SEMBILAN

4.3K 313 21
                                        

Sasuke berlari menelusuri taman bunga dengan perasaan khawatir yang luar biasa. Dia mengabaikan tatapan bingung orang-orang dan tatapan penuh damba beberapa gadis saat melihat Sasuke dengan cucuran peluh di sekitar wajah dan lehernya.

Saat sampai di taman bunga matahari, Sasuke menghembuskan nafas lega ketika onixnya berhasil menatap punggung seorang gadis yang sangat dikenalnya. Dia segera berbegas berjalan menghampiri Hinata.

“Le.. Lepaskan aku!”

Mendadak perasaan lega Sasuke dengan cepat berubah menjadi amarah ketika dia melihat Hinata yang saat ini sedang digoda oleh seorang lelaki.

Sasuke mengepalkan tangannya ketika mata kelamnya menangkap kondisi Hinata yang terlihat sedang ketakutan.

“Ayolah Nona. Kau jangan malu-malu! Aku jamin kita akan bersenang-senang.” Ucap seorang pemuda berkulit gelap sambil memegang tangan Hinata yang masih mencoba berontak.

“Ugh. To.. Tolong le.. Lepaskan aku!” Tubuh Hinata bergetar ketakutan.

“Ayolah ikut sebentar saja!”

Sreeettt..

“Lepaskan tangan kotormu darinya!” Sasuke mendesiskan ancaman dengan nada yang dingin disertai tatapan membunuh.

“Sa.. Sas..suke.” Hinata tidak dapat menyembunyikan nada lega yang tampak diantara derai air matanya.

“Lepaskan tanganmu darinya!” Sasuke mencengkeram kuat pergelangan tangan pemuda yang kini berada di genggamannya.

“Aaakkkhhh.” Sasuke semakin mempererat cengkeramannya tanpa mempedulikan kondisi pemuda di hadapannya. Dia memang berniat mematahkan pergelangan tangan orang yang telah dengan berani mengganggu ‘miliknya’.

Pemudah itu meringis kesakitan. Dia berusaha melepaskan cengkeraman Sasuke dari pergelangan tangannya tapi segala usaha yang dia lakukan seolah adalah hal sia-sia karena semakin dia memberontak, kekuatan Sasuke justru akan semakin besar.

Cengkeraman Sasuke yang begitu kuat mampu membuat pemuda itu melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan kiri Hinata yang sejak tadi belum dia lepaskan. “Aamm.. ammppuuuun.” Ucapnya sambil terus berusaha melepaskan diri.

Bagus, sejak tadi Sasuke sudah berusaha sekuat tenaga meredam emosinya untuk tidak menghajar dan mematahkan tangan Toneri yang terus ‘berkeliaran’ berusaha menyentuh Hinata. Beruntung saat ini ada seseorang yang dengan ‘suka rela’ mau menyerahkan tangannya untuk dijadikan sebagai korban pelampiasan kekesalan Sasuke.

Suara raungan pemuda itu membuat beberapa pengunjung mulai memperhatikan mereka. Hinata yang ketakutan melihat amarah Sasuke mendadak merasa bahwa saat ini otaknya telah kosong dan tidak dapat memikirkan apa pun.

‘Ini tidak benar. Sasuke tidak boleh terus begini. Aku tidak ingin dia mendapat masalah karena menolongku.’

Tanpa berpikir panjang, Hinata segera menubrukkan dirinya ke arah Sasuke. Memeluknya dari arah samping.

Tindakan Hinata ini sukses membuat Sasuke membeku seketika, amarahnya meluap begitu saja, emosi yang tadi sempat memenuhi kepalanya mendadak hilang tanpa bekas.

Sasuke terpaku, membuat kekuatan cengkeramannya menjadi lemah tak bertenaga. Merasakan hal itu, pemuda berkulit hitam tersebut langsung menarik tangannya yang telah mati rasa dan segera melarikan diri secepat yang dia bisa.

Tubuh Hinata yang masih belum berhenti bergetar membuat Sasuke segera sadar dari keterdiamannya. Sasuke yang menyadari masih adanya sisa ketakutan dalam diri Hinata segera berusaha menormalkan jantungnya yang seolah siap meloncat keluar saat ini juga.

Beautiful to Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang