SEPULUH

3.9K 328 28
                                    

Sasori menggenggam tangan kiri Hinata sambil tetap tersenyum. “Ayo, Hinata?” Sasori melangkahkan kakinya untuk berjalan terlebih dahulu.

“Eeeeh?” Hinata berbalik saat dia merasakan seseorang menarik tangan kanannya yang masih bebas. Beberapa gadis di sekitarnya kembali terpekik saat melihat adegan tersebut.

Lavender Hinata membola saat pandangannya menangkap siapa sosok yang telah menahan tangannya. “Sass.. Sassuuke-kun.”

Sasori menengokkan kepala saat dia merasakan tubuh Hinata yang tidak bergerak mengikuti langkahnya. Saat pandangannya menangkap tangan Sasuke yang juga sedang menggenggam pergelangan tangan Hinata, Sasori berhenti berjalan kemudian membalikkan tubuh sepenuhnya ke arah Sasuke yang tengah memberikan tatapan tajam ke arahnya.

Bukannya takut, Sasori justru membalas dengan melemparkan senyum sinis ke arah Sasuke. Dia memandang Sasuke dengan tatapan malas, seolah sudah biasa melihat tatapan tajam tersebut. Sasori terlihat santai, sangat jauh berbeda dengan Sasuke yang tampak sedang menahan emosinya.

Sasori bukanlah orang bodoh, dia sangat paham arti tatapan Sasuke untuknya dan sejujurnya dia juga telah mengetahui bentuk perasaan Sasuke untuk Hinata. Hanya saja Sasori masih merasa enggan untuk menyerahkan Hinata begitu saja kepada Sasuke.

Sasori tahu betul sedalam apa perasaan bungsu Uchiha itu kepada Hinata, semuanya jelas terlihat dari tatapan mata Sasuke yang tidak biasa ketika melihat Hinata. Jelas itu sudah membuktikan bahwa perasaan Sasuke pada Hinata tidak perlu diragukan lagi. Tapi apakah itu semua sudah cukup? Tidak! Karena menurut Sasori, Sasuke masih terlalu pengecut dan belum bisa menjaga Hinata sebaik yang dia harapkan.

Nyali Hinata seketika menciut saat melihat tatapan tajam Sasuke. Rasanya dia begitu ingin menguburkan diri ke dalam tanah daripada harus berada di posisi seperti sekarang ini.

“Lepaskan tanganmu darinya, Akasuna!” Sasuke mendesiskan ancaman di setiap kata yang diucapkannya.

Orang-orang yang masih mengerumuni mereka terlihat menahan nafas melihat adegan menegangkan yang kini mereka saksikan secara langsung. Jantung Hinata semakin berdetak tidak menentu saat kembali melihat kemurkaan Sasuke yang terlihat jelas di depan matanya. Hinata mendongak, dia melihat ke arah Sasuke dan Sasori bergantian berharap bahwa ini hanya sekedar lamunannya saja. ‘Gawat.’ Hinata merutuk dirinya sendiri saat menyadari bahwa aura menakutkan yang berada di sisi kanan dan kirinya bukan hanya fatamorgana.

Sasori berdiri dengan gaya menantang Sasuke, dia menatapnya dengan wajah berhiaskan sebuah tersenyum meremehkan. “Tidakkah kau lihat Uchiha? Bukankah seharusnya kau yang melepaskan tanganmu?”

Glek.

Hinata kembali menelan salivanya dengan sulit. Sebuah duri terasa terselip dan mengganjal di kerongkongannya hingga membuatnya tidak hanya kesulitan berbicara tapi juga mengalami nafas yang tercekat. Hinata tahu bahwa melihat wajah Sasori dengan ekspresi seperti itu bukanlah sesuatu hal yang baik.

Hinata telah sangat paham bahwa Sasori bukanlah tipe orang yang akan dengan mudah takut dengan tatapan intimidasi yang ditunjukkan Sasuke, apalagi jika diingat-ingat dia sudah sangat terbiasa mendapatkannya. Sasori itu kuat, bukan hanya dalam artian fisik tapi juga dari segi psikologi. Dia adalah orang yang berpendirian teguh, meskipun memiliki wajah yang terlihat imut dan menggemaskan, Sasori justru memiliki pemikiran yang ekstrim dan terkadang sulit untuk ditebak bahkan oleh Hinata sendiri.

Beberapa tahun mengenal Sasori, bisa dikatakan Hinata sedikit banyak telah mengetahui sifat Sasori, dia adalah orang yang tenang. Jika diibaratkan, Sasori itu seperti angin, dia tahu kapan harus berhembus pelan untuk sekedar menghilangkan peluh dan kapan harus berhembus kuat agar keberadaannya dapat menggerakkan sesuatu yang jauh lebih besar seperti kincir angin, Sasori adalah orang yang tidak mudah goyah meski harus ditekan oleh keadaan. Dalam sebuah situasi, Sasori hampir selalu berada pada posisi berpengaruh, dia nyaris tidak pernah berada pada posisi sebaliknya, tapi keadaan sekarang telah membuat Hinata semakin memperdalam kerutan di dahinya, kenapa sekarang dia justru menanggapi Sasuke? Apakah Sasori merencanakan sesuatu?

Beautiful to Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang