[I]

334 51 0
                                    

6 month ago

.

.

.

"Kapan rencanamu mengenai Shani?"

"Oh itu." Kinal membenarkan posisi duduknya, "Yona bilang kami harus menjadi sepasang orang tua dulu, sebelum mengambil alih Shani sebagai syarat dari pengadilan."

"Jadi, maksudmu pengadilan tidak akan memberikan hak wali pada Yona jika wanita itu masih single."

Kinal menggangguk membenarkan atas pernyataan Veranda.

"Ya, karena itu kalian memutuskan untuk menikah bulan depan."

Veranda tersenyum, merasa bangga dengan dua sahabatnya ini sudah menjadi malaikat bagi seorang gadis dan menyelamatkan masa depannya. Setidaknya, anak itu tidak akan merasa susah untuk menjalani hidup.

"Kalian berdua hebat," Puji Veranda

Kinal menggelengkan kepalanya. "Bukan aku, tapi anak itu yang sudah menjadi pahlawan bagiku."

Veranda menaikkan satu alisnya, tidak mengerti dengan pernyataan Kinal.
"Kalau bukan karena Shani, Yona tidak akan memintaku menikahinya secepat ini." lanjut Kinal sambil menunjukan senyum lima jarinya.

"Sial," Veranda melempar berkas di tangannya pada Kinal yang berhadapan dengannya dan langsung di tangkap oleh Kinal, mereka hanya terhalang oleh meja.

Kinal terkekeh.

"Aku tidak ingin munafik, Ve. Aku bahagia Yona memintaku menikahinya secepat mungkim tapi aku juga turut bersedih dengan kejadian yang menimpa Shani."

Veranda tahu Kinal tulus mengucapkan kalau dia ikut bersedih.

By the way, Veranda sekarang bekerja menjadi kepala bagian pemasaran untuk perusahan Tanues's sebelum wanita itu menggantikan Daddy-nya sebagai direktur utama. Dan Kinal, dia bukan hanya sahabat Veranda tetapi merangkap menjadi asisten pribadinya.

.

.

.

Veranda dan ponsel dalam genggamannya. Erat sekali.

Masih terngiang di otak jeniusnya tentang percakapan dirinya dan Kinal di kantor, sore tadi.

Dan percakapan mereka tidak berakhir menyenangkan terutama bagi Veranda dan berdampak lebih pada kinerja otak jeniusnya.

"I want just...Arrgggghhh!"

Veranda mengacak rambutnya sendiri. Pikirannya tengah berkecamuk, semua hal seolah semakin terasa rumit.

Atau dia saja yang memperumit?

"Kenapa terasa sangat sulit, Tuhan?!"

.

.

.

Ting!

Naomi membuka kunci layar ponselnya dan satu senyuman terbentuk saat mengetahui siapa si pengirim.

From :  Pacar tercantik Princess Shinta Naomi 😘

Hei, apa kamu sibuk akhir pekan ini?
Aku pikir segelas teh atau coffee bisa sangat menyenangkan untuk kita nikmati bersama.

Deal?

.

To : Pacar tercantik Princess Shinta Naomi 😘

Sepertinya itu ide bagus.
Apa aku harus mengatakan 'Iya' atau 'Deal'?

Sambil tersenyum Naomi menekan tombol kirim, dan tak berapa lama sebuah jawaban pesan datang.

.

From :  Pacar tercantik Princess Shinta Naomi 😘

Kurasa, 'I love you' lebih tepat untuk kamu ucapkan. 😋😀

.

.

.

Sebelumnya di kantor,

"Ve?"

"Ya, Kinal, ada apa?"

"Bisakah kamu berhenti melakukan hal bodoh?"

"Maksudmu? Melakukan hal bodoh, aku tidak mengerti? Kalau soal perusahaan yang kamu maksud aku tidak akan berbuat bodoh-"

"Bukan itu yang aku maksud, bodoh!"

"Berhenti mengataiku bodoh! Kamu sama saja dengan Yona."

"Aku mengatakan ini juga untuk kebaikan mu, Ve."

"Untuk kebaikan aku apa-"

"Shinta Naomi!"

Tubuh Veranda menegang ketika nama itu disebut.
"Berhemti bersikap seolah kamutidak mau serius dengan Naomi. Setiap kata 'pernikahan' disinggung, kamu selalu berpura-pura tidak peduli dan menghindar. Apa itu yang namanya tidak melakukan hal bodoh, hah?!"

"Kinal... Kamu tidak mengerti. A-aku hanya belum siap makanya-"

"Lalu kapan kamu akan siapa? Apa setelah Naomi direbut orang lain, baru kamu siap, hah?"

Kinal terlihat mulai kepancing emosi.

Veranda menggertakkan giginya.

"Kamu tidak akan mengerti Kinal!"

"Makanya beritahu aku supaya aku bisa mengerti, Ve"

"...."

"...."

Hening melanda mereka dan suasana ruangan terasa mencekam.

"Aku hanya takut..." bisik Veranda dibawah nafasnya dan keheningan memuat Kinal tercekat setelah mendengar lanjutan ucapan Veranda.

"....  Aku takut jika nanti aku akan menyakiti Shinta sama seperti Daddy menyakiti Mommy..."

"Saat ini saja... Kamu sudah menyakiti Naomi dengan sikap bodohmu itu, tanpa kamu sadari.."

Nafas Veranda tercekat.

[COLORS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang