hiks! J-Jessie hiks!"

Tak berapa lama terdengar isakan dari balik punggunh Veranda. Siapa lagi kalau bukan si princess kecil, Naomi. Veranda menghela nafas sebelum menyimpan buku bacaannya di sofa.

Veranda kecil selalu tidak bisa melihat kalau Naomi menangis.  Dirinya selalu 'lemah' pada gadis kecil berlabel princess-nya Veranda itu. Veranda membalikkan badannya.

Terlihat,  hidung dan pipi Naomi kecil memerah. Bibir mungil bagian bawahnya dia gigit untuk menahan isakannya, namun gagal. Suara tangisnya tetap terdengar. Kedua tangannya dia gunakan untuk mengelap kasar matanya yang berair.

Tanpa di sangka Veranda meraih tangan kiri Naomi, menarik gadis yang lebih mungil darinya itu kepelukannya.

"Sstt~ Shinta,  udah jangan nangis, ya? ... Hum,  kalo kata Mami, seseorang yang lagi nangis itu butuh di peluk.  Dan Shinta udah di peluk sama Jessie. Jadi,  jangan nangis lagi ya!" ucap Veranda kecil yang malah menyebabkan Naomi kecil meledakkan tangisnya. Dan Veranda tidak lupa mengelus punggung gadis kecil yang beberapa waktu lalu di abaikannya.

"Hiks ...  Jessie,  jangan cuekin Shinta lagi?" pinta gadis kecil itu sesegukkan.

Tangannya melingkari leher Veranda menyembunyikan wajah cengengnya di ceruk leher Veranda kecil.

"Shinta minta maaf tadi udah cuekin Jessie?" ucap Naomi kecil masih dengan sesegukkannya.  Veranda kecil mengangguk,  senyum kecil terukir.

"Jessie maafin Shinta kok.  Maafin Jessie juga ya udah cuekin Shinta barusan?"

Veranda merasakan anggukan Naomi di lehernya. Gadis kecil itu mengeratkan pelukan mereka berdua. Mereka berdua tahu,  seberapa kesal pun mereka berdua, mereka tidak akan bisa berlama-lama marah.

Tentunya, moment menggemaskan barusan tak luput dari perhatian sang kakak—Friesnan—dari Naomi,  yang berencara mengajak pulang sang adik. Friesnan diam-diam selalu iri dan cemburu pada Veranda, gadis yang lebih muda 5 tahun darinya. 

Gadis kecil itu selalu bisa menarik perhatian Naomi,  seakan-akan poros kehidupan gadis kecil itu adalah Veranda.
Tapi, Friesnan tidak dapat menyembunyikan rasa bahagiannya juga. Mendapati adiknya bisa berlaku dewasa dengan meminta maaf dan mengakui kesalahannya. 

Remaja lelaki itu tersenyum sebelum berjalan ke arah dua orang gadis kecil yang masih berpelukkan.

"Omi, Koko dateng nih!!" teriak remaja lelaki itu lantang. 

Membuat Naomi seketika melepaskan pelukkannya pada Veranda, ketika suara familiar menyapa pendengarannya. Berdiri dan memeluk Friesnan erat. Naomi merasa senang bisa bertemu kakaknya, karena tidak biasanya Friesnan pulang lebih cepat. Mengingat kakaknya sedang sibuk dengan ujian sekolah. 

Ketika Prasetya bersaudara itu sibuk berpelukkan. Seseorang tengah cemberut dan kesal dan iri dan marah dan masih banyak lagi, karena merasa terabaikan  (lagi).

[COLORS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang