BAB 3

171 10 0
                                    

Masih 15th

Aku langsung masuk kedalam kamar, menatap langit-langit. Bukan langit yang di luar ya.. hehehe....
Aku ngantuk sekali dan sangat lelah. Tapi untuk memejamkan mata sepertinyaa sangat susah.

Aku coba saja deh siapa tau tertidur nantinya.
Aku pun memejamkan mata hingga beberapa menit mata ku tiba-tiba saja terbuka. Seperti orang yang sedang kaget.

Oiyaaa, surat itu.
Surat itu belum sempat aku baca. Tadikan aku sangat penasaran. Hmmm coba aku baca saja deh.
Aku pun langsung membuka lagi surat itu

Hai Salju...
Pasti kamu kaget kan waktu buka surat ini.
Iya ini topi aku.
Yang kamu bilang pria mengejutkan. Akhirnya aku dapat mengejutimu lagi ya hehe.
Iya aku panggil kamu salju ajaya, itu lucu.
Oiya...aku tidak tau sih kenapa tiba-tiba menulis ini yang jelas aku hanya ingin kamu.

-Dari Mr. Mengejutkan
Barra Aditya

Apa? Barraa??
Tidak-tidak pasti ini punya dia dan terjatuh tadi di depan rumah.
Tapi kenapa harus jatuh di sini? kenapa tidak di jalan raya? di halte bus? atau tempat lainnya?
Ohh mungkin ini hanya kebetulan saja.
Tapi? apa mungkin surat ini tertuju kepada ku?
Hmm...
Ada apaa ini? Aduhh aku tiba-tiba saja jadi tidak mengantuk.
Sama sekali tidak.
Tungguu! tapikan aku memang memanggil dia lelaki mengejutkan, bukan? Lalu dari mana dia tahu?Ha? baru aku sadari pertanyaan ku dari awal bertemu dengan nya sangat banyak, apasih Caraaaa...
Tidak ada yang mau menjawab, jangan jadi seperti orang bodoh begini deh.
Baiknya aku tidur dan aku fikirkan lagi besok.
Selamat malam hari yang melelahkan....
**

Pagi ini aku ingin pergi ke toko buku, entah kenapa kaki ku hanya ingin menuju kesana. Padahal aku sama sekali tidak ingin membeli buku kali ini. Yasudahlah aku ikuti saja kemauan kaki yang berjalan ini.

Saat tiba di toko buku, aku mencari buku yang mana tahu bisa aku beli dan aku baca.
Saat aku sedang mencari, terlihat satu buku berwarna biru yang terlihat menarik. Judulnya "Pulang" dan aku pun jatuh cinta pada pandangan pertama dengan buku itu. Tiba-tiba tangan ku di dahului oleh tangan laki-laki yang membuat ku menjadi kesal. Malah ini buku satu-satu nya. Dia juga tidak berkata apa-apa dan langsung pergi.

"Dasar laki-laki tidak tahu di untung, bilang maaf kek apa kek, ini langsung pergi saja, sudahlah langsung menyerobot buku yang aku inginkan."
Aku terus mengomel sembari keluar dari toko buku itu. Bagaimana mungkin aku tidak kesal dengan lelaki itu hmm..
Sudahlah lebih baik aku cari ice cream saja biar fikiranku agak tenang.

"Ice Cream Matcha nya satu ya mba."
"Ini dek." Sungguh aneh, tante itu sambil memberikan paperbag berisikan buku kepadaku.
"Saya hanya pesan 1 ice cream Matcha mba, nih 20.000 kan?"
"Tidak usah, ambil saja uangnya dan buku ini nanti kamu baca ya dek best seller nih."

Aku terus bertanya kenapa ya mba ice cream itu, masa aku di kasih gratisan dan buku gratis juga. Apa lagi promosi ya?
Buku apasih ini? Aku langsung melihat jelas buku itu.
Apa? inikan buku yang aku inginkan tadi. Kok bisa?
Haa?? aku bingung, kenapa mba itu bisa berfikiran kalo aku ingin buku ini tadi, tapi di ambil begitu saja oleh lelaki tidak punya sopan santun.
Aku pun langsung melihat isi dalam buku itu. Dan tiba-tiba aku melihat kertas putih yang sepertinya sengaja di tempel disitu.
Kertas apasih ini?

Aku langsung mengambil dan membuka nya.

Semoga suka ya bukunya. Pastinya kamu suka kan? aku sudah membelikannya, jadi jangan ngomel-ngomel lagi ya. Kali ini aku tidak mau lagi manggil kamu salju, aku mau nya panggil kamu kembang api, rame soalnya. Hahaha...Aku suka cara kamu tadi menceritakan sosok aku saat di jalan menuju toko ice cream.

-Mr.B
Mr.B?
Barra kah itu? iya..ini pasti Barra aku tidak salah lagi ini pasti Barra. Tapi dimana dia sekarang? Padahal aku ingin sekali bertemu dengannya.
Yatuhann...
Ternyata lelaki yang aku ceritakan tadi dia.
Kenapa sih dia selalu saja membuat aku bertanya-tanya? Sudah banyak pertanyaan ku tapi sama sekali tidak ada jawabannya.

Karena tidak ingin terus-terusan pusing, aku memilih untuk pulang. Entah lah aku tidak ingin naik kendaraan apapun kali ini. Baiklah, aku akan jalan kaki.
"Ternyata masih ada juga perempuan yang rela jalan kaki dari toko buku."

Haa? sepertinya aku kenal suara itu. Iya itu Barra. Akupun langsung melihat dia yang berada tepat di samping ku.

"Barra? kenapa kamu disini?"
"Ini kan jalanan umum, siapa saja boleh dong melewatinya?

Aku kira dia akan menjawab dia disini karena aku.

"Ohh begitu."
"Canggung banget sih."
"Siapa yang canggung?"
"Itu mobil-mobil di jalanan sepertinya canggung untuk menerobos lampu lalu lintas."
"Hmmmm"
Kenapa sih Barra sangat menjengkelkan?

"Aku ngeselin ya?"
Apa? Barra seperti membaca fikiranku, sebenarnya dia itu ada ilmu apa sih?

"Siapa yang bilang kamu ngeselin?"
"Kamu, dari raut wajahmu."
Tidak terasa di perjalanan ternyata dia sudah mengikuti ku sampai di depan rumah. Ha? ini sama saja dia mengatarkan ku pulang.

"Sampai juga, kamu kok jadi ikutin aku?
"Biar kamu tidak diculik. Sudah ya, besok jam 4 sore aku tunggu di taman."

Barra pun langsung pergi meninggalkan ku.
Apa? Barra mengajak ku untuk bertemu esok? Ini mimpi bukan ya?
Tidak-tidak ini bukan mimpi. Tapi?
Isshhh, sudah hanya mengajak bertemu saja aku jadi tidak karuan. Apasih Caraa!

Malam ini aku lagi-lagi tidak bisa untuk tidur. Apalagi kalo bukan memikirkan Barra?
Jadi tidak sabar untuk besok, masih lama ya pukul 4 sore? Caraa sudah tidak sabar untuk bertemu Barra lagi.
Apa? tidak sabar? Caraa...kamu semakin jadi tidak karuan, sudahlah anggap biasa saja. Anggap saja ini reuni sama teman lama.

Baiknya besok aku pakai baju apa ya? Aku harus dandan cantik tidak? Ha dandan? sejak kapan seorang Caramel Liora hobi dandan? kenapa kalimat itu jadi Cara keluarkan? Sial karena Barra lagi Barra lagi. Sudahlah aku ingin istirahat....
**
"Selamat pagi Ibuu sayaangggg"
"Tumben sekali anak ibu bangun pagi lagi."
"Ada yang mau Caraa bantu tidak buk?"
"Kena angin apa kamu semalam? jadi begini bangun nya?"
"Kena AC lah buk kan kita tidak pakai kipas."
"Bukan itu maksud ibu."

"Hmm enaknih baunya, pasti lagi buat bolu pisang kan? sini Cara bantuin deh."

Ibu hanya menggeleng-geleng kepala saja seperti bingung anaknya kenapa.

"Baiknya kamu mandi dulu baru bikin bolu bantuin ibu, emang kamu mau bolu yang tadinya harum jadi bau orang belum mandi?
"Ih ibuk ni bisa nya ngeledek saja. Yasudah Cara mandi deh."
**
12.00

"Caraa...Caraa"
"Kenapa bu?"
"Kamu kok diam saja dari tadi, biasanya kaki kamu bandel jalan terus."
"Sudah bu belum jam nya, nanti juga keluar kok hehe."
"Sore sore lagi pasti kan?"

Aku hanya menjawab dengan tertawa.

Sungguh lama jam ini berputar jika di tunggu-tunggu.
Baru pukul 12.30, dan aku merasa mata ini berat, tidak aku tidak boleh ketiduran. Baiknya aku menonton saja deh.
Untung saja di kamar ini ada tv jadi aku tidak bosan untuk menunggu sampai jam 4 nanti.

***

BarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang