part 11

124 12 3
                                    

Tak terasa, hari ini adalah awal musim panas. Biasanya anak sekolah di liburkan dari kegiatan sekolah mereka, di saat teman teman ku bersenang senang di luar sana menikmati liburan mereka. Tetapi aku.. aku hanya di rumah, ya tetapi sekali kali aku keluar rumah bersama orang yang kucintai. Siapa lagi kalau bukan myungsoo Hyung.

Hari ini aku sedang bosan dirumah, ingin rasanya ke taman hiburan bersama Myung Hyung. Tetapi aku tidak bisa karena aku harus menghadiri upacara peringatan kematian keluarga ku.

Sekarang aku sedang merapihkan pakaian yang sedang ku kenakan, pakaian yang bernuansa hitam putih ini. Setelah rapih, aku pergi keluar kamar tetapi aku teringat sesuatu. Aku memutar balikan badan ku dan melangkah masuk ke kamar dan mengambil benda yang ada di atas meja. Aku tersenyum melihat benda itu, dan memakainya di leher ku. Benda itu adalah hadiah berupa kalung yang di berikan Yeol Hyung pada hari kematiannya.

Skip time

Aku sudah ada di sebuah pemakaman umum, ku memberikan penghormatan di depan makam Appa, Eomma, dan Yeol Hyung.

"Annyeong Appa, Eomma, Yeol Hyung. Jongie sudah datang, bagaimana keadaan disana? Apakah menyenangkan dan damai?" Ucap ku sambil memandangi makan ketiganya.

"Kemarin.. Yeol Hyung datang kedalam mimpiku, tapi... Aku berharap itu bukan mimpi.." ku hentikan ucapanku dan menarik nafas lalu membuangnya.

"Terimakasih Yeol Hyung sudah mau datang kedalam mimpi ku. Jongie akan selalu mendoakan kalian disana." Ucapku sambil memberikan senyuman lebar.

"Eomma, Appa, Yeol Hyung.. jongie harus pergi.. mianne hanya sebentar menjenguk kalian. Sampai jumpa lagi" ucap ku sambil membungkukkan badanku.

Saat aku membalikkan badan, ku melihat seorang pria yang sedang berjalan ke arah ku. Saat ku fokuskan pandanganku kepada pria itu, pria itu memberikan senyumannya dan ia berhenti di hadapan ku.

"Selamat siang tuan muda Lee " ucap pria itu sambil membungkukkan badannya 90°.

"Selamat siang juga sekertaris Park" ucap ku sambil memberikan senyuman lembut.

"Bagaimana keadaan tuan muda?" Tanyanya dengan memasang senyuman di wajahnya.

"Ba.." saat ku ingin menjawab.. entah kenapa matanya.. seperti aku pernah lihat.

'mata itu... Aku pernah melihatnya.. tapi dimana?' tanya ku dalam hati.

Ku putar otak untuk mengingatnya, tapi nihil.. aku tidak dapat ingat dimana aku melihat mata itu.

"Tuan muda?"

"...."

"Tuan muda Lee?!" Ucapnya dengan nada yang rada meninggi.

"Ah.. ne?" Ucapku saat mendengar ucapan itu.

"Apakah tuan muda baik- baik saja? Kenapa Anda melamun?" Tanyanya dengan wajah khawatir.

"Ani.. aku baik baik saja" jawabku sambil tersenyum.

Ku lihat Jung Ahjusshi sedang berjalan ke arahku, dan ia memberi hormat. Ia mengawalku sampai di depan mobil, saat aku mau masuk ke dalam mobil tiba- tiba sebuah tangan menggenggam pergelangan tanganku.

Saat ku lihat pemilik tangan itu ternyata tangan itu milik sekertaris park.

"Ada apa sekertaris park?" Tanyaku dengan tatapan bingung.

'tangan ini... Aku seperti mengenal tangan ini.. tapi dimana?' batinku

"Tuan muda aku ingin bertanya." Aku hanya bisa diam dan mendengarkannya.

"Ini tentang perusahaan tuan, selama tuan masih bersekolah. Siapa yang akan menghendel perusahaan? Saya lihat tuan muda howon sedang sibuk dengan pendidikannya di Jepang. Kursi Presdir kosong dan tidak ada yang mengisinya. Saya ingin menanyakan, sampai kapan kursi itu akan kosong tuan?" Tanyanya dengan wajah serius.

Aku hanya diam dan berfikir, aku tidak ingin memberikan perusahaan ayahku ke tangan orang lain. Aku hanya percaya pada Hoya hyung.. tapi saat ku ingat ingat.. Hoya Hyung sedang sibuk dengan pendidikannya.

"Tuan muda?" Suara itu berhasil membuyarkan pikiranku.

"Aku akan memberikan kursi Presdir itu kepada Paman ku yang sekarang sedang dalam perjalanan pulang dari Busan." Jawabku dengan wajah datar.

"Paman tuan muda? Tapi setahu saya tuan muda tidak mempunyai Paman."

"Sekertaris park... Aku bertanya tanya.. kenapa Anda tahu tentang keluarga saya?" Tanya ku dengan wajah bingung.
Ku lihat wajahnya sedikit kaget dan ia terlihat gelisah.

"Bu-bukan begitu tuan.. setahu saya tuan muda tidak mempunyai siapa - siapa lagi." Jawabnya sedikit terbata bata.

"Maaf tuan park.. tapi saya masih memiliki keluarga, keluarga Hoya Hyung sudah saya anggap sebagai keluarga angkat saya. Jadi.. saya akan memberikan kursi Presdir perusahan kepada ayahnya Hoya Hyung. Karena aku sangat percaya kepadanya."
Jawab ku dengan wajah sedikit serius.

"Ah iya.. satu lagi.. kurasa Anda harus mengetahui sesuatu.. dengarkan baik - baik tuan park, saya masih memiliki keluarga.. dan keluarga itu adalah keluarga Hoya Hyung. Jadi jangan sekali - kali berkata bahwa saya tidak memiliki siapa - siapa" ucapku dengan nada tegas. Dan aku langsung masuk kedalam mobil, aku tidak menghiraukan sekertaris park yang masih ada di pinggir mobil ku.

Dan mobil ku sudah jalan meninggalkan pemakaman Appa, Eomma, dan Hyung ku.

Sungjong pov end

Saat mobil sungjong sudah tidak terlihat lagi ternyata ada sepasang mata yang melihat mobil itu pergi dengan sorot mata marah.

"Cih.. lihat saya tuan muda Lee, aku akan mengambil bangku Presdir itu dan akan membunuhmu. Kita lihat tanggal mainnya tuan muda Lee Sungjong. " Ucap pria itu sambil tersenyum jahat.

TBC

Halo halo... Ada yang kangen tidak??
Maaf ya di kalau ceritanya semakin engga jelas 😫

Silahkan komen ya kakak 😚 karena komenan kalian akan sangat berharga.. terimakasih 😚

Memory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang