BAB 8

97 9 0
                                    

16 th.

Setiap kali aku berfikir, kenapa Tuhan membiarkan Barra hadir disini. Jawaban yang ada di fikiran ku hanya karena cinta.
Sebenarnya ini tidak logis, apa tidak ada jawaban lain? padahal biasanya aku bisa memikirkan beberapa hal sampai kedepan. Tapi tidak dengan soal Barra.

3 bulan, waktu yang menurut orang lain sebentar. Dan itu adalah waktu yang menurut seorang Carra sangat lama. Bagaimana tidak?, aku tidak bisa berada jauh dari Barra. Sehari, dua hari, itu saja sudah lama untukku jika tidak bertemu dengannya.

Bukan nya aku tidak ingin menunggu, hanya saja aku butuh jawaban yang benar-benar nyata dan sangat jelas. Bukan jawaban dari selembar kertas yang aku sendiri sama sekali tidak bisa menyimpulkan nya.

Hari ini, tepat 2 minggu nya seorang Barra meninggalkan ku dengan goresan luka. Yang mungkin orang lain tidak bisa merasakan. Dan untuk kalian pembaca? apa kalian merasakan? betapa hancur nya hati yang sudah berharap penuh.

Maksud ku berharap adalah, aku ingin dia menjelaskan semuanya. Menjelaskan isi hati nya, dan sosok misteriusnya.
Tidak tahu lagi, kenapa jatuh cinta dapat membunuh?
Iya membunuh.
Bagaimana tidak? contohnya orang-orang yang sedang patah hati, mereka selalu diam, tidak ingin makan, tidak ingin di ganggu, bahkan terkadang bisa saja bunuh diri.

Carra apasih, tidak-tidak jangan sampai aku seperti orang-orang itu. Semestinya cinta itu pelengkap hidup. Hanya saja mereka yang salah menggunakan dan mengartikan cinta.

Mungkin benar jawaban mereka, karena cinta. Tapi tidak ada salahnya jika mengintropeksi diri. Sekali lagi, cinta itu bukan pembunuh.

Lagi-lagi selalu ada nama Barra di dalam fikiran ku.
Semesta, aku ingin sekali rasanya menyerah. Iya menyerah untuk memikirikan Barra.
Ucapan ku selalu saja berbalik arah dengan isi hati ku. Mengerti tidak? iya aku berkata ingin menyerah, namun hati ku tidak.

"Carra."
"Loh Aldi kamu lagi."

Bagaimana kami tidak bertemu, aku saja sedang melamun di pinggir jalan. Melihat bahagia nya beberapa penghuni planet bumi bersama orang-orang yang di cintai.

"Kebiasaan banget si Car, selalu aja melamun, kamu mikirin Barra lagi?"
"Bagaimana mungkin aku bisa untuk tidak memikirkan Barra."
"Car, kamu itu masih punya cerita lain yang harus kamu jelajahi."
"Maksud kamu?"
"Iya cerita indah bersama orang-orang yang benar-benar mencintaimu."
"Aku tidak mengerti Aldi, kamu jangan ikut-ikut an seperti Barra, pria yang penuh membuat tanda tanya."
"Sudahlah aku minta sama kamu, kamu harus sedikit melupakan Barra."

Kenapa ya, beberapa manusia di planet ini tidak bisa mengerti. Hanya menganalisa? untuk apa? Untuk apa mulut kita berbicara akan melupakan? sedangkan hati kita tidak pernah yakin akan hal itu.

Semesta, kenapa susah sekali untuk melupakan. Aku ingin menjadi amnesia.

Supaya apasih Car, supaya tidak ingat Barra lagi?
Itu terlalu bodoh! bagaimana mungkin kamu mau amnesia agar tidak bisa mengingat Barra. Hidup kamu tanpa Barra itu kurang lengkap.

Aku langsung pergi meninggalkan Aldi entah kenapa aku sedikit kesal dengan perkataan nya itu.

"Carr mau kemana?"

Aku tidak menghiraukan lagi perkataan nya itu. Karena pada dasarnya kata-kata "melupakan" membuat hati sedikit kesal.

Langkah ku sangat cepat menuju kerumah. Tidak salah lagi aku harus menuju ke kamar. Air mata?

Tidak...

Kenapa air mata selalu saja menjadi kelemahan ku. Kenapa cepat sekali jatuh. Kenapa Tuhan?
Tidak salah lagi, aku pasti memikirkan Barra lagi.
Sedang apa Barr disana? bahagiakah kamu?Seli? oh, sedang bersama dia ya? kamu pasti sedang bahagia kan bersamanya. Aku yakin. Yasudah aku tidak ingin memikirkan mu dulu Bar saat ini.
***

Sore ini aku ingin sekali rasanya makan es campur om Agus, lalu mengulang kejadian beberapa bulan yang lalu. Iya, saat pertama kalinya Barra menyapaku. Pertama kali nya kami bertemu.

Jika diizinkan kembali untuk bertemu, aku tidak akan membiarkan di pergi. Pergi jauh, kalau perlu akan aku ikat dengan rantai kemudian aku bawa pulang dan aku jadikan pajangan di dalam kamar, lalu setiap ingin tidur aku menatap nya dulu. Kemana-mana akan selalu aku bawa.

Yaampun Carra jahat sekali sih.
Tidak Barra, aku tidak akan lakukan itu. Memang benar, aku ingin sekali kamu disini. Barr, ternyata benar jatuh cinta dengan sahabat sendiri resiko nya besar. Aku tidak ingin kehilangan mu sungguh tidak ingin.

Yaampun, habis menghayal apa aku ini. Tidak boleh berlebihan Carra. Iya, aku yakin Barra akan kembali.

"Car, Carr.."
"Kenapa sih bang ganggu saja."
"Ganggu kamu ngelamunin Barra?"
"Sudahlah bang."
"Tuh ada surat."
"Surat apasih?."
"Liat aja sendiri."

Malas sekali aku membuka surat itu. Entah kenapa rasanya mungkin ini surat untuk ibu. Oh tidak, jangan-jangan ini dari Barra.

Dear Carra.

Jangan lupa makan ya, jangan lupa mandi. Jangan sedih dong. Aku bakal bawain kamu sesuatu yang special. Kamu datang ke taman yang biasa kamu kesana ya. See you

-Mr....

Barra kah ini? Baiklah aku harus segera ke taman. Aku akan bertemu Barra. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Iya sangat berharga bukan?

Sekitar 15 menit aku berjalan dengan langkah yang lumayan cepat. Iya bagaimana mungkin aku akan berjalan lambat, aku ingin segera bertemu Barra.

Iya sedikit lelah dan aku memilih untuk duduk di kursi yang sering aku duduki. Bunga mawar? punya siapa ini? Barra tidak pernah memberi bunga ini, Iya aku tidak begitu menyukainya. Tetapi jika dari Barra aku pasti akan berusaha untuk menerima.

Jangan sedih lagi ya Carra, aku gak suka ngelihat kamu sedih. Apalagi memikirkan seseorang yang tidak pernah memikirkan perasaan kamu. Maaf ya kalau perkataan ku sudah membuat mu sakit hati.

"Hai Car, maafin aku jangan sedih lagi ya."
"Aldi? aku kira.."
"Kamu kira apa? Barra? kenapaa sih kamu tuh gak pernah ngeliat sekitar kamu. Masih banyak orang lain yang bisa menjaga perasaan kamu, menjaga hati mu, tidak dengan Barra."
"Kenapa sih di, kamu kan teman dekat ku, teman curhat, kenapa kamu malah tidak mendukungku seperti ini."
"Carra, kamu itu sudah seperti adik ku, mana mungkin aku membiarkan kamu di sakitin sama laki-laki seperti Barra."

Aku langsung saja lari, tidak ingin sepertinya mendengar kata-kata nya lagi.
Apa ada benarnya Aldi? tidaklah, aku akan menjaga cinta sejatiku. Barra akan kembali. Aldi jahat, dia tidak sebaik yang aku kira. Aku fikir, dia akan selalu mendukung menjaga perasaan yang selama ini aku pertahankan.

Lagi-lagi Aldi berteriak dari jauh. Aku masih saja mendengar nya.Tapi aku tidak peduli lagi, aku ingin sendiri saja yang menghadapi semua ini.

Tuhannn,,,,
Setiap hari nya, aku berdoa untuk menjaga perasaan ini. Untuk menjaga hati yang semua aku kasih untuknya.
Tidak pernah terlupakan bukan?
Tapi kenapa tidak pernah satu pun harapan yang selama ini aku harapkan pernah terjadi.

Barra, kapan saat yang tepat itu terjadi?
aku menunggunya.

BarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang