L I M A

4.7K 121 0
                                    

Gw baru edit part sebelumnya wkwk agak beda yak

Fyi, chapter ini blm ada smutnya, chapter 6 baru ada wkwk

SHAWN's POV

"Kau harus datang ya, Mendes."

"Ya." Jawabku singkat, lalu memutuskan sambungan telepon.

Hari ini Jacob ulang tahun. Ia mengadakan pesta kecil-kecilan dirumahnya dan hanya mengundang orang-orang tertentu saja.

Aku hanya memakai kaus putih polos dan celana jeans panjang. Lalu kupadukan dengan jaket kulit.

Setelah siap, aku mengambil kunci motorku dan berangkat ke rumah Jacob.

Sudah sampai, aku masuk kerumah Jacob. Masih sepi. Mungkin aku datang terlalu awal.

"Happy birthday, bro!" Aku memeluknya.

Ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Aku memutuskan untuk duduk disofa dan bermain game kesukaanku, yaitu Clash Royale.

Sudah cukup lama aku bermain. 5 kali menang, dan 5 kali kalah.

Aku merasakan tenggorokanku kering. Aku memasukkan ponselku kedalam saku celana jeansku dan berjalan kearah dapur untuk mengambil sebotol fanta.

Jarak sofa dan dapur memang agak jauh. Rumah Jacob memang besar.

Aku berjalan terlalu terburu-buru, sehingga aku menabrak seseorang hingga jatuh.

Ia menatapku agak lama. Astaga. Ia adalah cewek yang kutemui di taman kemarin!

"Maaf." Ucapku singkat, lalu berjalan kearah dapur.

Setelah meminum sebotol fanta, aku merasa lega.

Kulihat jam dipergelangan tanganku menunjukan pukul 8 malam. Aku memutuskan untuk bersantai di sekitar kolam renang.

Aku duduk disalah satu bangku. Sambil menatap lurus kearah kolam renang.

Mengingat-ingat bagaimana Jessica memutuskan hubungan kami 2 hari yang lalu.

Bagaimana aku bisa move on kalau mengingat Jessica terus?

Aku berkali-kali mencoba untuk menghapus pikiranku. Tapi tetap saja, Jessica masih terlintas dipikiranku.

"Hai." Suara seseorang membuatku kaget.

Aku tidak menoleh. Aku mengabaikannya. Sudah bisa kutebak, pasti ia fansku yang hobinya menggangguku.

"Hai." Ucapnya sekali lagi.

Tunggu, aku mengenal suara ini.

Oh! Pemilik suara ini adalah cewek yang kutemui ditaman kemarin dan yang tadi kutabrak!

"Hm." Jawabku singkat.

Aku sedang bad mood. Jadi siapapun yang mengganggu acara bengongku, akan kupastikan dia akan bosan berbicara denganku.

"Kau kenapa? Ada masalah ya?"

Astaga. Kenapa cewek itu belum pergi juga?

"Kalau ada masalah, cerita saja padaku. Aku ini teman curhat yang baik." Katanya lalu mengelus punggungku.

Iya, mengelus punggungku.

IYA, MENGELUS PUNGGUNGKU!

Apa-apaan dia? Baru kali ini, ada cewek yang berani menyentuhku.

Iya, kecuali Jess.

Aku muak.

Aku meninggalkannya. Karena kalau tidak, bisa-bisa ia akan sakit hati karena kata-kataku yang akan kuucapkan kepada pengganggu.

***

EMILY

Merasa bosan, aku meninggalkan kolam renang dan menuju ke ruang tengah.

Disana sudah ada banyak orang. Ada anak-anak Magcon dan pacar-pacar mereka.

Aku kan bukan bagian dari mereka. Kenapa aku harus diundang Jacob.

Oh iya, Ivan kan anggota baru Magcon.

"Eh, Emily, darimana saja kau?" Ucap Ivan dan membuat semua orang menatapku.

"Aku dari sana." Jawabku sambil menunjuk kearah kolam renang.

Jacob tersenyum jahil. "Shawn juga baru dari sana. Oh, apa kalian saling mengenal?"

Aku dan Shawn saling menatap satu sama lain. Tapi, baru 2 detik menatapku, Shawn sudah mengalihkan pandangannya.

"Shawn, kau mengenalnya?" Tanya Nash.

"Tidak." Jawabnya singkat, cuek, dan dingin.

Aku sekarang semakin bingung kenapa banyak cewek yang menyukainya.

Ia lebih cocok menjadi patung daripada menjadi manusia.

"Kalau kalian belum kenal, kenalan sana!" Jack Johnson menyuruh.

Aku menunduk. Menatap kakiku yang dihiasi high heels sialan pemberian Kelly dan Ana. Aku tak berani menatap Shawn.

Hingga aku sadar ada sebuah tangan dihadapanku.

"Aku Shawn."

Aku mendongakkan kepalaku. Aku bersalaman dengannya.

"Aku Emily."

Kulihat wajahnya sekilas. Wajahnya yang tampan. Tanpa senyum.

Setelah berkenalan, Shawn kembali duduk disebelah Nash. Aku mengambil tempat duduk diantara Cameron dan Shawn, karena hanya tempat itu yang tersisa.

Kurasakan Cam merangkulku. Aku tersenyum padanya.

Kulihat mereka menuangkan beberapa botol alkohol kedalam gelas mereka masing-masing. Ada vodka, wine, dan whisky.

Semua cewek disini juga minum. Hanya aku yang tidak.

Cameron menyodorkan gelas berisi whisky kepadaku.

"No, thanks. Aku tidak minum."

"Ayolah, sedikit saja."

"Tidak, Cam. Aku tidak menyukai minuman itu." Aku menolaknya dengan lembut

Sebenarnya aku bukan tipikal cewek yang lemah lembut. Aku ini cewek tomboy.

Hanya saja, penampilanku tidak terlalu memperlihatkan bahwa aku tomboy.

Cameron menyodorkanku segelas soda. Aku menerimanya. "Thanks."

Entah sudah berapa gelas yang mereka minum, sekarang mereka semua mabuk.

Hanya aku sendiri yang masih 'normal" disini.

Kurasakan Cameron menarik tanganku dan membawaku ke sebuah kamar.

Sepertinya ia mabuk berat.

Ini tidak bisa dibiarkan, atau aku akan kehilangan harga diriku.

Cam mengunci pintu kamarnya dan mendekatiku.

Aku terus mundur dan mundur. Aku memiliki firasat yang buruk. Akan ada hal buruk yang terjadi padaku.

Cam masih terus maju. Aku ingin mundur lagi tapi bagian belakangku sudah menyentuh tembok.

Senyum miringnya menghiasi wajah tampannya.

Tapi ia tidak terlihat tampan sekarang. Ia malah terlihat menyeramkan.

"C-cam k-kau mau apa?" Tanyaku ketika merasakan hembusan nafasnya diwajahku.

"Aku sudah lama menginginkannya, sayang." Ucapnya lalu mencium bibirku.

Astaga! Ini adalah first kiss ku!

Ia menciumku dengan lembut. Namun lama kelamaan menjadi ciuman yang penuh nafsu.

•••

Next chapter bakal ada smut nya hahahaha

Lewatin aja kalo ga mau baca wkwk.

Lights On (S.M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang